Sabtu, Agustus 13, 2022
  • Login
  • Register
islamina.id
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Wawancara
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Wawancara
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
islamina.id
No Result
View All Result
Home Kolom
Kalau Allah Menciptakan Perbedaan Mengapa Manusia Ingin Menyeragamkan

Kalau Allah Menciptakan Perbedaan Mengapa Manusia Ingin Menyeragamkan

Kalau Allah Menciptakan Perbedaan, Mengapa Manusia Ingin Menyeragamkan?

Vinanda Febriani by Vinanda Febriani
07/04/2022
in Kolom, Tajuk Utama
4 0
0
3
SHARES
52
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on WAShare on Telegram

Sungguh teramat sedih mendengar kabar kawan saya, (sebutlah namanya Cici, bukan nama asli) yang beragama Protestan diolok oleh rekan masa kecilnya karena berbeda agama. Lingkungan tempatnya tinggal mayoritas Muslim, sedangkan ia dan keluarga beserta beberapa saudaranya Protestan.

Beberapa waktu lalu dia cerita kepada saya bahwa keyakinan dia diolok oleh rekannya itu dengan dalih bahwa Tuhan tidak beranak dan tidak punya Bapak. Rekannya itu kemudian mempertanyakan “Kalau Yesus Tuhan, mengapa Yesus bisa mati?” Lebih parahnya, dia memaksa Cici berpindah agama karena dianggap kafir. 

BacaJuga

Darurat Literasi Islam yang Ramah

Bulletin Jum’at Al-Wasathy | Edisi 037

Jelang 2024, MUI: Tolak Politisasi Agama dan Politik Identitas

“Orang kafir kalau di kami, boleh dirampas hartanya,” curhat Cici pada saya.

Tentu saja, Cici merasa terancam atas hal ini. Memang hanya satu orang yang mengancam demikian, namun tentu menakutkan baginya.

Saya mengenal Cici sudah cukup lama, dia adalah pemeluk Kristen Protestan yang baik. Cici selalu terlibat dalam misi kemanusiaan, misalnya saat ada gempa besar yang melanda Lombok, ia turut terjun ke lokasi dan membantu sesama tanpa pandang agama.

Saya tak yakin kalau rekan Cici itu benar-benar khatam dalam belajar agama, barangkali ia hanya belajar setengah-setengah saja sesuai apa yang ia kehendaki, terutama di bidang tafsir dan sejarah.

Cici adalah satu dari sekian banyak orang non-muslim yang merasa lelah terhadap ancaman-ancaman yang menyerang keyakinannya. Beruntunglah, Cici hanya mendapatkan ancaman secara verbal. Tapi tetap saja, ancaman-ancaman demikian tidaklah dibenarkan.

Dalam Islam, kita sangat yakin bahwa Allah SWT adalah Maha Kuasa. Ia menciptakan seluruh isi dunia. Allah SWT juga menciptakan manusia dengan berbangsa-bangsa dan bersuku-suku. Artinya, Allah SWT yang telah menciptakan perbedaan di tengah-tengah kehidupan manusia (Qs. Al-Hujurat ayat 13). 

Jika Allah menghendaki, maka Ia akan menciptakan manusia satu suku bangsa saja, satu bentuk, satu rupa, satu gender, hingga satu agama saja. Namun tidak, Allah SWT menciptakannya dengan sangat beragam, dengan keyakinan yang beragam pula.

Islam adalah agama yang sangat toleran terhadap keberagaman, bahkan tanpa kita mengkampanyekan Islam toleran sekalipun. Sejak zaman Rasulullah SAW, Islam sudah sangat jelas toleransinya. Sebut saja beberapa bukti toleransi itu, di antaranya adalah Perjanjian Hudaibiyah. Sehingga orang-orang yang tidak toleran sebenarnya telah melenceng jauh dari jalur berislam itu sendiri.

Keberagaman di internal umat Islam juga sangat banyak, seringkali itu yang menyebabkan berbagai perdebatan terkait akidah atau tafsir. Misalnya akidah Asy’ariyah dengan Wahabbiyah, Sunni dengan Syiah, atau tafsir antara Madzhab Syafi’i dengan Madzhab Maliki, dan lain sebagainya. 

