Hikmah Ilmiah waktu shalat – Agama Islam diciptakan Allah SWT untuk umat manusia. Syariatnya mengandung berbagai hikmah indah yang tersirat maupun yang tersurat secara langsung dari Al-Quran dan sunnah Nabi Muhammad SAW. Keindahan syariat ini sering disebut dengan “hikmat at-tasyri’”, berarti hikmah dari suatu penetapan hukum yang dengan memahaminya secara mendalam akan didapatkan kekuatan penyemangat dalam melaksanakannya.
Salah satu syariat yang diturunkan Allah SWT adalah Shalat. Ibadah ini merupakan amaliyah yang sudah tidak asing lagi, yang walaupun dalam pelaksanaannya tidak semua orang mendapatkan spirit dahsyat darinya. Hal itu tergantung dari kehebatan mengelola dan memanage shalat yang dilakukannya, apakah sudah mampu dilaksanakan dengan khusyu ataukah masih sekadar ritual formal saja.
Apabila kita mengkaji kehebatan syariat shalat, maka hati kita akan dibuat terkagum dan mulut kita tidak akan berhenti berdecak, sehingga shalat yang selama ini kita lakukan dengan asal-asalan akan dievaluasi dan difikirkan lagi. Saatnya umat Islam sekarang ini memperbaiki kualitas shalatnya sampai tingkat khusyu sehingga dari hari ke hari akan semakin banyak orang yang mampu menghindarkan dirinya dari perbuatan keji dan munkar.
Abbas Al-Aqqad dengan mengutip pendapat Alexis Carrel (1873/1944) ahli bedah Perancis yang meraih dua kali hadiah Nobel bahwa Shalat telah dibuktikan kegunaannya secara ilmiah dengan pembuktian yang sama dengan pembuktian di bidang fisika.
Pembicaraan mengenai hikmah shalat begitu komplek, bisa ditinjau dari kesehatan fisik, mental, kedisiplinan. Termasuk diantaranya hikmah difardlukannya shalat lima waktu yang oleh syari’at telah ditentukan waktunya.
Pelaksanaan shalat fardlu yang lima waktu telah ditentukan waktunya oleh Allah SWT selaku law giver dalam firman-Nya Q.S. An-nisa (4) ayat 103: “…Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.” Dan Q.S. Al-Isra (15) ayat 78.: “dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula shalat) subuh. Sesungguhnya shalat subuh itu disaksikan (oleh malaikat)”
Penjelasan mengenai waktu shalat lima waktu ini lebih dipertegas oleh hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Amr:
“Waktu dhuhur apabila matahari tergelincir sampai bayang-bayang seseorang sama dengan tingginya, yaitu selama belum datang waktu ashar. Waktu ashar selama matahari belum menguning. Waktu maghrib selama mega merah belum hilang. Waktu isya sampai tengah malam. Waktu subuh mulai terbit fajar selama matahari belum terbit”. (HR. Muslim)
Shalat Subuh
Hikmah Ilmiah Waktu Shalat Subuh – Salah satu shalat yang difardlukan kepada kita adalah shalat shubuh yang dilaksanakan di awal hari. Dalam Ensiklopedi Kemukjizatan Ilmiah dalam Al-Qur’an dan Sunah, dr Zahir Rabeh (al-istisyfa bi ash-shalah) menyebutkan, “sesungguhnya, hormon penggerak aktivitas dalam tubuh manusia, kortison (steroidogenesis), akan semakin bertambah dan semakin aktif bersamaan dengan datangnya waktu shalat shubuh. Hal ini disertai dengan meningkatnya kadar tekanan darah. Karena itu, seseorang akan merasakan semangat yang tinggi seusai mengerjakan shalat shubuh, mulai jam enam hingga jam Sembilan pagi.
