Siapa yang tidak mengenal KH. Maimoen Zubair? Ulama yang akrab disapa ‘Mbah Moen’ merupakan salah satu ulama Indonesia abad kini yang diakui oleh dunia. Selain ahli di bidang keagamaan, Mbah Moen juga terkenal dengan ulama dengan semangat nasionalisme yang tinggi.
Bukan sebuah kebetulan jika Islam dapat berkembang pesat dan menjadi agama mayoritas penduduk Indonesia, tapi memang ada beberapa kesamaan dan keserasian antara Indonesia dan Islam sesuai skenario Allah SWT. Syekh Nawawi Banten pernah berkata;
إِنَّ شَرْطَ الْمُرَافَقَةِ الْمُوَافَقَةُ
“Syarat sebuah kedekatan adalah keserasian”
KH. Maimoen Zubair sering sekali menyampaikan dalam pengajiannya tentang kesamaan antara Indonesia dan Islam. Salah satu yang sering disampaikan adalah filosofi mengenai 17-08-45. Dengan notabene beliau yang seorang ahli tafsir, tentu ayat-ayat Alquran yang sering beliau sebutkan tentang kecocokan antara Indonesia dengan Islam bukanlah asal-asalan dan cocoklogi belaka.
Mbah Moen beberapa kali dalam kesempatan tausiyahnya menyampaikan banyak kesamaan Indonesia dengan Islam, kesamaan dalam angka ataupun kesamaan dalil-dalil Alquran maupun al-Hadits dengan apa yang ada di Indonesia.
Misteri Angka 17-08-45
Angka 17 yang menjadi tanggal proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, yang menurut Mbah Moen hal ini tidak dapat dipisahkan dengan Rasulullah SAW dan simbol-simbol Islam. Sebab tanggal diutusnya Rasulullah SAW bertepatan dengan 17 Ramadhan 8 Agustus, sedangkan proklamasi kemerdekaan NKRI tanggal 17 Agustus 8 Ramadhan. Masya Allah.
Pada tanggal 17 Ramadhan pula Al-Qur’an diturunkan dari Lauhul Mahfuz ke Baitul Izzah , langit dunia. Allah berfirman;
إِنَّآ أَنزَلْنَٰهُ فِي لَيْلَةِ ٱلْقَدْرِ
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan” [Q.S. al-Qadr: 1]
Menurut Ibnu Abbas RA, pada tanggal diturunkannya Alquran itu pula tepat datangnya malam Laylat al-Qadr. Menurut penuturan beliau, pada tanggal 17 Ramadhan kala itu terjadi perang badar yang dimenangkan oleh umat muslim dengan bala bantuan malaikat yang diturunkan oleh Allah SWT.
Demikian pula yang terjadi menjelang proklamasi. Beberapa hari mendekati proklamasi kemerdekaan Indonesia terjadi tarik-ulur kesepakatan pendapat antara golongan muda dan golongan tua disertai gontot-gontotan persetujuan dari pihak Jepang. Tapi akhirnya atas izin Allah SWT, kemerdekaan tetap menjadi hak independen Indonesia setelah Jepang akhirnya menyatakan menyerah dari sekutu.
Selain kemiripan angka di muka, angka 17 itu juga sama dengan jumlah rukun sholat dan rakaat sholat. Menurut KH. Maimoen Zubair, filosofi dua sayap garuda yang bulunya sama-sama ada 17, yang kanan adalah tanda rukun dan rakaat sholat, sedangkan yang kiri adalah tanda pemuda.
Mbah Moen memfilosofikan 17 bulu pada sayap kiri garuda dengan pemuda, karena selisih tahun antara tanggal Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 dengan Proklamasi Kemerdekaan NKRI 17 Agustus 1945 adalah 17 tahun. Filosofi Mbah Moen ini berlandaskan pada hadits Rasulullah SAW yang berbunyi;
شُبَّانُنَا الْيَوْمَ رِجَالُنَا الْغَدَ
“Para pemuda kita hari ini adalah para pahlawan kita di masa depan”
Mbah Moen juga pernah menyampaikan bahwa seseorang akan mulai mencari jati dirinya pada usia 17 tahun. Secara psikologis, remaja berusia 17 tahun memang sudah mulai berperan dan terlibat aktif dalam lingkungan, keluarga ataupun hubungan sosial yang lain.
