Rabu, Agustus 17, 2022
  • Login
  • Register
islamina.id
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Wawancara
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Wawancara
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
islamina.id
No Result
View All Result
Home Gagasan
Idul Fitri Dan Pesan Perdamaian Untuk Bangsa

Idul Fitri Dan Pesan Perdamaian Untuk Bangsa

Idul Fitri dan Pesan Perdamaian untuk Bangsa

Abd Malik by Abd Malik
28/05/2020
in Gagasan
1 0
0
1
SHARES
25
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on WAShare on Telegram

islamina.id — Hari Idul Fitri merupakan hari raya besar umat Islam yang dirayakan pada akhir bulan Ramadan sebagai aktualisasi perasaan kemenangan, kegembiraan, dan kesenangan. Kemenangan didapatkan setelah umat Islam menaklukkan hawa nafsunya selama bulan puasa.

Kegembiraan didapatkan bagi mereka yang telah diampuni dosanya. Dan kesenangan didapatkan bagi mereka yang dapat berkumpul dan bersilaturahmi dengan sesama keluarganya.

BacaJuga

Ijtihad dan Gagasan Kembali kepada al-Qur’an Sunnah (2)

Ijtihad dan Gagasan Kembali kepada al-Qur’an Sunnah (1)

Indonesia Teladan Cerabut Akar Islamophobia


Dalam perayaan Idul Fitri kali ini, ada suatu hal yang perlu dikaitkan antara konteks sosial bangsa dengan makna Idul Fitri yang selalu berorientasi perdamaian. Beberapa tahun terakhir, beragam kekerasan masih terus mewarnai masyarakat Indonesia baik dalam skala kecil ataupun besar, baik bersifat manifest maupun laten. Kekerasan itu didorong oleh faktor-faktor yang beragam mulai dari persoalan kecemburuan sosial, politik, ekonomi, budaya maupun agama. Pertanyaannya mengapa agama yang selalu mengajarkan perdamaian tetap saja dianggap sebagai bagian dari penuai konflik?


Baru-baru ini, Poso diguncang dengan beragam aksi kekerasan yang ditenggarai ketidakpuasan terhadap hukum mati Tibo cs. Penembakan dan peledakan bom masih terus terjadi. Ketegangan mulai tampak dan jalinan persaudaraan lintas agama yang dirintis sejak lama terancam putus. Apalagi mendekati perayaan Idul Fitri, tentu saja perayaan tersebut akan dihantui dengan perasaan khawatir dan cemas. Kenapa agama masih dipersoalkan? Apabila ada perayaan besar sejumlah daerah yang katanya rawan konflik dijaga ketat. Kenapa lagi-lagi agama dipersoalkan. Atau memang benar agama sumber permasalahannya? Apakah agama indentik dengan kekerasan?

Jawaban klasik dari pertanyaan di atas adalah tidak mungkin agama menjadi faktor konflik karena setiap agama mengajarkan perdamaian. Benar, tapi itu hanyalah cita dan idealitas agama.
Pada faktanya, umat beragama seringkali mengumbar kekerasan yang kadang dimotivasi agama. Pada biasanya umat beragama selalu terprovokasi dengan isu sentimen agama. Dan seringkali karena fanatisme kekerasan menjadi solusi yang mengasyikkan bagi umat beragama.
Memaafkan


Pokok permasalahan bukan pada agama A atau B yang salah, tetapi cara keberagamaan si A atau si B yang kurang benar. Kedangkalan keberagamaan seseroang seringkali dimanfaatkan oleh beberapa pegiat konflik untuk menyulut kekerasan. Seandainya tingkat kedewasaan umat mapan, tentu berbagai kekerasan tidak akan memancing umat beragama melebur dalam sintimen relijius tersebut.