Pada pagi hari, ozon dalam udara mencapai kadar yang paling tinggi. Ozon ini berpengaruh dalam memberikan semangat dan keaktifan pada urat-urat syaraf, otak, dan otot-otot manusia. Ketika masuk waktu dluha, kadar ozon semakin menipis, akibatnya, hormon kortison yang dikeluarkan juga menurun hingga mencapai kadar yang paling rendah.
Bahkan Syekh Adnan Tharsyah menjelaskan lebih jauh tentang hikmah shalat shubuh ini. Menurutnya manfaat shalat subuh ialah akan mampu menghilangkan kemalasan, menyegarkan badan, melancarkan peredaran darah setelah tidur, menjaga kesehatan, melenyapkan kesedihan, kegelisahan serta mengusir berbagai penyakit jiwa dan raga. Bahkan dengan udara pada waktu subuh masih bersih dan belum tercemari kebersihan dan kesegarannya akan dapat menyegarkan hati, menguatkan paru-paru, memperbarui sel-sel yang mati, menyuplai tubuh dengan oksigen, mengeluarkan karbon dioksida, membersihkan darah dari kotoran-kotoran, memperbaiki kinerja organ-organ tubuh, merenggangkan urat-urat saraf serta menyembuhkan berbagai penyakit saraf, rematik, dan asma.
Dengan demikian, bagi mereka yang pergi ke masjid untuk melaksanakan shalat subuh secara berjamaah, akan menghirup udara segar. Udara tersebut menyehatkan dan mengandung asupan yang menyembuhkan. Hampir tidak kita dapatkan udara seperti itu pada waktu-waktu yang lain.
Semoga lantunan adzan shalat shubuh di awal fajar mampu memancarkan sumber energi yang sangat dahsyat untuk membangunkan umat yang sedang tertidur lelap di tengah buaian mimpi-mimpinya.
Shalat Dzuhur
Hikmah Ilmiah Waktu shalat Dzuhur merupakan saat puncak dalam beraktivitas, sesudah bekerja atau beraktifitas selama beberapa jam. Tentunya pada waktu ini, otak butuh istirahat berfikir, tenaga pun demikian. Istirahat ini dibutuhkan untuk memulihkan tenaga sambil sedikit meluruskan kompas orientasi manusia yang cenderung kepada semangat duniawi untuk diseimbangkan dengan tujuan utamanya yaitu agar memperoleh kebahagiaan duniawi dan ukhrawi, karena sesunggunya kita hidup ini untuk kemaslahatan keduanya.
Dalam Ensiklopedi Kemukjizatan Ilmiah dalam Al-Qur’an dan Sunah, ditulis bahwa pada pagi hari, ozon dalam udara mencapai kadar yang paling tinggi. Ozon ini berpengaruh dalam memberikan semangat dan keaktifan pada urat-urat syaraf, otak, dan otot-otot. Maka ketika masuk waktu dluha, kadar ozon semakin menipis. Akibatnya hormon kortison yang dikeluarkan juga menurun hingga mencapai kadar yang paling rendah. Dalam kondisi seperti ini, seseorang akan merasakan kelelahan dan kepenatan yang luar biasa disertai perasaan tertekan dalam bekerja. Karena itu, ia membutuhkan istirahat. Kondisi ini kurang lebih tujuh jam sejak bangun pagi. Saat memasuki waktu shalat Dzuhur inilah, tubuh akan merasa kelelahan sehingga organ-organ tubuh berusaha mencari ketenangan dan kenyamanan hati.
Prof. H.M. Hembing Wijayakusuma, mengungkapkan dalam bukunya Hikmah Shalat Untuk Pengobatan dan Kesehatan, bahwa pada waktu berdiri tegak, semua pikiran dilepaskan dari segala urusan yang membebani jiwa. Jika di hati masih tersisa atau memang masih tersimpan kedengkian dan iri hati, cepat atau lambat akan menimbulkan hilangnya keseimbangan hormon dan goncangnya keserasian kimiawi tubuh.
