Jumat, Agustus 12, 2022
  • Login
  • Register
islamina.id
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Wawancara
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Wawancara
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
islamina.id
No Result
View All Result
Home Kolom
Ulama Scaled

Ulama Scaled

Bersyariat Dengan Tasawuf

Hatim Gazali by Hatim Gazali
25/03/2021
in Kolom, Tajuk Utama
4 0
0
4
SHARES
83
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on WAShare on Telegram


Barangsiapa yang bertasawuf tetapi tidak berfiqih maka ia termasuk zindik.

Dan barangsiapa yang berfiqih tetapi tidak bertasawuf maka ia fasik

(Abu Hamid al-Ghazali)

Islamina.id – Ditengah perjalanan bus dari Surabaya ke pulau Madura, kami bertemu segerombolan orang. Mereka menggunakan surban, jubah, sarung, peci lengkap dengan jenggotnya.

BacaJuga

Bulletin Jum’at Al-Wasathy | Edisi 037

Jelang 2024, MUI: Tolak Politisasi Agama dan Politik Identitas

Bulletin Jum’at Al-Wasathy | Edisi 036

Selama dalam perjalanan, terjadilah sebuah perbincangan yang cukup serius antara kami dan dia. Mau kemana? Dan dalam rangka apa? Begitu kami menyapa.

Dia menjawab”kami mau ke Pamekasan (Madura) dalam rangka menegakkan syariat islam, berjihad dijalan Allah dan mengikuti sunnah rasul”.

Perbincangan kami pun terasa sangat akrab dan intim. Akhirnya, kami bertanya padanya: “apakah Rasulullah dalam melakukan perjalanan pakai bus atau menggunakan onta?”


Perbincangan kami dengannya terus berlanjut pada seputar syariat Islam dan nabi Muhammad, termasuk juga tentang jihad. Dari perbincangan tersebut, ada perbedaan yang cukup mendasar antara kami dan mereka dalam memahami islam.

Menurutnya, syariat Islam harus ditegakkan dengan berbagai cara, bahkan jika perlu dengan peperangan (jihad). Hukum potong tangan bagi pencuri, rajam bagi pezina, menggunakan sorban, berjenggot adalah aturan yang diperintahkan dan dicontohkan oleh nabi Muhammad.

Sementara itu, pemeluk agama lain seperti Kristen, Yahudi harus ditumpas dari muka bumi ini. Sebab, islam telah datang untuk menggantikan agama-agama sebelumnya.


Dari perbincangan kami dengan mereka ada dua hal penting yang menjadi teka teki dalam benak kami. Apakah yang dimaksud dengan syariat? Dan, apakah islam datang untuk membunuh dan penumpas pemeluk agama lain (non-muslim).

Lalu, seperti apakah islam yang diteladankan nabi Muhammad kepada pemeluknya.

Baca juga: Membangun Agama Kerakyatan


Dalam kitab-kitab kuning, kata syariat diartikan sebagai hal-hal yang datang dari Allah dan Rasul. Karena itu, kata syari —dalam bentuk isim fail—bermakna Allah dan Rasul.

Maka, syariat meliputi fiqh, tasawuf, hikmah dan lain sebagainya. Sebab, al-Quran bukan kompilasi hukum, bukan kitab Undang-Undang, bukan kitab sejarah. Melainkan kita suci yang menjadi pedoman bagi seluruh umat manusia.


Akan tetapi, belakangan ini ada sebuah pemahaman yang kurang tepat dalam memaknai syariat. Kata syariat seringkali diartikan dan disamakan dengan fiqih. Para pejuang formalisasi syariat islam, memandang bahwa hukum potong tangan, rajam dan aturan-aturan lain dalam fiqih harus diterapkan dalam kehidupan sosial.