Kedewasaan itu tergantung pengetahuan keagamaan yang dimiliki seseorang. Konflik juga bersumber oleh belum adanya rekonsiliasi antar umat beragama secara berkesinambungan. Berdamai tidaklah cukup tanpa dibarengi sikap untuk melupakan dendam masa lalu, berani memutus konflik masa silam dan siap menantap masa depan yang lebih baik. Kebanyakan konflik adalah koflik warisan yang sampai detik ini belum bisa teratasi.


Maka untuk perdamaian yang permanen tidak cukup dengan dialog-dialog, tetapi rekonsiliasi pascakonflik. Masyarakat diajak untuk memutus kenangan pahit masa lalu dan siap menatap masa depan yang lebih baik. Berkaitan dengan dengan ulasan singkat di atas, Idul Fitri memiliki peran penting dalam melakukan agenda tersebut. Ada satu prinsip yang cukup menarik yang ada di dalam perayaan Idul Fitri yang mestinya dapat diaktualisasikan oleh umat Islam dalam merayakan hari kemenangannya. Prinsip tersebut adalah memaafkan.


Memaafkan memiliki banyak arti, baik menabur perdamaian maupun rekonsiliasi, yakni kesediaan hati untuk menerima kesalahan masa lalu dan siap menatap ke masa depan yang lebih cerah. Prinsip rekonsiliasi adalah satu elemen penting yang patut mendapatkan sorotan dalam perayaan Idul Fitri.


Memaafkan bukan hal yang remeh atau sekedar berjabat tangan. Jabat tangan hanyalah simbol. Demikian pula berdamai bukan hanya dengan mengadakan pertemuan lintas agama dan melakukan perdamaian seraya berkata bahwa kita sudah berdamai.


Secara filosofis memaafkan berarti keinginan yang konstan untuk hidup dalam suatu hari tanpa menengok ke belakang dan memupus kenangan saat kebencian dan dendam terjadi. Memaafkan mempunyai implikasi besar. Melalui kekuatan memaafkan seseorang akan merasa terbebaskan dari beban masa silam sehingga mereka bisa bertindak tegas dalam masa kini. Memaafkan yang dimaksud bukan sekadar tindakan lahiriyah semata tetapi juga komitmen batin untuk siap menerima dan tulus terhadap tindakan memaafkan tersebut.


Hari Kasih Sayang
Chaiwat Satha Anand mencatat bahwa dalam Al-Qur’an ada 12 ayat yang membahas tentang memaafkan. Inilah bukti bahwa Islam selalu mengajarkan sikap memaafkan. Tindakan Rasul pun menjadi satu teladan (uswatun hasanah) bagi umat yang ingin belajar sikap memaafkan. Dan satu lagi perayaan Idul Fitri adalah perayaan yang memuat konsep memaafkan.


Artinya Idul Fitri tidak sekedar dirayakan dengan berjabat tangan, tetapi ada satu tanggung jawab besar untuk selalu melupakan masa lalu dan siap melangkah untuk kebaikan masa depan.


Idul Fitri yang mengajarkan untuk saling memaafkan harus menjadi inspirasi bagi seseorang atau kelompok untuk berbuat dan mengadakan rekonsiliasi. Di hari ini, masyarakat Indonesia harus bisa mengikat tali persaudaraan antara sesama muslim, antara suku bangsa sehingga menciptakan persaudaraan nusantara yang bebas dari ancaman disintegrasi, teror dan kekerasan lainnya.


Memaafkan adalah tindakan sosial, politik nir-kekerasaan. Karenanya sudah saatnya kekerasan dihentikan dan menuju suasana yang saling memaafkan dan penuh perdamaian.


Apabila masa lalu dipenuhi dengan konflik dan dendam, hubungan yang renggang dan persaudaran yang terputus, maka di hari yang fitri ini kita mulai menjadi momen untuk mengembalikan ikatan dan hubungan persaudaraan tersebut. Melalui Idul Fitri manusia dituntut untuk mengaktualisasikan makna memaafkan tersebut dalam lapangan sosial. Dengan kata maaf, seseorang berarti bertanggung jawab untuk menjaga perdamaian dan menghindari konflik.


