Alhamdulillah, islamina.id hadir dengan bulletin Jum’at rutin yang dapat dibaca oleh kaum muslimin seluruh Indonesia. Bulletin Jum’at ini hadir dalam rangka membumikan nilai dan ajaran moderasi Islam di tengah masyarakat.
Bulletin Jum’at Al-Wasathy edisi kali ini dengan judul “Taqwa Sebagai Output Puasa”
Ramadhan telah bersama kita. Puasa sedang kita jalankan. Pilpres dan pileg pun sudah usai. Namun, ujaran kebencian dan hoaks masih saja merajalela. Sepertinya, mereka ini tidak sedang berpuasa. Jika pun berpuasa, tentu hanya menahan haus dan lapar, sebagaimana yang disabdakan oleh Nabi, banyak orang yang berpuasa yang tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya, kecuali haus dan lapar.
Sebenarnya, melalui ibadah puasa kita diajarkan untuk menghentikan sejenak rutinitas keduniawian, melepaskan diri dari kemelekatan duniawi. Puasa ini adalah ajaran purba yang juga berlaku kepada umat-umat sebelum Nabi Muhammad. Siti Maryam pun berpuasa dengan cara tidak berbicara, Nabi Daud dan Nabi Musa pun berpuasa. Karena itulah, ajaran puasa ini dapat dengan mudah dijumpai dalam agama-agama lain.
Untuk memperingati hari raya Yom Kippur, umat Yahudi melaksanakan puasa selama 25 jam. Umat Kristiani pun melaksanakan puasa selama 40 hari yang umumnya dilakukan Rabu Abu sampai Jumat Agung, dengan cara berpantang terhadap ketergantungan duniawi. Begitu pula dengan agama-agama lain.
Sekalipun berbeda teknis dan waktu puasa, tujuan dari puasa adalah sama, yakni menajamkan rohani, mendekatkan diri kepada Tuhan, sehingga cita-cita sebagai manusia yang bertaqwa dan suci dapat terwujud melalui ibadah puasa ini.
Begitu pula dengan puasa umat Islam. Allah berfirman dalam surat al-Baqarah ayat 183, “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kamu bertakwa”.
Jika mencermati ayat ini, maka jelas puasa hanya diperuntukkan kepada mereka yang beriman. Tentu, yang tak beriman tak akan mempercayainya sehingga tidak melaksanakan puasa. Hanya karena kekuatan imanlah, seseorang rela untuk tidak makan-minum dan berhubungan seks di siang hari. Kalau bukan karena iman yang ada di dada, seseorang bisa saja secara sembunyi-sembunyi melakukan hal-hal yang membatalkan puasa, seperti makan, minum dan berhubungan seks.
Selengkapnya baca dan unduh di sini