Minggu, Januari 29, 2023
  • Login
  • Register
islamina.id
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Wawancara
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Wawancara
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
islamina.id
No Result
View All Result
Home Biografi
Imam Nawawi Demi Ilmu Rela Menjomblo Seumur Hidup

Imam Nawawi Demi Ilmu Rela Menjomblo Seumur Hidup

Imam Nawawi, Demi Ilmu Rela Menjomblo Seumur Hidup

Saidun Fiddaraini by Saidun Fiddaraini
15/01/2022
in Biografi, Tajuk Utama
6 0
0
6
SHARES
121
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on WAShare on Telegram

Siapa yang tidak mengenal Abu Zakariya Yahya bin Syaraf an-Nawawi atau akrab disebut Imam Nawawi (w. 676 H, di usia 45 tahun)? Seorang ulama kesohor pemuka Mazhab Syafi’i yang kapasitas keilmuan dan integritasnya sudah diakui dari penjuru Timur hingga Barat. Syaikhul Islam yang kitab-kitab susunannya banyak dijadikan rujukan umat Islam di seluruh penjuru dunia.

Imam Nawawi juga termasuk salah satu ulama produktif dalam menghasilkan karya pada masanya. Di antara karya yang dianggitnya adalah; Riyadhus Shalihin, al-Minhaj Syarah Shahih Muslim, Al-Majmu’ Syarah Al-Muhadzzab, Raudha at-Thalibin, Fathul Wahhab, al-Tahqiq, Bustanul Arifin, al-Adzkar, dan lain sebagainya.

BacaJuga

Menyapa Agama-Agama dalam Sejarah dan Teologi (1)

Sunnah Rasul Saw dalam Tradisi Selamatan (2)

Duri Islamisme dalam Sejarah NKRI

Dari saking alimnya sosok Imam Nawawi, apabila terjadi perbedaan pendapat antara Imam Rafi’i dan Imam Nawawi dalam menetapkan hukum, maka yang diunggulkan (ikuti) adalah pendapat Imam Nawawi. Walau begitu, siapa sangka orang sekaliber Imam Nawawi ini, lebih memilih menjomblo seumur hidup. Tentu saja, pilihan Imam Nawawi ihwal kejomblowannya itu bukan sembarang pilihan.

Perihal kejomblowan Imam Nawawi ini bahkan dibukukan oleh Syekh Abdul Fattah Abu Ghuddah, seorang murid dari Syekh Zahid Kautsari yang merupakan mufti terakhir dari kerajaan Turki Utsmani periode terakhir, dalam risalahnya yang bertajuk  Al-Ulama Al-Uzzab Alladzina Atsaru Al-Ilma Ala Az-Zawaj, kemudian diterjemahkan oleh Yayan Musthofa, Para Ulama Jomblo: Kisah Cendekiawan Muslim yang Memilih Membujang (2020).

Tak hanya Imam Nawawi. Dalam risalahnya tersebut, Syekh Abdul Fattah Abu Ghuddah juga menyebutkan sederet daftar para ulama-ulama yang memilih menjomblo seumur hidup. Misal, Ibnu Jarir At-Thabari sang sejarawan, ahli tafsir, dan seorang faqih-ushuli terkemuka pada abad pertengahan, Imam Az-Zahid Al-Abid seorang ahli hadis dan fikih yang tiada duanya pada zamannya, kemudian Imam Az-Zamakhsyari sang begawan nahwu dan bahasa yang beraliran Muktazilah, dan masih banyak ulama lainnya.

Karena itu, kepada para jomblowan-jomblowati, tidak usah risau dan khawatir. Sebab, pilihan panjenengan-panjenengan semua sudah ada mazhabnya masing-masing dari para ulama yang kapasitas keilmuan serta integritasnya tak ada seorang pun yang meragukan. Dengan begitu, memilih menjomblo untuk seumur hidup pun, tidak melulu sebuah hal negatif. Bahkan sebaliknya, menjomblo seumur hidup, bisa menjadi hal yang bersifat positif.

