Rabu, Agustus 17, 2022
  • Login
  • Register
islamina.id
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Wawancara
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Wawancara
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
islamina.id
No Result
View All Result
Home Peradaban
Ada Syiar Islam dalam Batik

Ada Syiar Islam dalam Batik

Ada Syi’ar Islam dalam Batik

Syahril Mubarok by Syahril Mubarok
02/10/2021
in Peradaban, Tajuk Utama
5 0
0
4
SHARES
88
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on WAShare on Telegram

Kita tahu bahwa batik merupakan warisan asli atau budaya dari Indonesia. Akan tetapi, jika dilihat dari aspek filosofis dan sosiologis, batik menjadi bagian dalam penyebaran agama Islam di Nusantara. Dan bagaimana perkembangannya dalam memperjuangkan batik sebagai budaya asli serta agar diakui oleh UNESCO.

Asal muasal batik masih menjadi perdebatan. Sekitar tahun 1677, Nusantara menjadi jalur perdagangan yang meliputi Cina, Jawa, Sumatra, Hindustan, dan Persia. Beberapa catatan juga tertulis terkait ekspor batik dari pulau Jawa ke Malabar (1516 M – 1518 M). Catatan itu juga menggambarkan bahwa kain-kain yang sudah diproses (warna) indah dinamakan dengan batik klasik atau batik murni (Iskandar & Eny, 2016).

BacaJuga

Sejarah Kemerdekaan yang Tercecer

Memahami Filantropi Islam

Darurat Literasi Islam yang Ramah

Secara etimologi, kata “Batik”, berasal dari bahasa Jawa, “amba” yang berarti tulis, dan “nitik” yang berarti titik. Yang dimaksud adalah menulis dengan lilin. Membatik diatas kain menggunakan canting yang ujungnya kecil memberi kesan “orang sedang menulis titik-titik”. Kata “batik” juga merujuk pada kain bercorak dari hasil output bahan malam (wax), kemudian diaplikasikan ke atas kain, sehingga menahan masuknya bahan pewarna (Sularso dkk, 2009).

Banyak sumber juga mengaitkan batik telah ada sejak zaman kerajaan Majapahit. Saat itu batik masih menjadi pakaian raja, keluarga, dan para pengikutnya saja. Barulah sekitar akhir abad ke 18 M, batik digunakan secara luas khususnya suku Jawa. 

Islam dan Perkembangan Batik

Sony dkk, dalam buku “Batik dan Batikan” membagi sejarah perkembangan batik menjadi empat periode. Periode pertama saat masih pada zaman kekuasaan Majapahit. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, kain batik masih dominan hanya dikenakan dalam lingkungan kerajaan. Batik menjadi pakaian kelompok elite saja (Sony dkk, 2016).

Periode kedua, mulai bersentuhan dengan Islam. Yakni ketika keturunan Majapahit, Bathara Kathong mendakwahkan Islam di Ponorogo, Jawa Timur. Kemudian disusul kehadiran Kyai Hasan Besari (Pesantren Tegalsari) yang tidak hanya sebagai seorang guru agama, melainkan budayawan. Beliaulah yang mengenalkan batik keluar dari mindset pakaian khusus raja. Hasilnya, sekarang ada di beberapa lokasi perbatikan Kauman seperti Kepatihan Wetan, Kadipaten, Setono, Ronowijoyo, Kertosari, Ngunut dan lain-lain (Sony dkk, 2016).

Masuk dalam periode ketiga. Dimana umumnya kita kenal dengan batik Solo dan Yogyakarta. Awalnya dikenal sejak zaman Kerajaan Mataram ke – I (Panembahan Senopati). Pembuatan batik masih dibatasi hanya dalam lingkungan kerajaan. Ketika ada upacara resmi, seluruh keluarga keraton memakai batik dengan kombinasi lurik. 

Di masa penjajahan Belanda, banyak dari keluarga kerajaan mengungsi dan menetap diluar tembok keraton akibat seringnya perang. Mereka menyebar di wilayah-wilayah seperti Banyumas, Pekalongan, Ponorogo, dan Tulungagung.

Kemudian di periode keempat, batik tersebar di berbagai wilayah. Selain Solo dan Yogyakarta, batik juga hadir ditempat-tempat yang masih kita bisa temui hingga saat ini. Sebut saja Banyumas (wilayah Purwokerto dan Cilacap), yang dahulu dikenakan oleh para syuhada’ pasukan Pangeran Diponegoro. Lalu batik tersebar sampai Jawa bagian barat.

Beragam Makna Filosofi

Tidak hanya menawarkan keindahan melalui goresan warna, tetapi ada filosofi tersendiri dari batik yang kita kenakan atau ketahui. Dalam “Sejarah Batik di Jawa Tengah”, ada dua konsepsi yang bisa kita jadikan sumber. 

Pertama, dalam konsepsi kejawen, motif batik banyak berisi konsep spiritual. Hal ini diwujudkan dalam bentuk simbol-simbol. Di belahan daerah lain juga memiliki kandungan filosofis sesuai dengan tempat produksinya (Diyah dkk, 2014). Bahkan, di beberapa tempat ada cara membatik yang harus didahului dengan ritual tertentu, seperti membaca mantra atau berpuasa terlebih dahulu.

Kedua, dalam konsepsi Islam. Silahkan dilihat motif batik Rifa’iyah, yang menghindari unsur penggambaran binatang dan manusia. Terdapat filosofi dari ajaran Syaikh Ahmad Rifa’i dalam motif batiknya. Motif Pelo Ati, yang “agar tehindar” dari penggambaran syirik, motifnya dibuat dengan ilustrasi kepala ayam terpenggal dari tubuhnya. Makna mendalam lainnya ampela burung digambarkan di luar tubuh burung (Bulan, 2015). 

