Minggu, Januari 29, 2023
  • Login
  • Register
islamina.id
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Wawancara
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Wawancara
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
islamina.id
No Result
View All Result
Home Kolom
era digital

era digital, radikalisme diam-diam melaju

Era Digital, Radikalisme Diam-Diam Melaju

Nur Kholis by Nur Kholis
23/08/2022
in Kolom, Tajuk Utama
3 1
0
4
SHARES
71
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on WAShare on Telegram

Era digital ditandai dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi serta digitalisasi di banyak aspek kehidupan manusia. Di era ini, kita dimanjakan dengan berbagai fasilitas, salah satunya adalah kemudahan dalam mengakses beragam informasi dengan menggunakan internet dan berbagai platform digital yang lain.

Bahkan, kehadiran internet dan platform digital bukan barang mewah saat ini, karena pembangunan membawa dampak signifikan yang membuat kita semakin mudah berselancar menjelajahi dunia maya.

BacaJuga

Menyapa Agama-Agama dalam Sejarah dan Teologi (1)

Sunnah Rasul Saw dalam Tradisi Selamatan (2)

Duri Islamisme dalam Sejarah NKRI

Berdasarkan hasil riset yang dilakukan oleh Data Portal, dalam laporan yang berjudul Digital 2022, jumlah pengguna media sosial di Indonesia mencapai 191,4 juta pada Januari 2022. Angka ini bertambah 21 juta atau sekitar 12,6 persen dari tahun 2021. Jumlah ini setara dengan 68,9 persen dari total populasi penduduk Indonesia yang saat ini menyentuh angka 277,7 juta per Januari 2022.

Tentu ini merupakan angka yang fantastis bukan? Berbagai kemajuan di era digital, seharusnya membawa energi positif  dan semangat perbaikan bagi kehidupan masyarakat. tetapi, nampaknya bertolak belakang dengan kenyataan yang terjadi. Bagaimana kita melihat nilai-nilai dan norma-norma sosial mulai memudar karena orang-orang lebih memilih berinteraksi menggunakan media sosial.

Ketika di sebuah acara dan kita bertemu dengan teman-teman kita ngobrol, diskusi, saling dialog secara langsung sehingga lebih mendekatkan secara emosional. Kemudian dengan hadirnya smarthphone seakan-akan mampu mengubah segalanya. 

Budaya kita yang awalnya menyukai diskusi, membangun komunikasi, interaktif seolah-olah berubah menjadi individualis. Orang-orang meskipun duduk bersebelahan, namun tidak saling bertegur sapa dan lebih asyik bermain dengan handphone-nya masing-masing.

Internet dan media sosial di era digital bukan hanya sebagai aksesoris belaka, melainkan media informasi bagi banyak orang. Media sosial bukan sekedar sebagai alat pelengkap pada momen-momen membahagiakan dan penting semata, tapi sudah menjelma menjadi kebutuhan wajib bagi sebagian besar orang. 

Tetapi, di tengah pesatnya kemajuan teknologi dan media sosial, justru memunculkan permasalahan baru beberapa waktu terakhir. Dan bahkan persoalan tersebut dapat mengancam persatuan dan kesatuan bangsa. 

Persoalan tersebut disebabkan karena penyalahgunaan media sosial. Media sosial yang seharusnya digunakan untuk menggali informasi dan ilmu pengetahuan, disalahgunakan untuk hal-hal yang negatif dan tidak layak. Bagaimana media sosial dipakai untuk menyebarkan berita bohong, ujaran-ujaran kebencian, hasutan, hoaks bahkan sarana penyebaran paham radikalisme. 

Diam-Diam Melaju

Pertumbuhan media sosial digunakan oleh kelompok-kelompok tertentu untuk menebarkan virus-virus radikalisme dan terorisme. Kita dengan mudahnya menemukan akun-akun yang secara aktif menebarkan kebencian atas nama kelompok, suku, agama, dan individu yang beredar secara luas di internet. Internet digunakan untuk menghujat dan mencaci maki orang atau kelompok yang berbeda pandangan dengan dirinya.

Di masa pandemi Covid-19, kelompok teroris memaksimalkan aktifitas daring. Kelompok-kelompok tersebut menggunakan media sosial untuk melakukan aktifitas propaganda, melaksanakan proses rekrutmen anggota baru hingga  kegiatan pendanaan. Kelompok radikal dan teroris menggunakan media sosial secara massif untuk menanamkan doktrin radikal di masyarakat.

Aktivitas di dunia maya relatif lebih mudah dilakukan, dan cenderung lebih efektif dalam mendogma generasi muda untuk turut serta mendukung ideologi radikal dan ikut terlibat aksi teror. Rekrutmen anggota secara daring juga menjadi program prioritas bagi kelompok-kelompok radikal untuk mendapatkan anggota sebanyak-banyaknya. Ruang digital yang bebas seperti ini menimbulkan problematika baru dalam kehidupan sosial.

Indonesia merupakan negara demokrasi yang menjunjung tinggi nilai-nilai kebebasan dan kemerdekaan. Namun, kebebasan yang dimaksud bukan berarti kebebasan tanpa batas seperti sekarang.  Di mana kita bebas menyebarkan provokasi, hujatan, atau ujaran kebencian terhadap orang lain. 

Karena kebebasan seperti ini tidak sesuai dengan jati diri kita sebagai bangsa Indonesia yang menjunjung tinggi nilai-nilai luhur Pancasila. Lebih dari itu, sikap seperti itu juga bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan.

Seringkali kita terjebak pada sifat sombong, merasa paling benar, paling unggul, dan paling superior. Kebebasan seperti ini tidak membangun kesadaran mengenai pentingnya persatuan dan kesatuan bangsa, tapi malah menciptakan sikap fanatisme buta.

