Kamis, Februari 2, 2023
  • Login
  • Register
islamina.id
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Wawancara
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Wawancara
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
islamina.id
No Result
View All Result
Home Gagasan
Bronfenbenner

5 Sistem Bronfenbrenner untuk Tangkal Radikalisme

5 Sistem Bronfenbrenner untuk Tangkal Radikalisme

Nurul Lathiffah, S. Psi., M. Psi by Nurul Lathiffah, S. Psi., M. Psi
06/06/2022
in Gagasan, Tajuk Utama
3 0
0
3
SHARES
58
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on WAShare on Telegram

“Bronfenbrenner  menegaskan bahwa aktualisasi nilai-nilai agama harus memiliki kondisi setting yang sinkron.

Agama merupakan  way of life dan pijakan utama dalam mengambil  berbagai keputusan. Sebagai sistem kepercayaan, agama berkontribusi dalam produksi perilaku manusia. Dalam desain pendidikan, pendidikan agama menjadi salah satu aspek pembangkit pendidikan karakter. Pendidikan menuju kematangan emosi dan rasa tanggung jawab akan efektif bila pendidikan agama berjalan sesuai kaidah. Meski diklaim sebagai moderator produksi perilaku humanis-harmonis, radikalisme dan intoleransi  menjadi distraktor utama. 

Penyampaian doktrin agama yang kaku dan menebar kebencian, mengkafirkan saudara sesama muslim, tentu saja dapat mengacaukan pikiran. Konsekuensi lanjutnya, hal ini membentuk pola berpikir ekstrim. Radikalis mengklaim bahwa mereka paling benar, sedangkan orang lain salah. Alhasil,  irrational belief system yang akut dapat mendorong individu untuk bersikap ekstrim dalam beragama. Dalam rentang waktu tertentu, hal ini dapat merusak keseimbangan psikis. 

BacaJuga

Menyapa Agama-Agama dalam Sejarah dan Teologi (1)

Sunnah Rasul Saw dalam Tradisi Selamatan (2)

Duri Islamisme dalam Sejarah NKRI

Jaringan kaum radikal yang berupaya merusak fitrah pendidikan agama terus melebarkan doktrin intoleransi. Padahal, Islam hadir sebagai rahmatan lil ‘alamin. Ajaran agama dijadikan eksklusif untuk kelompok tertentu. Kaum radikal pun memandang sinis kelompok lainnya. Tentu saja, hal ini merupakan embrio penyimpangan ajaran agama. Agar pendidikan agama dapat menjadi moderator handal untuk memunculkan perilaku humanis harmonis, pendidikan agama harus inklusif dan damai.

Di tengah merebaknya pendidikan agama melalui dunia maya, fitrah pendidikan agama sebagai pemantik kesalehan sosial harus dijaga. Fitrah pendidikan agama adalah mewujudkan kesejahteraan lahir batin bagi semesta. Pendidikan agama idealnya disampaikan dengan cara yang ma’ruf sehingga termanifestasi dalam akhlak keseharian. 

Sesungguhnya, setiap insan memiliki motivasi untuk meraih kebahagiaan batin melalui kematangan beragama. Kematangan dalam beragama ini harus terus dikawal pemangku kebijakan, para ulama, dan ormas Islam rahmatan lil’alamin. Umat harus memiliki kematangan beragama yang sehat. Jangan sampai, dakwah yang santun, harmonis, dan mencerahkan kalah ‘suara’ dengan ajakan berperilaku ekstrim dan radikal. 

Jika dakwah yang menyejukkan menang ‘suara’, baik dalam jalur luring atau virtual-digital, maka umat pun akan terisi dengan ajaran Islam damai. Sehingga, naluri dalam beragama pun akan tumbuh penuh rasa welas asih , asah kognisi, dan asuh sesama. Upaya mengembalikan fitrah pendidikan agama sebagai moderator perilaku humanis dan harmonis  dapat dilakukan dengan model sistem ekologis.

5 Sistem Bronfenbrenner

Bronfenbrenner  menegaskan bahwa aktualisasi nilai-nilai agama harus memiliki kondisi setting yang sinkron. Agar pendidikan agama dapat menjadi moderator efektif bagi perilaku saleh sosial, maka setidaknya ada lima lapis proyek yang harus dilakukan secara berjamaah. Pertama, mikrosistem yang terdiri dari keluarga, pendidik, dan  tokoh masyarakat. Mereka harus berkomitmen melakukan pendidikan yang tidak hanya kognitif-an sich, tetapi juga memberikan teladan, dan mentransfer values. Nilai-nilai toleransi dan Islam yang humanis dan damai harus diwujudkan dalam mikrosistem.  

Kedua, mesosistem antara pengalaman di rumah, pengalaman di lingkungan belajar, dan pengalaman di masyarakat harus terhubung dan konsisten. Konsistensi pesan humanis dan damai dapat memudahkan nilai-nilai agama tumbuh dan melekat di hati anak. Kita harus mengambil peran dalam literasi agama yang efektif, khususnya pada anak. Jangan sampai, anak menelan mentah-mentah doktrin keagamaan yang menyesatkan dan radikal. Banyak kita temui, doktrin agama yang berlawanan dengan nuansa Islam rahmatan lil alamin. 

