Kamis, Februari 2, 2023
  • Login
  • Register
islamina.id
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Wawancara
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Wawancara
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
islamina.id
No Result
View All Result
Home Peradaban
Tradisi Nyadran

Esensi Tradisi Nyadran di Masyarakat

Esensi Tradisi ‘Nyadran’ di Masyarakat

Sahrul Hidayat by Sahrul Hidayat
17/06/2022
in Peradaban, Tajuk Utama
4 0
0
4
SHARES
74
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on WAShare on Telegram

Pembahasan mengenai Nyadran dalam dunia Islam mungkin terdengar asing di kalangan masyarakat umum. Nyadran merupakan salah satu amaliyah kalangan Muslim rural yang berkembang luas di pulau Jawa khususnya. Akan tetapi setiap daerah akan beda pelaksanaanya mungkin hanya sama pada waktu pelaksanaanya yaitu sebelum bulan suci Ramadhan. Seringkali amaliyah Nyadran ini menjadi polemik yang panas di antara golongan umat Islam sendiri. Banyak golongan yang tidak sejalan dengan amaliyah Nyadran yang dilakukan oleh warga Nahdlatul Ulama ini.  Banyak golongan umat Islam yang menghakimi saudaranya sebagai pelaku kebatilan, ahli bid’ah, hingga berani mengkafirkannya. Padahal kenyataannya pembahasan tentang ini sudah dibahas jauh-jauh hari oleh para ulama karena inti dari Nyadran ialah ziarah kubur.

Pada prakteknya di tanah air Indonesia ini, Nyadran pada prinsipnya memang diperbolehkan oleh agama maupun pemerintah. Nyadran merupakan ajaran leluhur yang telah dijaga kelestariannya hingga sekarang. Bukan hanya kelestariannya saja yang dijaga, melainkan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya tidak berkurang satupun. Nyadran merupakan tradisi yang berlaku di daerah tertentu dan juga belum banyak orang tahu. Tradisi ini diwariskan oleh nenek moyang dari masa ke masa. Dalam tradisi ini terdapat banyak rangkaian ibadah seperti ziarah dan juga bersedekah. Salah satu contohnya di desa Bambusari, Nyadran sudah menjadi acara tahunan yang selalu ada pada satu bulan sebelum bulan Ramadhan.

BacaJuga

Menyapa Agama-Agama dalam Sejarah dan Teologi (1)

Sunnah Rasul Saw dalam Tradisi Selamatan (2)

Duri Islamisme dalam Sejarah NKRI

Tradisi Nyadran memiliki keunikan di setiap daerah dan juga berbeda dalam pelaksanaannya. Dengan berbagai faktor yang mempengaruhi seperti faktor ekonomi yang mendukung, acaranya lebih mewah dan meriah. Faktor lainnya yang mendukung acara Nyadran menjadi lebih ramai dan meriah adalah banyaknya orang-orang yang ikut hadir dan berpartisipasi di dalam acaranya. Inti dari tradisi Nyadran ini adalah ziarah kubur, syariat yang telah diajarkan oleh Rasulullah Saw. 

Hikmah Tradisi Nyadran

Banyak hikmah yang kita dapati dari Nyadran.  Pertama, tradisi ini mengingatkan kita akan dunia ini hanyalah tempat singgah sementara, sehingga kita tidak terlena oleh gemerlapnya dunia. Kedua, Ukhuwah Islamiyah terdapat dalam tradisi Nyadran. Sebagai contoh dalam tradisi Nyadran ini adalah saling berbagi. Beberapa keluarga yang menjadi tuan rumah diadakannya Nyadran, biasanya  membuat makanan yang nantinya akan dibagi-bagikan kepada orang-orang yang ikut dalam acara Nyadran. Di sini letak ukhuwah islamiyah-nya yaitu saling berbagi dan juga saling bertegur sapa.

Adapun isi dari kegiatan Nyadran tersebut salah satunya adalah ziarah kubur. Ziarah kubur merupakan kegiatan berkunjung ke kuburan orang-orang yang telah meninggal dengan tujuan mendoakan. Dengan adanya ziarah kubur kita bisa mengingat kembali bahwa dunia bukan menjadi tujuan utama melainkan kita akan kekal di akhirat nanti. Banyak manusia yang terjerumus oleh gemerlapnya dunia sehingga lupa bahwa mereka juga akan mati. Tradisi Nyadran sendiri dahulu merupakan upacara adat dari orang-orang Jawa. Mereka menyembah makam para leluhur mereka. Para Walisongo yang menyebarkan agama Islam di pulau Jawa melihat kesesatan orang-orang Jawa dengan tradisi menyembah kuburan tidak langsung menghilangkannya, melainkan menyiasatinya dengan memasukkan nilai-nilai agama Islam di dalam tradisi Nyadran ini. Contohnya para Walisongo mengganti mantra-mantra yang orang Jawa ucapkan ketika menyembah kuburan dengan bacaan-bacaan Islam. Ini merupakan salah satu faktor, masih lestarinya tradisi Nyadran hingga saat ini karena sudah diajarkan dari zaman para Walisongo.

