Alhamdulillah, islamina.id hadir dengan bulletin Jum’at rutin yang dapat dibaca oleh kaum muslimin seluruh Indonesia. Bulletin Jum’at ini hadir dalam rangka membumikan nilai dan ajaran moderasi Islam di tengah masyarakat.
Bulletin Jum’at Al-Wasathy edisi kali ini dengan judul “Memahami Makna Marhaban Ya Ramadhan”
Tahun 1994, Prof. Dr. M. Quraish Shihab, MA. menerbitkan buku Lentera Hati yang berisi tulisan-tulisannya di Harian Pelita, salah satu tulisan tersebut berjudul Marhaban Ya Ramadhan. Dalam tulisan tersebut, MQS memaparkan makna Marhaban yang terambil dari kata rahb, berarti luas atau lapang, sehingga marhaban menggambarkan bahwa tamu yang datang disambut dan diterima dengan dada lapang, penuh kegembiraan, serta dipersiapkan ruangan yang luas baginya.
Lebih lanjut, MQS menyatakan kata rahb tersebut membentuk kata rahbah, yang diartikan sebagai ruangan luas untuk mobil, guna memperoleh perbaikan atau memenuhi kebutuhan, untuk melanjutkan perjalanannya. Sehingga Marhaban merupakan simbol kebahagiaan seseorang dan kesiapan seseorang untuk menyambut kedatangan seseorang yang istimewa.
Dalam sebuah buku berjudul Majalis al-Shalihin al-Ramdhaniyah, Syekh Ali Jumah, mengilustrasikan Ramadhan sebagai tamu agung. Analogi itu pula yang digunakan MQS untuk menggambarkan Ramadhan. Tamu tersebut menjadi agung karena membawa banyak nafhat. Karena saking banyaknya, tidak semua sempat disinggahi, dia memilih dan memilah orang-orang yang bersedia menyambutnya dengan baik.
Dalam sebuah perbincangan, Nabi Muhammad SAW memberikan wejangan kepada para sahabat, untuk bersemangat meraih nafahat. Seseorang yang mendapatkan nafahat tersebut, mendapatkan kebahagiaan. Nasehat tersebut diriwayatkan oleh al-Thabrani dalam Mu’jam al-Kabîr.
عن محمد بن مسلمة الأنصاري أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: إِنَّ لِرَبِّكُمْ فِيْ أَيَّامِ دَهْرِكُمْ نَفَحَاتٍ فَتَعَرَّضُوْا لَهَا، لَعَلَّهُ أَنْ
يُصِيْبَكُمْ نَفْحَةٌ مِنهَا فَلَا تَشْقُونَ بَعْدَهَا أَبَدًا
“Dari Muhammad Bin Maslamah al-Anshari, bahwasanya Nabi SAW pernah bersabda,”Sesungguhnya Tuhanmu memiliki nafahat-nafahat dalam hari-harimu, maka sambutlah nafahat tersebut, semoga jika salah satu nafahat tersebut menimpamu, kamu tidak akan kecewa selamanya setelah (mendapatkan)nya”.
Nafahat dalam kamus-kamus bahasa arab, memiliki makna pemberian, makna tersebut dikonfirmasi oleh Al-Munawi, penulis Faidh al-Qadhir dan Muhammad bin Ismail al-Shan’ani w 1182 H. selain itu, kata tersebut juga memiliki arti hembusan, angin yang berhembus dalam bahasa arab diungkapkan dengan nafahat al-rih, angin yang berhembus tidak dapat dipandang oleh mata, tetapi keberadaannya dapat dirasakan oleh seseorang. Begitu juga nafhat yang diberikan oleh Allah, tidak dapat dilihat namun seseorang dapat merasakan ketenangan ketika mendapatkannya.
Selengkapnya baca dan unduh