Pada usia itu juga, remaja mulai memiliki pemikiran-pemikiran ideal, memikirkan masa depan, dan belajar kemandirian baik di bidang emosional maupun finansial. Mbah Moen pernah menyampaikan, “Manusia itu mulai mencari jati dirinya pada usia 17 tahun. Jadi, kalau sampai umur 40 tahun masih bodoh, berarti ya bodoh selamanya”.
Secara psikologis, usia 17-30 tahun adalah usia di mana manusia sedang berada di periode quarter life crisis atau krisis seperempat abad dalam kehidupan. Umumnya, orang yang sedang berada di fase ini sering mengalami bingung, galau, tidak memiliki arah, dan khawatir akan ketidakpastian kehidupannya di masa mendatang. Atau dengan kata lain, sedang mencari jati diri di fase labil dan mencari jalan keluarnya.
Angka 8
Selanjutnya angka 8 yang berarti bulan Agustus. Mbah Moen pernah menerangkan pada salah satu tausiyahnya, bahwa pada bulan Agustus adalah masa di mana Nur Rasulullah SAW berpindah dari Sayyid Abdullah ke rahim Sayyidah Aminah yang bertepatan dengan bulan Rajab menurut kalender penanggalan Hijriyah.
Secara medis, usia kehamilan pada umumnya adalah 9 bulan. Berarti jika dihitung menggunakan kalender Hijriyah dari bulan Rajab, maka Rasulullah SAW lahir pada bulan Rabiul Awal. Sedangkan jika dihitung menggunakan kalender Masehi dari bulan Agustus, maka bulan kelahiran Rasulullah SAW adalah bulan April.
Angka 8 juga menunjukkan anggota sujud menurut pendapat Mbah Moen. 8 anggota sujud itu ialah; dahi, telapak tangan kanan dan kiri, lutut kanan dan kiri, jari-jari kaki kanan dan kiri yang harus menghadap kiblat, dan yang terakhir adalah hati. Sebab akan percuma jika seluruh anggota tubuh sudah merendah dan meringkuk akan tetapi hati masih tetap sombong mendongak dan congkak memikirkan kehidupan dunia yang fana.
Selain itu, surga Allah juga mempunyai 8 pintu yang satu per-satunya dikhususkan untuk golongan tertentu. Pertama ar-Rayyan untuk orang-orang yang berpuasa. Kedua as-Shadāqah untuk orang-orang yang gemar bersedekah. Ketiga as-Shalat untuk orang-orang yang disiplin dan rutin menjalankan sholat wajib dan sunnah. Keempat al-Jihād untuk orang-orang yang ikhlas dalam berjihad dalam jalan Allah. Kelima ad-Dzikr untuk orang-orang yang ahli berdzikir. Keenam al-Ayman untuk orang-orang yang masuk surga tanpa hisab. Ketujuh al-Kaadziminal Ghaidz untuk orang-orang yang dapat mengendalikan amarahnya. Kedelapan Bāb al-Walid untuk orang-orang yang berbakti kepada orang tuanya.
Angka 45
Yang terakhir angka 45. Menurut penuturan Mbah Moen, angka 45 adalah hitungan kita membaca 2 kalimat syahadat dalam sehari semalam. 45 di sini bukan berarti membaca 2 kalimat syahadat sebanyak 45 kali, akan tetapi 4 kali di malam hari pada sholat maghrib dan isya, dan 5 kali di siang hari yang dimulai dari sholat subuh hingga sholat ashar.
4 kali di malam hari pada waktu shalat maghrib dan isya adalah 2 kali dibaca pada 2 tasyahud pada shalat maghrib, yakni pada rakaat yang kedua dan ketiga. Sedangkan pada shalat isya, 2 kali dibaca pada tasyahud awal dan akhir, yakni rakaat kedua dan rakaat keempat.
Lalu 5 kali pada siang hari adalah pada saat tasyahud terakhir atau rakaat kedua shalat subuh, rakaat kedua dan keempat shalat dhuhur, dan rakaat kedua dan keempat di shalat ashar.
Jika dijumlah, angka 4 dan 5 menghasilkan angka 9. Angka 9 adalah angka yang unik daripada angka yang lain menurut Mbah Moen. Sebab angka 9 ini jika dikalikan dengan angka berapapun hasilnya tetap sembilan. Contoh saja 9×2, 9×3, 9×4 dan seterusnya. 9×2=18, 9×3=27, 9×4=36. Angka 1 dan 8 menghasilkan angka 9, angka 2 dan 7 menghasilkan 9, angka 3 dan 6 juga menghasilkan 9 begitupun seterusnya.
