SURAH Yasin, menurut kesepakatan ulama (ijmâ’ al-ulamâ`), diturunkan di Makkah (makkîyyah). Tetapi ada pendapat lain yang menyebutkan bahwa ayat “إِنَّا نَحْنُ نُحْيِ الْمَوْتَى، وَنَكْتُبُ مَا قَدَّمُوا وَآثَارَهُمْ وَكُلَّ شَيْءٍ أحْصَيْنَاهُ فِي إِمَامٍ مُبِينٍ” (ayat 12) diturunkan di Madinah kepada Bani Salamah dari kaum Anshar ketika mereka hendak meninggalkan tempat tinggal mereka dan berpindah ke sisi Masjid Nabawi. Rasulullah Saw. berkata kepada mereka, “Rumah kalian mempunyai jejak tertulis mengenai kalian, rumah kalian mempunyai jejak tertulis mengenai kalian.”
Rasulullah Saw. tidak berkenan mereka meninggalkan tempat tinggal mereka. Karenanya, ayat itu disebut madanîyyah (diturunkan di Madinah). Hanya saja pendapat ini dibantah oleh pendapat lain yang mengatakan bahwa ayat 12 itu diturunkan di Makkah (makkîyyah), tetapi Rasulullah Saw. membacakannya di Madinah kepada Bani Salamah agar mereka tidak pindah.
Banyak sekali riwayat yang dinisbatkan kepada para sahabat Nabi mengenai keutamaan surah Yasin di antara surah-surah yang lain di dalam al-Qur`an. Namun perlu dicatat bahwa, pertama, sebagian besar dari riwayat tersebut dha’îf (lemah), tetapi mayoritas ulama fikih dan hadits membolehkan penggunaan hadits dha’if yang terkait dengan fadhâ`ilul a’mâl (keutamaan perbuatan baik). Kedua, pendapat yang menyebutkan bahwa ada keutamaan berupa pahala besar (al-tsawâb al-‘azhîm) bagi orang yang membaca surah Yasin, itu disepakati oleh para ulama.
Terkait penyebutan surah “Yasin” sebagai qalbul qur`an (hatinya al-Qur`an), menurut Imam al-Ghazali, itu terkait dengan kebenaran keimanan dan pengakuan mengenai adanya hari pengumpulan dan kembalinya manusia kepada Allah kelak di hari Kiamat, yang digambarkan dengan begitu baik di dalam surah ini.
Sementara Imam Fakhruddin al-Razi mengatakan bahwa, penyebutan surah ini sebagai qalbul qur`an, mungkin karena surah ini mengandung tiga dasar keimanan, yaitu dimulai dengan penjelasan mengenai risalah (kerasulan Muhammad) “إِنَّكَ لَمِنْ الْمُرْسَلِينَ” (ayat 3), dan bukti risalah itu adalah “وَالْقُرْآنِ الْحَكِيمِ” (ayat 2), yang dilanjutkan dengan “لِتُنذِرَ قَوْمًا”, dan diakhiri dengan “فَسُبْحَانَ الَّذِي بِيَدِهِ مَلَكُوتُ كُلِّ شَيْءٍ” yang menegaskan ketauhidan, serta “وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ” (ayat 83) yang menegaskan adanya hari pengumpulan dan kembalinya manusia kepada Allah.
Secara mendasar ayat-ayat di dalam surah Yasin keagungan al-Haqq (Allah, Tuhan yang Mahabenar), kekuasaan, dan kekuatan-Nya, yang ditujukan kepada orang-orang kafir yang tidak mau mengakui kebenaran-kebenaran besar agama, yaitu: keimanan kepada kenabian dan kerasulan Muhammad, keimanan bahwa al-Qur`an berasal dari Allah, keimanan mengenai hukuman bagi perbuatan kufur dan tindakan melampaui batas, serta balasan bagi orang-orang mukmin di dalam surga. Ringkasnya, tema surah Yasin secara umum adalah penegasan mengenai kerasulan Muhammad dan pembuktiannya, juga bukti-bukti kebangkitan setelah kematian.
7 Pembahasan dalam Surah Yasin
Kalau dilihat, setidaknya ada tujuh pembahasan di dalam surah Yasin. Pertama, dari ayat 1 – 11 mengenai kebenaran yang ditujukan kepada orang-orang yang melampaui batas. Mereka sudah diberi peringatan, tetapi hati mereka tertutup dari kebenaran. Di antara mereka ada yang kembali ke jalan kebenaran, dan Tuhan memberinya ampunan dan balasan kemuliaan.
Kedua, dari ayat 12 – 32 mengenai gambaran orang-orang di masa lampau yang kepada mereka seorang tetapi mereka menolak kebenaran yang dibawanya. Kemudian diutus kepada mereka dua bahkan tiga rasul, tetapi mereka tetap menolaknya. Dan Allah kemudian membinasakan mereka. Allah memberikan peringatan mengenai hari di mana seluruh amal perbuatan mereka akan dihisab di hadapan-Nya.
Ketiga, dari ayat 33 – 44 mengenai bukti-bukti kekuasaan Allah untuk mencipta, di antara menghidupkan bumi yang telah mati dengan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan di atasnya dan dari tumbuh-tumbuhan itu keluar bijian-bijian dan buah-buahan yang dapat dimakan manusia. Kemudian mengenai siang, malam, matahari, bulan, dan seluruh alam semesta.
Keempat, dari ayat 45 – 68 mengenai dialog dengan orang-orang kafir yang tidak mau menerima kebenaran, sehingga Allah menutup kemungkinan mereka untuk bertaubat (menerima kebenaran) saat ajal mereka tiba. Kelima, dari ayat 69 – 76 mengenai bukti-bukti kebenaran kenabian dan kerasulan bagi manusia di hari Akhir.
Keenam, dari ayat 77 – 81 mengenai hujjah dan penjelasan kepada orang-orang yang mendustakan kebenaran, bahwa Allah kuasa menciptakan manusia dari setetes air, mengembalikan tulang yang telah hancur kepada keadaan semula. Allah kuasa menciptakan langit dan bumi, sehingga tentu bisa menciptakan manusia, memematikan dan menghidupkannya kembali.
Ketujuh, dari ayat 82 – 83 mengenai kekuasaan Allah atas segala sesuatu “كُنْ فَيَكُونُ” dan kekuasaan-Nya untuk mengembalikan semua ciptaan-Nya kepada-Nya “وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ”.[]