Ziarah kubur sudah ada dari zaman Nabi Muhammad Saw. Rasulullah Saw sendiri mensyariatkan ziarah kubur karena banyak hikmah dan pelajaran yang terkandung di dalamnya yang dapat kita ambil. Salah satu contohnya adalah agar manusia senantiasa mengingat kematian dan mengurangi kehidupan di dunia yang fana ini. Apabila ziarah kubur tidak memiliki hikmah tersebut maka bukan ziarah kubur yang disyariatkan oleh Rasulullah Saw.  Rasulullah Saw. pernah melarang umatnya untuk melakukan ziarah kubur karena waktu itu mereka malah meminta-minta kepada ahli kubur. Setelah agama Islam kuat, akhirnya ziarah kubur diperbolehkan lagi oleh Rasulullah. Tradisi Nyadran juga menjadi wadah untuk meningkatkan rasa ikhlas tanpa mengharap imbalan apapun. Karena ketika Nyadran dilaksanakan, masyarakat dengan ikhlas hati memberikan makanan yang telah mereka buat untuk orang-orang yang mengikuti acara tersebut.

Nyadran berfungsi juga sebagai sarana meningkatkan rasa persatuan dan tidak membeda-bedakan antar golongan kaya dan miskin. Semua berkumpul menjadi satu tanpa membeda-bedakan. Semua derajat dianggap sama. Meningkatkan rasa syukur dengan adanya Nyadran menjadi tolak ukur bagi manusia atas kenikmatan, dan kesehatan yang Tuhan berikan kepada mereka. Membuat mereka berpikir dan menyesali atas semua nikmat yang telah mereka kufuri. Nyadran juga menjadi pengingat bahwa semua kenikmatan yang Tuhan berikan akan hilang dan sirna.  Nyadran juga membuat seseorang memiliki rasa bertanggung jawab untuk menjaga dan melestarikan tradisi ini, sebagai generasi penerus. Karena kelestarian tradisi Nyadran, berada di generasi selanjutnya. Maka dari itu anggota dari panitia Nyadran ini adalah para pemuda, dengan tujuan agar mereka merasa memiliki tradisi Nyadran, dan bertanggung jawab atas kelestariannya.

Baca Juga: 7 Tradisi Nusantara dalam Menyambut Bulan Suci Ramadhan

Tags: Agama dan TradisiAmaliyahIslam NusantaraNyadranPeradaban IslamPersatuanTradisiZiarah Kubur
Previous Post

Bulletin Jum’at Al-Wasathy | Edisi 029

Next Post

Pemimpin Perempuan Mewujudkan Negara Ideal (2)

Sahrul Hidayat

Sahrul Hidayat

RelatedPosts

Menyapa Agama Agama dalam Sejarah dan Teologi
Kajian

Menyapa Agama-Agama dalam Sejarah dan Teologi (1)

26/01/2023
Sunnah Rasul Saw dalam Tradisi Selamatan
Peradaban

Sunnah Rasul Saw dalam Tradisi Selamatan (2)

24/01/2023
Duri Islamisme dalam Sejarah NKRI
Kajian

Duri Islamisme dalam Sejarah NKRI

19/01/2023
Sunnah Rasul Saw dalam Tradisi Selamatan Hari
Peradaban

Sunnah Rasul Saw dalam Tradisi Selamatan (1)

16/01/2023
Fenomena Mualaf Menjadi Ustadz
Kajian

Fenomena Mualaf Menjadi Ustadz

12/01/2023
Pesantren Kontinuitas dan Perubahan (3)
Kajian

Pesantren: Kontinuitas dan Perubahan (3)

06/01/2023
Next Post
Pemimpin Perempuan 2

Pemimpin Perempuan Mewujudkan Negara Ideal (2)

cendekiawan muslim

Mempersiapkan Cendekiawan Muslim di Era Digital

Cari Artikel

No Result
View All Result

Masuk / Daftar

Masuk ke Akun anda
face
visibility
Daftar | Lupa kata sandi ?

Artikel Teerbaru

Menyapa Agama Agama dalam Sejarah dan Teologi

Menyapa Agama-Agama dalam Sejarah dan Teologi (1)

26/01/2023
Sunnah Rasul Saw dalam Tradisi Selamatan

Sunnah Rasul Saw dalam Tradisi Selamatan (2)

24/01/2023
Duri Islamisme dalam Sejarah NKRI

Duri Islamisme dalam Sejarah NKRI

19/01/2023
Sunnah Rasul Saw dalam Tradisi Selamatan Hari

Sunnah Rasul Saw dalam Tradisi Selamatan (1)

16/01/2023
Fenomena Mualaf Menjadi Ustadz

Fenomena Mualaf Menjadi Ustadz

12/01/2023

Trending Artikel

  • Pribadi Nabi Muhammad Saw Yang Introvert

    Pribadi Nabi Muhammad SAW yang Introvert

    110 shares
    Share 44 Tweet 28
  • Belajar Konsep Ketuhanan dari Surat Al Ikhlas

    106 shares
    Share 42 Tweet 27
  • Cara Islam Mengatasi Rasa Insecure

    72 shares
    Share 29 Tweet 18
  • Definisi Dai, Ustadz, Mufti, Murobbi dan Syarat-syarat yang Harus Dipenuhi

    61 shares
    Share 24 Tweet 15
  • Disebut Jokowi di Pengukuhan PBNU, Ini Profil Ainun Najib

    54 shares
    Share 22 Tweet 14
Putih E E
  • Redaksi
  • Kirim Artikel
  • Tentang Kami
  • Kontak Kami
  • Kerjasama
No Result
View All Result
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Bulletin
    • Bulletin Jumat
    • Bulletin Islamina

© 2021 Islamina - Design by MSP.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

*By registering into our website, you agree to the Terms & Conditions and Privacy Policy.
All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

This website uses cookies. By continuing to use this website you are giving consent to cookies being used. Visit our Privacy and Cookie Policy.