Angka 4 adalah pilar milik Indonesia. 4 pilar Indonesia itu adalah Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI, UUD 45. Kemudian angka 5 adalah bentuk dari rukun Islam yang juga diinterpretasikan oleh Mbah Moen sebagai isi dari pilar pertama, yakni Pancasila yang memiliki 5 sila.
Dalil Alquran Kemerdekaan
Surah Fatir Ayat 27
Secara verbal ayat ini menjelaskan tentang air yang diturunkan oleh Allah dari langit yang dengan air itu Allah menumbuhkan berbagai macam dan jenis tanaman. Pada ayat itu juga Allah menyebutkan gunung-gunung yang berwarna putih dan merah dan warna-warna yang lain. Allah berfirman;
اَلَمْ تَرَ اَنَّ اللّٰهَ اَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءًۚ فَاَخْرَجْنَا بِهِ ثَمَرٰتٍ مُّخْتَلِفًا اَلْوَانُهَا ۗوَمِنَ الْجِبَالِ جُدَدٌ ۢبِيْضٌ وَّحُمْرٌ مُّخْتَلِفٌ اَلْوَانُهَا وَغَرَابِيْبُ سُوْدٌ
“Tidakkah engkau melihat bahwa Allah menurunkan air dari langit lalu dengan air itu Kami hasilkan buah-buahan yang beraneka macam jenisnya. Dan di antara gunung-gunung itu ada garis-garis putih dan merah yang beraneka macam warnanya dan ada (pula) yang hitam pekat.”
KH. Maimoen Zubair menyoroti kata بِيْضٌ وَّحُمْرٌ yang berarti putih dan merah. Warna putih dan merah ini mirip dengan warna bendera sang Saka Merah Putih milik Indonesia hanya saja disebutkan secara terbalik dalam Alquran.
Menurut beliau hal itu sama saja, sebab didahulukan penyebutan warna putih yang berarti bersih dan suci dalam keikhlasan yang kemudian dapat memunculkan rasa semangat dan perjuangan dalam pengorbanan dengan simbol warna merah.
Di Indonesia, tepatnya di Pulau Sabu, Kecamatan Hawu Mehara, Kabupaten Sabu Raijua, Provinsi Nusa Tenggara Timur, terdapat bukit bernama Kelabba Majja yang berwarna-warni dengan dominasi warna merah-putih. Setidaknya, bukit ini dapat mewakili salah satu dari sekian banyak gunung warna-warni seperti di China dan negara-negara lain yang menjadi bukti kebenaran Alquran.
Surah Al-Fath Ayat 29
كَزَرْعٍ اَخْرَجَ شَطْئَه فَاٰزَرَهُ فَاسْتَغْلَظَ فَاسْتَوٰى عَلٰى سُوْقِهِ يُعْجِبُ الزُّرَّاعَ لِيَغِيْظَ بِهِمُ الْكُفَّارَ
“Yaitu seperti benih yang mengeluarkan tunasnya, kemudian tunas itu semakin kuat lalu menjadi besar dan tegak lurus di atas batangnya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin).”
Maimoen Zubair menyebutkan ayat ini karena di Indonesia banyak sekali tanaman dan tumbuh-tumbuhan yang subur. Hal itu terbukti dengan luas lahan pertanian di Indonesia yang mencapai sekitar 8 juta hektar dan luas lahan hutan yang mencapai 66,5 juta hektar pada tahun 2022 ini.
Ayat ini juga memiliki keserasian dengan hadits di muka yang menjelaskan tentang pemuda. Ayat ini menggambarkan proses pertumbuhan tunas yang semakin kuat hingga menjadi besar dan tegak lurus menjulang di atas batangnya, juga menunjukkan bagaimana rasa bahagia yang dirasakan oleh penanamnya yang melihat benih yang ditanamnya kini telah besar dan berbuah.
Baca Juga: Transformasi Zakat Perspektif KH. Maimoen Zubair
Referensi:
Mbah Moen “17-08-45, Kode Etik Umat Islam Indonesia” diakses dari www.ppalanwar.com