Masyarakat Muslim pada umumnya, mengucapkan ucapan atau kalimat bela sungkawa dengan bacaan semoga ḥusnu al-ẖātimaẗ. Terutama di musim pandemi yang seperti ini, banyak sekali yang pergi meninggalkan kita. Hampir setiap hari, satu persatu, setiap kali membuka ponsel, terlihat pemberitahuan “innā lillāhi wa innā ilayhi rājiʿūn” telah meninggal dan seterusnya.
Doa demikian —kalimat bela sungkawa innā lillāhi wa innā ilayhi rājiʿūn dan ḥusnu al-ẖātimaẗ— mungkin benar tapi tidak sepenuhnya benar. Tertulis dalam suatu kitab Ḥāšiyatu an-Nabrāwy disaat pengarang al-Iqnāʿ (Syekh Khotib asy-Syirbini) menuliskan penutup dari karangannya:
إذا رضيت عني كرام عشيرتي فلا زال غضباناً علي لئامها
“Jika orang-orang mulia dari kaumku ridha kepadaku, maka orang-orang tercela dari mereka selalu memusuhiku”
فإن ظفرت بفائدة شاردة فادع لي بحسن الخاتمة
“Saat kau menemukan faedah yang hanya ditemui di kitab itu, maka doakanlah aku agar ḥusnu al-ẖātimaẗ”
(فإن ظفرت)
، أي : أيها المطلع على هذا المؤلف الذي تأتى منك الظفر بما ذكر بعد، وقوله : (شاردة)، أي : ليست موجودة في غير هذا المؤلف بحسب رأيك، ويحتمل أن يكون المراد بشرودها عظم موقعها ، فتأمل، وقوله : (فادع لي بحسن الخاتمة)، أي : مكافأة لا حالي إليك بذكر هذه الفائدة في هذا المؤلف ، وفي الحديث من أسدى إلـيـكـم معروفا، فكافئوه، فإن لم تكافئوه، فادعوا له ، وخص الدعاء بحسن الخاتمة، لأن حسنها بالموت على الإيمان أهم ما يشتغل به العاقل، وفيه أن الخطاب في قوله : (فإن ظفرت . . . إلخ)، شامل لمن جاء بعده، ولا معنى للدعاء بحسن الخاتمة بعد الموت، وإنما المناسب بعده الدعاء بنحو مغفرة الذنوب، فلو حذف متعلق الدعاء لكان أوفى وأعم، ويكون المعنى حينئذ فادع لي بحسن الخاتمة وبغيرها ما دمت حيا ، وبعد موتي فادع لي بخير من كل ما فيه نفع أخروي لي، فليتأمل،
Dalam [qawluhu fain ẓafarta] singkatnya dijelaskan: mengucapkan ucapan semoga ḥusnu al-ẖātimaẗ ini ditujukan untuk orang yang belum wafat atau meninggal, sementara yang sudah meninggal sebaiknya didoakan atau kalimat bela sungkawa dengan “maġfiraẗu al-ḏunūb” (ampunan dosa dari Allah), serta doa-doa yang yang bermanfaat untuk kebutuhan uẖrāwy.
Jadi, dengan adanya edukasi ini sudah selayaknya kita mengerti yang perlu didoakan ḥusnu al-ẖātimaẗ itu bukan yang sudah meninggal, tapi justru diri kita sendiri yang belum meninggal (atau bahasa kasarnya masih on the way/mengantri). Yang telah pergi meninggalkan kita akan lebih sesuai kalimat bela sungkawa atau didoakan agar diampuni dosa dosanya, ditempatkan di surga paling tinggi dan seterusnya.