Sebagaimana diketahui bahwa dalam ilmu tubuh manusia, semua gerak dan aktivitas manusia, baik yang dipengaruhi oleh kemauan seperti makan, minum, berdiri, berfikir dan lain sebagainya, maupun yang tidak dipengaruhi oleh kemauan seperti gerak jantung, proses pencernaann, pembuatan darah, dan lain sebagainya; semuanya itu tidak lebih dari serangkaian proses kimia yang terjadi di dalam tubuh. Organ-organ tubuh yang melakukan proses biokiamia ini bekerja di bawah control hormon.
Seandainya terjadi perubahan fisiologis tubuh (keseimbangan terganggu) seperti takut, marah, putus asa, stress, lemah dan sebagainya, keadaan ini dapat dinormalisir kembali dengan iman. Iman yang teguh, berarti pula konsekuen dengan shalat., dan dalam shalat yang sempurna akan ditemukan ketenangan batin.
Pantas saja Kemudian Rasulullah saw pernah bersabda kepada sahabat Bilal bin Rabah ketika memerintahkannya untuk adzan: “Wahai Bilal, istirahatkan kami dengan shalat.” Hal ini sebagai sebuah pertanda, bahwa shalat bisa menjadi sebuah istirahat yang indah.
Dalam pelaksanaan shalat Dzuhur, Rasulullah SAW melakukannya dengan begitu mantap, tidak seperti saat ini yang banyak kita lihat di beberapa tempat, betapa shalat Dzuhur dilakukan dengan super express karena mengejar waktu makan siang dan sedikit rehat dengan obrolan ringan.
Sebuah hadits yang diriwayatkan Abu Sa’id al Khudri RA menyatakan: Sesungguhnya Nabi SAW membaca seukuran tiga puluh ayat pada tiap-tiap rakaat pertama dan kedua dalam shalat Dzuhur. Dan seukuran lima belas ayat pada rakaat ketiga dan keempat. (Atau Abi sa’id mengatakan : setengahnya). Dan dalam shalat Ashar seukuran lima belas ayat pada rakaat pertama dan kedua dan pada rakaat ketiga dan keempat setengahnya
Betapa Rasulullah SAW menikmati setiap rakaat dari shalat Dzuhur dengan begitu enak dan nikmat. Memang pada dasarnya, ketika seseorang melakukan shalat dengan khusyu, tubuhnya akan diprogram untuk memperoduksi hormon ketenangan dan cinta yang disebarkan ke seluruh tubuh, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kondisi ini mengakibatkan munculnya efek peredaman pada aktivitas system limbic dan batang otak—dampak ikutannya adalah pengendalian diri seseorang menjadi lebih pakem.
Ia tidak lagi menggebu-gebu dan ngotot untuk mewujudkan pemenuhan kebutuhan batang otaknya. Ia akan jauh merasa lebih santai, tenang dan bahagia. Sel-sel tubuhnya akan berada dalam kondisi metabolism minimal. Saat itulah pikiran menjadi jernih dan bebas prasangka-prasangka karena ia terbebas pengaruh hormon-hormon agresif atau ketakutan. Intuisi dan ide-ide brilian akan muncul kepermukaan dan proses relaksasi yang optimal, baik fisik maupun psikologis, akan benar-benar terasa. Oleh karena itu, shalat yang bermutu dan berstandar tinggi menjadi sebentuk yang teramat eksklusif (asmarie.blogdetik.com).Jadi, shalat Dzuhur merupakan titik terpenting dalam setiap istirahat yang kita lakukan. Andaikan saja para Pimpinan, Manager, Kepala Kantor dan Dinas mengerti pentingnya peningkatan produktifitas kerja para staf dan karyawannya, cukup dia memerintahkan kepada mereka untuk mengerjakan shalat Dzuhur secara berjamaah dengan baik, disiplin dan khusyu. Niscaya apa yang diharapkan dan ditargetkan dalam planning akan berhasil dan sukses karena SDM pelakunya telah siap secara mental dan spiritual.
Bersambung pada Hikmah Ilmiah Waktu Shalat 2