Beberapa waktu yang lalu, masyarakat Indonesia maupun Dunia yang mengikuti ajang Internasional MotoGP pada Minggu, 20 Maret 2022, yang bertempat di Sirkuit Internasional Mandalika Lombok Nusa Tenggara Barat. Publik dibuat heboh dengan kehadiran Mbak Rara yang merupakan seorang Pawang Hujan. Dalam sebuah Podcast, Mbak Rara mengungkapkan sempat pesimis. Karena banyak penonton yang menghujatnya baik saat di Sirkuit maupun di sosial media. Tetapi, ia yakin bisa menghentikan hujan dalam waktu 10-15 menit.
Mbak Rara juga menceritakan bahwa ia sudah menjadi pawang hujan sejak umur 9 Tahun yang merupakan turun-temurun. Ritual yang dipakai Mbak Rara merupakan perpaduan kepercayaan dari negara Tibet, Jawa dan Bali. Ia menggunakan media bawang merah, cabai, dupa dan sebuah tungku emas atau singing bowl untuk ritualnya.
Al-Quran dan Hadis digunakan sebagai sumber hukum yang benar dalam segala yang dilakukan dalam hidup. Dalam ajaran Islam, jika terjadi musim kemarau yang panjang, maka dilakukanlah shalat istisqa’ untuk meminta hujan
Ada juga sebuah tradisi yang ada di Indonesia yang bernama ‘nyarang hujan’, sebuah usaha atau ikhtiar agar tidak terjadi hujan. Ritual ini biasa dilakukan sebelum menjelang sebuah acara agar saat acara berlangsung, tidak terjadi hujan. Jika pawang hujan disini ada karena untuk membacakan doa atau memohon agar hujan tidak turun, maka ini diperbolehkan. Doa yang digunakan juga bersumber dari Al-Quran atau dari hadis bukan mantra yang mengandung kesyirikan. Hal yang mengandung kesyirikan, tidak diperbolehkan serta akan mendapatkan dosa besar, bahkan sampai bisa sholatnya ditolak selama 40 hari.
Baca Juga: Menyoal Posisi Tradisi dalam Islam
Banyak pro dan kontra pada setiap ulama tentang adanya pawang hujan tersebut. Di Indonesia sendiri, memang masih banyak yang masih mempercayai akan adanya tersebut. Dengan berbagai tradisi-tradisi yang masih kental di masyarakat Indonesia, banyak yang menyangkut pautkan dan bingung antara tradisi atau kebudayaan yang ada dengan agama. Contoh seperti tahlilan untuk orang meninggal. Banyak yang menganggap tahlilan tersebut adalah sebuah keharusan dalam agama, padahal tidak. Tahlilan sendiri merupakan sebuah tradisi yang ada pada Islam di Nusantara.
Perkembangan dunia pun semakin hari semakin berkembang dan maju. Di Indonesia sendiri masih banyak masyarakat yang masih suka mendebatkan sesuatu yang tidak ada habisnya. Seperti, mengapa awal 1 ramadhan antara Islam NU dan Islam Muhammadiyah sering berbeda? Masih banyak juga yang sering membanding-bandingkan agama ini lebih baik daripada agama itu. Padahal, jika dilihat dan dipikir secara logika, semua agama itu mengajarkan kebaikan, hanya saja dengan berbagai cara yang berbeda-beda.
Dengan adanya Pawang Hujan di ajang Internasional tersebut, sebenarnya memberi dampak yang baik untuk kekhasan Negara Indonesia yang masih melestarikan kebudayaan yang ada. Hanya saja, Indonesia juga disebut dengan Negara bermayoritas Muslim, dan akhirnya menjadi perdebatan bagi para ulama. Sering sekali terjadi ketegangan antara budaya dan agama karena dianggap tidak sejalan dengan ajaran. Dari segi aspek sosiologis, Islam adalah fenomena peradaban yang ada dan realitas sosial dalam kehidupan manusia yang memiliki peran sangat penting untuk mengantarkan perkembangan dan kemajuan untuk diakui oleh masyarakat dunia.
Keberagaman budaya yang ada, bisa dijadikan karakter dan ciri khas masing-masing setiap budaya daerah dan menjadi identitas budaya sebuah daerah.
Islam sendiri pun hadir di antara kebudayaan yang ada di Arab dan berkembang hingga ke berbagai dunia. Banyak masyarakat yang masih beranggapan bahwa orang Arab adalah contoh yang mencerminkan ajaran agama Islam. Islam di Indonesia juga berkembang melalui budaya seperti salah satu diantara Wali yang ada di Jawa menggunakan wayang sebagai bagian dari alat penyebaran agama Islam di Nusantara.
Banyak tradisi-tradisi di Indonesia yang masih kental dengan nuansa Islami untuk memperingati hari-hari besar Islam yang ada, misalnya tradisi halal bihalal yang dilakukan setelah Idul Fitri atau sekaten di Surakarta dan Yogyakarta yang biasa dilakukan untuk memperingati Maulid Nabi SAW.
Keanekaragaman inilah yang menjadi kekayaan warisan budaya di Indonesia yang sangat perlu dilestarikan dengan peningkatan dan tetap mempertahankan eksistensinya.
Jadi, masalah di atas akan terus berlanjut, sedangkan perkembangan zaman semakin maju? Waallahua’lam bishawab.
Baca Juga: 7 Tradisi Nusantara dalam Menyambut Bulan Suci Ramadhan