Idul Fitri juga merupakan kesempatan baik bagi bangsa ini untuk merefleksikan kata maaf. Bangsa Indonesia adalah bersaudara, karena itulah di hari raya yang penuh dengan kasih-sayang dan maaf ini kita saling bersilaturahhmi dan berkomitmen untuk saling menjaga persaudaraan antar kelompok lintas warna kulit, ras, adat dan agama. Sudah saatnya melupakan dendam masa lalu, membuang warisan kebencian dan menyambung kembali persaudaraan kebangsaan.

Previous Post

Apa Itu Kafir?

Next Post

Hikmah Perbedaan Bahasa, Warna Kulit dan Cara Menyikapinya

Abd Malik

Abd Malik

RelatedPosts

al-Qur'an Sunnah
Gagasan

Ijtihad dan Gagasan Kembali kepada al-Qur’an Sunnah (2)

28/07/2022
al-qur'an sunnah
Gagasan

Ijtihad dan Gagasan Kembali kepada al-Qur’an Sunnah (1)

27/07/2022
islamophobia
Gagasan

Indonesia Teladan Cerabut Akar Islamophobia

25/07/2022
Kurban dan Nalar Abrahamic Religions
Gagasan

Kurban dan Nalar Abrahamic Religions

10/07/2022
radikalisme
Gagasan

Digital Native dan Upaya Mencegah Radikalisme

25/06/2022
regulasi
Gagasan

Regulasi Bersama dalam Membangun Keutuhan Bangsa 

22/06/2022
Next Post
Beragama Dengan Santun, Bukan Dengan Kekerasan

Hikmah Perbedaan Bahasa, Warna Kulit dan Cara Menyikapinya

Ruang Maya Yang Kian Terislamkan

Ruang Maya yang Kian Terislamkan

Cari Artikel

No Result
View All Result

Masuk / Daftar

Masuk ke Akun anda
face
visibility
Daftar | Lupa kata sandi ?

Artikel Teerbaru

Sejarah Kemerdekaan yang Tercecer

Sejarah Kemerdekaan yang Tercecer

16/08/2022
memahami filantropi islam

Memahami Filantropi Islam

14/08/2022
Darurat Literasi Islam yang Ramah Islamic Book Fair

Darurat Literasi Islam yang Ramah

12/08/2022
Kepala BNPT Komjen Boy Rafli Amar dan Ketua Umum Mathlaul Anwar KH Embay Mulya Syarief

Ormas Keagamaan Harus Ikut Masifkan Media Sosial Dengan Konten Perdamaian

12/08/2022
thumbnail bulletin jum'at al-wasathy

Bulletin Jum’at Al-Wasathy | Edisi 037

12/08/2022

Trending Artikel

  • Pribadi Nabi Muhammad Saw Yang Introvert

    Pribadi Nabi Muhammad SAW yang Introvert

    81 shares
    Share 32 Tweet 20
  • Belajar Konsep Ketuhanan dari Surat Al Ikhlas

    62 shares
    Share 25 Tweet 16
  • Cara Islam Mengatasi Rasa Insecure

    53 shares
    Share 21 Tweet 13
  • Disebut Jokowi di Pengukuhan PBNU, Ini Profil Ainun Najib

    49 shares
    Share 20 Tweet 12
  • Definisi Dai, Ustadz, Mufti, Murobbi dan Syarat-syarat yang Harus Dipenuhi

    40 shares
    Share 16 Tweet 10
Putih E E
  • Redaksi
  • Kirim Artikel
  • Tentang Kami
  • Kontak Kami
  • Kerjasama
No Result
View All Result
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Bulletin
    • Bulletin Jumat
    • Bulletin Islamina

© 2021 Islamina - Design by MSP.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

*By registering into our website, you agree to the Terms & Conditions and Privacy Policy.
All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

This website uses cookies. By continuing to use this website you are giving consent to cookies being used. Visit our Privacy and Cookie Policy.