Akhir-akhir ini terdapat sekelompok umat yang selalu mengusik kelompok lain. Segala ucapan dan tindakan selalu mengarah pada permusuhan. Mereka tidak hanya berkeyakinan bahwa hanya kelompoknya saja yang benar dan menganggap kelompok lain salah, namun juga memaksakan kehendak kelompok lain untuk bisa sama dengan kelompoknya. Tindak kekerasan pun sering kali menjadi langkah ‘dakwah’-nya.
Teori beragama sejatinya tidak mengajarkan untuk memaksakan kehendak kepada orang lain. Dalam Islam misalnya, ada ajaran dakwah (mengajak) kepada orang lain, namun caranya harus dengan mauidhah hasanah (perkataan yang baik), bahkan mujadalah bil hikmah (adu argumentasi dengan bijaksana). Tidak diperkenankan seorang da’i mengajak kepada orang lain kepada kebaikan dengan cara yang munkar.
Agama mengajarkan persaudaraan seiman dan sesama manusia. Dalam agama Islam ada istilah ukhuwah islamiyah (persaudaraan sesama penganut agama Islam) dan ukhuwah insaniyah (persaudaraan sesama manusia). Bahkan, dalam bingkai kenegaraan, ada istilah pula ukhuwah wathoniyah (persaudaraan sesama warga negara). Sebagai seorang saudara, tentu tidak elok manakala antara satu dengan yang lain saling bermusuhan. Antara satu dengan yang lain mesti memiliki hubungan yang harmonis.
Namun demikian, ketidakharmonisan hubungan yang terjadi di negara kita saat ini perlu mendapat perhatian bersama. Bagaimana tidak, di dalam agama Islam sendiri terdapat kelompok yang tidak bisa menjaga ukhuwah insaniyah. Kelompok ini menganggap bahwa kelompoknya adalah yang paling benar. Lebih dari itu, kelompok ini secara massif menebar virus permusuhan kepada kelompok lain. Mereka tidak segan menuduh kelompok lain sebagai ahli bid’ah atau bahkan pengkafiran. Tentu, hubungan ini sangat tidak pas di dalam agama Islam.
Dalam skala lebih luas, kelompok ini juga sering kali menghujat pemeluk agama lain. Mereka membuat keresahan melalui lisan, tulisan, atau bahkan tindakan. Kelompok ini seakan tidak pernah berusaha menjalankan ukhuwah insaniyah ataupun ukhuwah wathoniyah. Apabila mereka berfikir bahwa seluruh manusia adalah saudara, atau bahkan seluruh warga negara adalah saudara, tentu tidak akan melakukan hal-hal negatif ini. Namun demikian, kenyataan ini bisa terjadi lantara pemahaman persaudaraan ini sudah tertutup oleh egoisme diri dan kelompok.
Dalam pada itulah, menjadi pekerjaan rumah (PR) bersama adalah, bagaimana kondisi persaudaraan yang ada ini bisa dirajut dengan baik. Perbedaan merupakan sunatullah yang tidak akan bisa dihindarkan. Sehingga, pengertian antara satu orang dengan yang lain menjadi kewajiban mutlak. Para pemeluk agama mesti bisa menjaga iman dan persaudaraan. Jangan sampai mengalahkan salah satu karena keduanya tidak bertentangan, bahkan saling menguatkan. Dalam diri setiap pemeluk agama mesti meyakini bahwa agamanya merupakan agama yang paling benar dan baik. Namun demikian, jangan sampai menghujat pemeluk agama lain. Karena, menghujat pemeluk agama lain bukan berarti menambah keimanan seorang hamba kepada Tuhannya, melainkan menanam benih permusuhan sesama manusia.
Menjaga hubungan kepada sesama di dalam agama Islam justru menjadi tanda-tanda hamba beriman kepada Tuhan. Agama Islam mengajarkan bahwa ketika seseorang beriman kepada Tuhan maka harus memiliakan tetangga, tamu, dan berkata baik atau jika tidak bisa diam. Ajaran ini jika dipraktikkan merupakan ajaran yang sangat baik dalam menjalankan kehidupan bersama. Dan ketika seseorang melakukan ini semua, maka ia mendapat tiket iman kepada Tuhan.
Mafhum mukhalafah dari ajaran berbuat baik kepada tamu, tetangga, dan menjaga lisan adalah apabila seseorang tidak bisa mempraktikkan ketiganya, maka keimanan kepada Tuhan dipertanyakan. Padahal, umat yang sering kali menghujat kelompok lain adalah umat yang mengaku paling beriman. Mereka juga sering kali membuat kegaduhan sehingga tetangga terusik. Mereka juga mengaku orang paling beriman. Maka, umat seperti inilah mesti merenung, apakah yang selama ini diperbuat sudah sesuai ajaran agama atau justru hanya mencari sensasi, menyombongkan diri sebagai kelompok gagah (padahal kelompok lain yang gagah saja diam).
Wallahu a’lam.