Kembali kepada Imam Nawawi. Perihal kejomblowannya itu, kita bisa menemukan ketegasan dari beliau, sebagaimana yang termaktub dalam Muqodimah (bagian pembuka) kitab Al-Majmu’ Syarah Al-Muhadzzab (kitab komentar dari kitab Al-Muhadzzab). Dalam karyanya ini, Imam Nawawi secara tegas dan lugas menyatakan dukungan atas “thariqoh jomblowiannya”. Dengan menyitir beberapa argumentasi para ulama. Seperti Al-Hafizh Al-Khatib Al-Baghdadi (ulama pakar hadis dan sejarawan) yang berpesan demikian,

يستحب للطالب أن يكون عزبا ما أمكنه، لئلا يقطعه الاشتغال بحقوق الزوجة، والاهتمام با لمعيشة، عن إكمال طلب العلم

Artinya: “Dianjurkan bagi penuntut ilmu (pelajar) untuk menjomblo sebisa mungkin, agar kesibukan kewajiban-hak suami-istri dan mencari nafkah tidak memotong (mengganggu) proses kesempurnaan mencari ilmu”. (Lihat, Al-Majmu’ Syarah Al-Muhadzzab, Juz I, hal. 65)

Juga ungkapan seorang sufi besar Ibrahim bin Adham berikut,

من تعود أفخاذ النساء لم يفلح

Artinya: “Barangsiapa yang terbiasa (disibukkan) dengan mulus paha para wanita (seks), maka dia tidak akan beruntung atau bahagia”. (Al-Majmu’ Syarah Al-Muhadzzab, Juz I, hal. 65)

Kemudian Imam Nawawi juga menyitir pendapat Sufyan Ats-Tsauri (seorang mujtahid mutlak berkebangsaan Kufah)

اذا تزوج الفقيه فقد ركب البحر، فإن ولد له فقد كسربه

Artinya: “Ketika seorang fakih (orang yang menguasai ilmu di bidang agama) menikah, maka ia telah menaiki perahu untuk berlayar di atas samudera. Apabila lahir seorang anak (memiliki anak), maka ia telah hancurkan perahu itu berkeping-keping”.  (Al-Majmu’ Syarah Al-Muhadzzab, Juz I, hal. 65)

Walaupun Imam Nawawi menjomblo, bukan berarti beliau tidak paham mengenai hukum menikah yang sangat dianjurkan oleh agama. Akan tetapi, Imam Nawawi lebih memilih untuk memendam urusan duniawinya demi sebuah ilmu pengetahuan. Ini artinya, sebegitu mahalnya ilmu hingga sebagian ulama-ulama kita terdahulu (salah satunya Imam Nawawi) lebih memilih ilmu pengetahuan daripada menikmati hidup dengan cara menikah.

Kemudian, untuk memperkuat mazhab jomblonya ini, Imam Nawawi menegaskan kembali dalam Muqodimah kitab Al-Majmu’-nya,

قلت هذا كله موافق لمذهبنا، فان مذهبنا أن من لم يحتج الى النكاح استحب له تركه، وكذا إن احتاج وعز عن مؤنته

Artinya: “Saya menegaskan. Semua ucapan ulama di atas (yang menganjurkan membujang), sesuai dengan prinsip mazhab kami (mazhab Asy-Syafi’i). Seseorang yang belum membutuhkan pernikahan dianjurkan untuk tidak melakukannya (menjomblo). Begitu juga bagi seseorang yang merasa membutuhkan pernikahan, akan tetapi ia belum mampu membiayai pernikahan (tidak punya biaya)”. (Al-Majmu’ Syarah Al-Muhadzzab, Juz I, hal. 66)

Dari sini jelas bahwa beliau adalah termasuk orang yang tidak membutuhkan pernikahan. Bahkan, andaikan menikah, maka menurutnya, fokus pengabdian terhadap ilmu akan terganggu. Berkat kejomblowannya itu, Imam Nawawi banyak menghasilkan karya ilmiah dan dijadikan rujukan oleh banyak kalangan.