Ketiga, pendidikan agama perlu ekosistem yang ‘sehat’ untuk memastikan bahwa agama dapat memantikkan kesalehan individu dan sosial. Meski pandemi  sempat membatasi sejumlah aktivitas pendidikan agama, namun meluangkan waktu untuk memberikan pendidikan  dan pengayaan agama pada anak dan anggota keluarga harus tetap menjadi prioritas. 

Keempat, makrosistem pendidikan agama harus berfungsi dengan baik. Orang tua dan pendidik harus berusaha untuk mewariskan pikiran-pikiran damai pada anak. Orang tua dan pendidik serta figur otoritas harus mewariskan mindset yang toleran, dan pola pikir yang bijak sesuai dengan kaidah agama. Kelima, pendidikan agama hendaknya dilaksanakan holistik sehingga memunculkan kronosistem yang mendukung perilaku beragama yang menyeluruh, damai, dan harmonis. Bila lima prasyarat konsistensi lingkungan  di atas sudah terpenuhi, maka  keber-agama-an yang humanis dan harmonis dapat terwujud. 

Sayangnya, kaum radikal mendistraksi dengan beragam cara. Mereka  mempengaruhi generasi muda untuk menjadi radikal. Bahkan, mereka melakukan rekruitmen secara on line sehingga pergerakan mereka demikian samar. Solusinya kini adalah, penciptaan lima sistem penguatan nilai-nilai toleransi dan wawasan Islam wasathiyah dalam lima sistem ala Bronfenbrenner harus segera diwujudkan. Kelima sistem tersebut dapat memberikan proteksi pada generasi dari ancaman intoleransi, paham radikal dan  bahaya latennya. Wallahu’alam. 

 

Tags: BronfenbennerHumanisLiterasi Agama AnakPendidikan Agama IslamSaleh Sosialtoleransitoleransi beragama
Previous Post

Sebuah Alegori, Sang Alkemis dan Ibadah Sosial

Next Post

Konsep Manusia Sebagai Khalifah di Muka Bumi

Nurul Lathiffah, S. Psi., M. Psi

Nurul Lathiffah, S. Psi., M. Psi

Peminat Kajian Psikologi Wanita

RelatedPosts

Menyapa Agama Agama dalam Sejarah dan Teologi
Kajian

Menyapa Agama-Agama dalam Sejarah dan Teologi (1)

26/01/2023
Sunnah Rasul Saw dalam Tradisi Selamatan
Peradaban

Sunnah Rasul Saw dalam Tradisi Selamatan (2)

24/01/2023
Duri Islamisme dalam Sejarah NKRI
Kajian

Duri Islamisme dalam Sejarah NKRI

19/01/2023
Sunnah Rasul Saw dalam Tradisi Selamatan Hari
Peradaban

Sunnah Rasul Saw dalam Tradisi Selamatan (1)

16/01/2023
Fenomena Mualaf Menjadi Ustadz
Kajian

Fenomena Mualaf Menjadi Ustadz

12/01/2023
Pesantren Kontinuitas dan Perubahan (3)
Kajian

Pesantren: Kontinuitas dan Perubahan (3)

06/01/2023
Next Post
Khalifah

Konsep Manusia Sebagai Khalifah di Muka Bumi

Jihad dan Jahat

Jihad dan Jahat

Cari Artikel

No Result
View All Result

Masuk / Daftar

Masuk ke Akun anda
face
visibility
Daftar | Lupa kata sandi ?

Artikel Teerbaru

Menyapa Agama Agama dalam Sejarah dan Teologi

Menyapa Agama-Agama dalam Sejarah dan Teologi (1)

26/01/2023
Sunnah Rasul Saw dalam Tradisi Selamatan

Sunnah Rasul Saw dalam Tradisi Selamatan (2)

24/01/2023
Duri Islamisme dalam Sejarah NKRI

Duri Islamisme dalam Sejarah NKRI

19/01/2023
Sunnah Rasul Saw dalam Tradisi Selamatan Hari

Sunnah Rasul Saw dalam Tradisi Selamatan (1)

16/01/2023
Fenomena Mualaf Menjadi Ustadz

Fenomena Mualaf Menjadi Ustadz

12/01/2023

Trending Artikel

  • Pribadi Nabi Muhammad Saw Yang Introvert

    Pribadi Nabi Muhammad SAW yang Introvert

    110 shares
    Share 44 Tweet 28
  • Belajar Konsep Ketuhanan dari Surat Al Ikhlas

    106 shares
    Share 42 Tweet 27
  • Cara Islam Mengatasi Rasa Insecure

    72 shares
    Share 29 Tweet 18
  • Definisi Dai, Ustadz, Mufti, Murobbi dan Syarat-syarat yang Harus Dipenuhi

    61 shares
    Share 24 Tweet 15
  • Disebut Jokowi di Pengukuhan PBNU, Ini Profil Ainun Najib

    54 shares
    Share 22 Tweet 14
Putih E E
  • Redaksi
  • Kirim Artikel
  • Tentang Kami
  • Kontak Kami
  • Kerjasama
No Result
View All Result
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Bulletin
    • Bulletin Jumat
    • Bulletin Islamina

© 2021 Islamina - Design by MSP.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

*By registering into our website, you agree to the Terms & Conditions and Privacy Policy.
All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

This website uses cookies. By continuing to use this website you are giving consent to cookies being used. Visit our Privacy and Cookie Policy.