Anehnya, fiqh yang harus diterapkan adalah fiqh karangan ulama-ulama klasik yang hidup ratusan tahun sebelum kita. Menurut Ali al-Tahanawi sebagaimana yang dikutip oleh Jamal al-Banna dalam kitab Nahwa fiy al-Jadid, syariat adalah apa yang telah disyariatkan Allah kepada hamba-Nya tentang hukum yang disampaikan kepada umat melalui para nabi , baik yang berkaitan dengan cara-cara beramal, yang bersifat cabang (furuiyah) yang telah disusun dalam suatu disiplin ilmu yang disebut dengan ilmu fiqih, atau yang berkaitan dengan masalah keimanan yang bersifat pokok (ushuliyyah) yang tersusun dalam ilmu kalam, atau yang berkaitan dengan akhlaq.


Dalam kerangka inilah, dapat dipahami bahwa sesungguhnya syariat tidak hanya meliputi fiqh, tetapi juga terkait dengan yang lain. Maka, penting kiranya merenungkan kembali ungkapan hujjatul islam Abu Hamid al-Ghazali diatas.


Islam sebagai agama yang dibawa oleh nabi Muhammad mengajak umat manusia untuk mendekatkan diri kepada allah (taqarrub ila allah). Kedekatan diri kepada Tuhan bukan hanya ditentukan oleh banyaknya ibadah seperti shalat, puasa, zakat, haji. Tetapi, juga dzikir kepada allah dengan sungguh-sungguh.

Baca juga: Kunci Mendaki Puncak Spiritualitas: Belajar Dari Muhammad dan Sang Buddha

Bisa jadi, kita melaksanakan shalat dengan rajin, tetapi lantaran tidak khusyuk bukan semakin dekat kepada Allah, justru semakin jauh. Sebaliknya, orang yang hanya melaksanakan iabdah sekedar kemampuannya bisa jadi sangat dekat kepada Allah karena ibadah yang dikerjakannya penuh dengan kekhusyuan, ketaatan dan ketulusan.

Allah berfirman dalam hadist qudsi ”innallaha la yandhuru ila ajsamikum walakin yandhuru ila qulubikum” [Allah tidak melihat jasad-fisik seseorang, melainkan melihat hatinya]. Dan, hanya orang-orang yang berdzikir itulah yang bisa merasakan kedamaian, ketenangan yang sesungguhnya. Ala bidzikrillahi tathmainnul qulub
Kedua, tujuan kedatangan islam bukan untuk memusnahkan dan membunuh pemeluk agama lain. Dan satu ayatpun dalam al-Quran yang mengharuskan seseorang untuk membunuh.

Sebaliknya, islam mengajarkan sikap ramah, santun, toleran, berdamai kepada siapapun. Sepanjang hidupnya, Rasul tidak pernah menyuruh penganutnya untuk membunuh pemeluk agama lain. Nabi Muhammad justru hidup berdampingan secara damai dengan pemeluk agama.

Kendati nabi mendapat perlakuan yang tidak manusiawi dari masyarakat Jahiliyah, tetapi beliau sama sekali tidak dendam dan tidak membalasnya. Justru nabi mendoakan agar orang tersebut mendapat hidayat dan mendapat keselamatan didunia dan akhirat.


Dalam kerangka tersebut, Abu Zahro dalam kitab Ushul Fiqh ketika membahas bab Syaru man qablana menjelaskan Inna al-syaraIah al-samawiyah wahidatun fiy ashliha [bahwa sesungguhnya seluruh syariat pada dasarnya adalah satu.] Seluruh nabi yang diutus oleh Allah kemuka bumi ini sama sekali tidak membawa syariat yang berbeda-beda.

Ajaran-ajarannya pada dasarnya adalah sama. Yang menjadi perbedaan diantara ajaran-ajaran para nabi adalah hanya pada hal-hal teknis, furu (cabang), bukan secara subtansial (ushuliyah). Seluruh nabi mengajarkan tauhid, keimanan kepada allah dan hari akhir, berbuat baik terhadap sesama. Persamaan ajaran para nabi ini hanya bisa dijumpai pada hal yang terdapat dari syariat, yakni tasawuf, bukan fiqh.