Ampela sebagai tempat kotoran dan harus dibuang. Ampela diibaratkan sifat buruk manusia yang harus dihilangkan. Kitab Tarajumah menyebutkan tentang sifat-sifat buruk manusia yaitu Ḥubbu al-Dunya (cinta dunia), Thama’ (rakus), Itba’ al-Hawa (menuruti hawa nafsu), ‘Ujub (sombong), Riya’ (pamer), Takabbur (sombong), Hasud dan Sum’ah.

Dari berbagai konsepsi diatas, tidak menjadi masalah selama motif batik yang dipakai tidak menyalahi Islam. Dalam arti bermotif apa saja dan tidak mengganggu unsur kebudayaan lain. Komposisi bahan untuk membuat batik juga dari bahan-bahan yang halal dan ramah lingkungan. Batik masih menjadi sarana syi’ar Islam hingga kini dalam paduan budaya.

Baca Juga:
Strategi Sunan Ampel Menekan Tradisi Mabuk


Referensi

  1. Iskandar & Kustiyah, Eny. “Batik Sebagai Identitas Kultural Bangsa Indonesia di Era Globalisasi”. Jurnal GEMA, thn xxx/52/Agustus 2016 – Januari 2017.
  2. Sularso. 60 Tahun Gabungan Koperasi Batik Indonesia. (Jakarta, 2009).
  3. Priyanto, Sony Heru, dkk. Batik dan Batikan. (Griya Media: UKSW, 2016).
  4. Prizilla, Bulan. Revealing Decoration of Batik Pelo Ati. diakses dari https://io.telkomuniversity.ac.id/revealing-decoration-of-batik-pelo-ati/
  5. Wahyuningsih, Diyah, dkk. Sejarah Batik di Jawa Tengah. (Semarang: Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi JATENG, 2014).
Tags: BatikIslam dan BatikIslam NusantaraIslamisasi
Previous Post

Vaksin adalah Representasi Keimanan dan Kecintaan Terhadap Negara

Next Post

Akar Historis Kelompok Radikal di dalam Islam (2)

Syahril Mubarok

Syahril Mubarok

Netflix dan Kopi Hitam

RelatedPosts

Sejarah Kemerdekaan yang Tercecer
Peradaban

Sejarah Kemerdekaan yang Tercecer

16/08/2022
memahami filantropi islam
Kolom

Memahami Filantropi Islam

14/08/2022
Darurat Literasi Islam yang Ramah Islamic Book Fair
Kolom

Darurat Literasi Islam yang Ramah

12/08/2022
thumbnail bulletin jum'at al-wasathy
Bulletin

Bulletin Jum’at Al-Wasathy | Edisi 037

12/08/2022
Sekjen MUI Amirsyah Tambunan
Kabar

Jelang 2024, MUI: Tolak Politisasi Agama dan Politik Identitas

10/08/2022
bulletin jum'at
Bulletin

Bulletin Jum’at Al-Wasathy | Edisi 036

05/08/2022
Next Post
Akar Historis Kelompok Radikal Di Dalam Islam (2)

Akar Historis Kelompok Radikal di dalam Islam (2)

Kenapa Gagasan Islam Nusantara Kurang Diterima Di Kawasan Melayu?

Kenapa Gagasan Islam Nusantara Kurang Diterima di Kawasan Melayu?

Cari Artikel

No Result
View All Result

Masuk / Daftar

Masuk ke Akun anda
face
visibility
Daftar | Lupa kata sandi ?

Artikel Teerbaru

Sejarah Kemerdekaan yang Tercecer

Sejarah Kemerdekaan yang Tercecer

16/08/2022
memahami filantropi islam

Memahami Filantropi Islam

14/08/2022
Darurat Literasi Islam yang Ramah Islamic Book Fair

Darurat Literasi Islam yang Ramah

12/08/2022
Kepala BNPT Komjen Boy Rafli Amar dan Ketua Umum Mathlaul Anwar KH Embay Mulya Syarief

Ormas Keagamaan Harus Ikut Masifkan Media Sosial Dengan Konten Perdamaian

12/08/2022
thumbnail bulletin jum'at al-wasathy

Bulletin Jum’at Al-Wasathy | Edisi 037

12/08/2022

Trending Artikel

  • Pribadi Nabi Muhammad Saw Yang Introvert

    Pribadi Nabi Muhammad SAW yang Introvert

    81 shares
    Share 32 Tweet 20
  • Belajar Konsep Ketuhanan dari Surat Al Ikhlas

    62 shares
    Share 25 Tweet 16
  • Cara Islam Mengatasi Rasa Insecure

    53 shares
    Share 21 Tweet 13
  • Disebut Jokowi di Pengukuhan PBNU, Ini Profil Ainun Najib

    49 shares
    Share 20 Tweet 12
  • Definisi Dai, Ustadz, Mufti, Murobbi dan Syarat-syarat yang Harus Dipenuhi

    40 shares
    Share 16 Tweet 10
Putih E E
  • Redaksi
  • Kirim Artikel
  • Tentang Kami
  • Kontak Kami
  • Kerjasama
No Result
View All Result
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Bulletin
    • Bulletin Jumat
    • Bulletin Islamina

© 2021 Islamina - Design by MSP.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

*By registering into our website, you agree to the Terms & Conditions and Privacy Policy.
All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

This website uses cookies. By continuing to use this website you are giving consent to cookies being used. Visit our Privacy and Cookie Policy.