Kondisi yang demikian, mendorong paham-paham radikal dan ekstrem berkembang pesat di Indonesia. keadaan ini sangat disayangkan, bagaimana kebebasan yang kita terapkan, tidak diimbangi dengan pengetahuan dan kebijaksanaan menjadi lahan subur berkembangnya ideologi radikal. Kita tidak boleh memungkiri bahwa media sosial digunakan menjadi sarana penyebaran kebencian, informasi palsu, dan radikalisme.

Tapi kita harus bergerak untuk meng-counter  penyebaran paham-paham ekstremisme dan radikalisme. Beberapa tindakan yang bisa kita lakukan untuk memutus penyebaran paham radikalisme dan terorisme adalah pertama, kita dapat bekerja sama dengan pemerintah untuk membangun sebuah badan keamanan siber nasional yang secara konsisten menghalau berbagai pengaruh negatif dari penggunaan internet.

Kedua, bergabung dengan organisasi-organisasi yang konsisten mengembangkan dakwah yang moderat, santun dan menyejukkan seperti IPNU IPPNU, Ansor, Fatayat NU dan lain sebagainya. Dengan begitu kita mampu membangun konektivitas untuk mengkampanyekan nilai-nilai perdamaian dan toleransi dengan lebih massif dan optimal, serta dapat mengimbangi konten-konten negatif  yang mengancam keutuhan bangsa di dunia maya dan kehidupan sosial.

Ketiga, membangun dialog lintas agama dan budaya secara berkala untuk saling mengenal, belajar, dan mencintai. Dengan dialog, maka semuanya bisa saling memahami, sehingga timbul rasa cinta dan perasaan saling memiliki. Dengan terciptanya perasaan saling memiliki akan menguatkan persatuan dan kesatuan bangsa yang kuat dan tangguh.

Tags: COVID-19Era DigitalFanatismeMedia SosialradikalismeTerorisme
Previous Post

Hijrah dan Celah Radikalisme Pada Generasi Milenial

Next Post

77 Tahun RI, Habib Milenial: Media Digital Belum Merdeka dari Radikalisme dan Intoleransi

Nur Kholis

Nur Kholis

Guru SMA Annur Bululawang Malang

RelatedPosts

Menyapa Agama Agama dalam Sejarah dan Teologi
Kajian

Menyapa Agama-Agama dalam Sejarah dan Teologi (1)

26/01/2023
Sunnah Rasul Saw dalam Tradisi Selamatan
Peradaban

Sunnah Rasul Saw dalam Tradisi Selamatan (2)

24/01/2023
Duri Islamisme dalam Sejarah NKRI
Kajian

Duri Islamisme dalam Sejarah NKRI

19/01/2023
Sunnah Rasul Saw dalam Tradisi Selamatan Hari
Peradaban

Sunnah Rasul Saw dalam Tradisi Selamatan (1)

16/01/2023
Fenomena Mualaf Menjadi Ustadz
Kajian

Fenomena Mualaf Menjadi Ustadz

12/01/2023
Pesantren Kontinuitas dan Perubahan (3)
Kajian

Pesantren: Kontinuitas dan Perubahan (3)

06/01/2023
Next Post
Habib Jafar Al Haddar

77 Tahun RI, Habib Milenial: Media Digital Belum Merdeka dari Radikalisme dan Intoleransi

Gus Najih

Revitalisasi Pancasila Untuk Patahkan Narasi Kelompok Neo-Khawarij

Cari Artikel

No Result
View All Result

Masuk / Daftar

Masuk ke Akun anda
face
visibility
Daftar | Lupa kata sandi ?

Artikel Teerbaru

Menyapa Agama Agama dalam Sejarah dan Teologi

Menyapa Agama-Agama dalam Sejarah dan Teologi (1)

26/01/2023
Sunnah Rasul Saw dalam Tradisi Selamatan

Sunnah Rasul Saw dalam Tradisi Selamatan (2)

24/01/2023
Duri Islamisme dalam Sejarah NKRI

Duri Islamisme dalam Sejarah NKRI

19/01/2023
Sunnah Rasul Saw dalam Tradisi Selamatan Hari

Sunnah Rasul Saw dalam Tradisi Selamatan (1)

16/01/2023
Fenomena Mualaf Menjadi Ustadz

Fenomena Mualaf Menjadi Ustadz

12/01/2023

Trending Artikel

  • Pribadi Nabi Muhammad Saw Yang Introvert

    Pribadi Nabi Muhammad SAW yang Introvert

    110 shares
    Share 44 Tweet 28
  • Belajar Konsep Ketuhanan dari Surat Al Ikhlas

    106 shares
    Share 42 Tweet 27
  • Cara Islam Mengatasi Rasa Insecure

    72 shares
    Share 29 Tweet 18
  • Definisi Dai, Ustadz, Mufti, Murobbi dan Syarat-syarat yang Harus Dipenuhi

    60 shares
    Share 24 Tweet 15
  • Disebut Jokowi di Pengukuhan PBNU, Ini Profil Ainun Najib

    54 shares
    Share 22 Tweet 14
Putih E E
  • Redaksi
  • Kirim Artikel
  • Tentang Kami
  • Kontak Kami
  • Kerjasama
No Result
View All Result
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Bulletin
    • Bulletin Jumat
    • Bulletin Islamina

© 2021 Islamina - Design by MSP.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

*By registering into our website, you agree to the Terms & Conditions and Privacy Policy.
All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

This website uses cookies. By continuing to use this website you are giving consent to cookies being used. Visit our Privacy and Cookie Policy.