(Catatan: penulis tidak bermaksud menganjurkan untuk menjomblo bahkan seumur hidup, seperti halnya ulama-ulama terdahulu. Lagi-lagi itu adalah hak kalian masing-masing. Namun, yang patut kita teladani adalah semangat beliau dalam menuntut ilmu, bahkan beliau rela membujang hingga akhir hayatnya). Lantas bagaimana dengan kita? Apalagi hidup di era yang serba ada. Segala sesuatu yang kita butuh kan sudah tersedia secara instan. Tinggal kita sendiri mau apa tidak untuk bersungguh-sungguh dalam mencari atau menuntut ilmu. Wallahu A’lam

Baca Juga: Imran Bin Hushain Selalu Mendapatkan Salam dari Malaikat

Tags: Abu Zakariya bin Syaraf an-NawawiBiografibiografi ulamaImam NawawiUlamaUlama Jomblo
Previous Post

Gus Dur: Bapak Sosialisme dari Pesantren Abad ke-21 (2)

Next Post

Indonesia Berdoa untuk Korban Kekerasan Seksual

Saidun Fiddaraini

Saidun Fiddaraini

Alumni PP. Nurul Jadid, Paiton dan sekarang mengajar di PP. Zainul Huda, Arjasa, Sumenep.

RelatedPosts

Menyapa Agama Agama dalam Sejarah dan Teologi
Kajian

Menyapa Agama-Agama dalam Sejarah dan Teologi (1)

26/01/2023
Sunnah Rasul Saw dalam Tradisi Selamatan
Peradaban

Sunnah Rasul Saw dalam Tradisi Selamatan (2)

24/01/2023
Duri Islamisme dalam Sejarah NKRI
Kajian

Duri Islamisme dalam Sejarah NKRI

19/01/2023
Sunnah Rasul Saw dalam Tradisi Selamatan Hari
Peradaban

Sunnah Rasul Saw dalam Tradisi Selamatan (1)

16/01/2023
Fenomena Mualaf Menjadi Ustadz
Kajian

Fenomena Mualaf Menjadi Ustadz

12/01/2023
Pesantren Kontinuitas dan Perubahan (3)
Kajian

Pesantren: Kontinuitas dan Perubahan (3)

06/01/2023
Next Post
Indonesia Berdoa untuk Korban Kekerasan Seksual

Indonesia Berdoa untuk Korban Kekerasan Seksual

Nasib Nasab Syarifah

Nasib Nasab Syarifah

Cari Artikel

No Result
View All Result

Masuk / Daftar

Masuk ke Akun anda
face
visibility
Daftar | Lupa kata sandi ?

Artikel Teerbaru

Menyapa Agama Agama dalam Sejarah dan Teologi

Menyapa Agama-Agama dalam Sejarah dan Teologi (1)

26/01/2023
Sunnah Rasul Saw dalam Tradisi Selamatan

Sunnah Rasul Saw dalam Tradisi Selamatan (2)

24/01/2023
Duri Islamisme dalam Sejarah NKRI

Duri Islamisme dalam Sejarah NKRI

19/01/2023
Sunnah Rasul Saw dalam Tradisi Selamatan Hari

Sunnah Rasul Saw dalam Tradisi Selamatan (1)

16/01/2023
Fenomena Mualaf Menjadi Ustadz

Fenomena Mualaf Menjadi Ustadz

12/01/2023

Trending Artikel

  • Pribadi Nabi Muhammad Saw Yang Introvert

    Pribadi Nabi Muhammad SAW yang Introvert

    110 shares
    Share 44 Tweet 28
  • Belajar Konsep Ketuhanan dari Surat Al Ikhlas

    106 shares
    Share 42 Tweet 27
  • Cara Islam Mengatasi Rasa Insecure

    72 shares
    Share 29 Tweet 18
  • Definisi Dai, Ustadz, Mufti, Murobbi dan Syarat-syarat yang Harus Dipenuhi

    60 shares
    Share 24 Tweet 15
  • Disebut Jokowi di Pengukuhan PBNU, Ini Profil Ainun Najib

    54 shares
    Share 22 Tweet 14
Putih E E
  • Redaksi
  • Kirim Artikel
  • Tentang Kami
  • Kontak Kami
  • Kerjasama
No Result
View All Result
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Bulletin
    • Bulletin Jumat
    • Bulletin Islamina

© 2021 Islamina - Design by MSP.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

*By registering into our website, you agree to the Terms & Conditions and Privacy Policy.
All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

This website uses cookies. By continuing to use this website you are giving consent to cookies being used. Visit our Privacy and Cookie Policy.