Jika demikian, tidak ada alasan teologis untuk tidak membangun hubungan yang baik antar sesama pemeluk agama. Inny tawakkaltu alallahi rabby warabbakum ma min dzabbatin illa huwa akhidun binashiyatiha, inna rabby ala kulli syain qodir.

Tags: bersyariatSyariatTasawuf
Previous Post

Inspirasi Surat Al Ashr tentang Kategori Orang yang Beruntung

Next Post

Hati-Hati, Kenali Gejala Wahabisme di Sekitar Kita

Hatim Gazali

Hatim Gazali

Pemimpin Redaksi Islamina.id | Dosen Universitas Sampoerna | Ketua PERSADA NUSANTARA | Pengurus Pusat Rabithah Ma'ahid Islamiyah PBNU

RelatedPosts

thumbnail bulletin jum'at al-wasathy
Bulletin

Bulletin Jum’at Al-Wasathy | Edisi 037

12/08/2022
Sekjen MUI Amirsyah Tambunan
Kabar

Jelang 2024, MUI: Tolak Politisasi Agama dan Politik Identitas

10/08/2022
bulletin jum'at
Bulletin

Bulletin Jum’at Al-Wasathy | Edisi 036

05/08/2022
muharram
Kolom

Tradisi Menyantuni Anak Yatim di Bulan Muharram

01/08/2022
Bulletin Jum'at Al-Wasathy
Bulletin

Bulletin Jum’at Al-Wasathy | Edisi 035

29/07/2022
al-Qur'an Sunnah
Gagasan

Ijtihad dan Gagasan Kembali kepada al-Qur’an Sunnah (2)

28/07/2022
Next Post
Hati-hati, Kenali Gejala Wahabisme Di Sekitar Kita

Hati-Hati, Kenali Gejala Wahabisme di Sekitar Kita

Akhlak Untuk Tidak Mengolok-olok Dan Mencela

Akhlak untuk Tidak Mengolok-olok dan Mencela

Cari Artikel

No Result
View All Result

Masuk / Daftar

Masuk ke Akun anda
face
visibility
Daftar | Lupa kata sandi ?

Artikel Teerbaru

thumbnail bulletin jum'at al-wasathy

Bulletin Jum’at Al-Wasathy | Edisi 037

12/08/2022
Anwar Sanusi

Stop Perdebatan Narasi Konfrontasi Antara Pancasila dan Agama

11/08/2022
Sekjen MUI Amirsyah Tambunan

Jelang 2024, MUI: Tolak Politisasi Agama dan Politik Identitas

10/08/2022
Musdah Mulia

Kikis Intoleransi, Jangan Ada Lagi Pemaksaan Jilbab di Sekolah

07/08/2022
bulletin jum'at

Bulletin Jum’at Al-Wasathy | Edisi 036

05/08/2022

Trending Artikel

  • Pribadi Nabi Muhammad Saw Yang Introvert

    Pribadi Nabi Muhammad SAW yang Introvert

    81 shares
    Share 32 Tweet 20
  • Belajar Konsep Ketuhanan dari Surat Al Ikhlas

    62 shares
    Share 25 Tweet 16
  • Cara Islam Mengatasi Rasa Insecure

    53 shares
    Share 21 Tweet 13
  • Disebut Jokowi di Pengukuhan PBNU, Ini Profil Ainun Najib

    49 shares
    Share 20 Tweet 12
  • Definisi Dai, Ustadz, Mufti, Murobbi dan Syarat-syarat yang Harus Dipenuhi

    39 shares
    Share 16 Tweet 10
Putih E E
  • Redaksi
  • Kirim Artikel
  • Tentang Kami
  • Kontak Kami
  • Kerjasama
No Result
View All Result
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Bulletin
    • Bulletin Jumat
    • Bulletin Islamina

© 2021 Islamina - Design by MSP.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

*By registering into our website, you agree to the Terms & Conditions and Privacy Policy.
All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

This website uses cookies. By continuing to use this website you are giving consent to cookies being used. Visit our Privacy and Cookie Policy.