Artinya, di dalam internal Islam sendiri juga ada keberagaman. Kita harus tetap teguh dan kokoh terhadap iman dan akidah kita, tak apa sesekali mengkritik akidah yang lain untuk memperkuat keimanan kita, tetapi jangan sampai mencela. Sebab kebenaran mutlak tidak berada di tangan manusia.

Begitu juga sikap kita terhadap agama-agama lain. Sudah sepatutnya kita menghargai keberadaan mereka, menghargai keyakinan serta keimanan mereka. Tak perlu mengolok sesembahan siapapun, sebab Allah SWT sendiri memerintahkan umat Islam supaya tidak mengolok sesembahan umat agama lain demi kenyamanan bersama.

Terlebih di Indonesia dengan kehidupan yang sangat beragam, jika kita memaksakan saklek satu keyakinan atau satu agama saja, tentu yang akan terjadi adalah beragam perang dan permusuhan. Tak baik menyamakan apa yang berbeda dan membedakan apa yang sebetulnya sama.

Kita perlu mengembalikan semuanya kepada bunyi Al-Qur’an Surah Al-Kafirun: Untukmu agamamu, dan untukku agamaku.

Kalau kata teman-teman di Jaringan Gusdurian, “Untukmu agamamu, untukku kau saudaraku.”

Baca Juga: Memahami 5 Fungsi Puasa di Bulan Ramadan yang Memerdekakan dan Mempersatukan

Tags: AgamaAlquranBeragamaKafirKeyakinanNon-Muslimtoleransitoleransi beragama
Previous Post

Generasi Muda Harus Selektif Konsumsi Konten Berkedok Agama di Bulan Ramadan

Next Post

Islam Antara Tradisi dan Realitas Zaman

Vinanda Febriani

Vinanda Febriani

RelatedPosts

Darurat Literasi Islam yang Ramah Islamic Book Fair
Kolom

Darurat Literasi Islam yang Ramah

12/08/2022
thumbnail bulletin jum'at al-wasathy
Bulletin

Bulletin Jum’at Al-Wasathy | Edisi 037

12/08/2022
Sekjen MUI Amirsyah Tambunan
Kabar

Jelang 2024, MUI: Tolak Politisasi Agama dan Politik Identitas

10/08/2022
bulletin jum'at
Bulletin

Bulletin Jum’at Al-Wasathy | Edisi 036

05/08/2022
muharram
Kolom

Tradisi Menyantuni Anak Yatim di Bulan Muharram

01/08/2022
Bulletin Jum'at Al-Wasathy
Bulletin

Bulletin Jum’at Al-Wasathy | Edisi 035

29/07/2022
Next Post
Islam Antara Tradisi dan Realitas Zaman

Islam Antara Tradisi dan Realitas Zaman

Puasa Praktik Spiritual dan Sosial

Puasa: Praktik Spiritual dan Sosial

Cari Artikel

No Result
View All Result

Masuk / Daftar

Masuk ke Akun anda
face
visibility
Daftar | Lupa kata sandi ?

Artikel Teerbaru

Darurat Literasi Islam yang Ramah Islamic Book Fair

Darurat Literasi Islam yang Ramah

12/08/2022
Kepala BNPT Komjen Boy Rafli Amar dan Ketua Umum Mathlaul Anwar KH Embay Mulya Syarief

Ormas Keagamaan Harus Ikut Masifkan Media Sosial Dengan Konten Perdamaian

12/08/2022
thumbnail bulletin jum'at al-wasathy

Bulletin Jum’at Al-Wasathy | Edisi 037

12/08/2022
Anwar Sanusi

Stop Perdebatan Narasi Konfrontasi Antara Pancasila dan Agama

11/08/2022
Sekjen MUI Amirsyah Tambunan

Jelang 2024, MUI: Tolak Politisasi Agama dan Politik Identitas

10/08/2022

Trending Artikel

  • Pribadi Nabi Muhammad Saw Yang Introvert

    Pribadi Nabi Muhammad SAW yang Introvert

    81 shares
    Share 32 Tweet 20
  • Belajar Konsep Ketuhanan dari Surat Al Ikhlas

    62 shares
    Share 25 Tweet 16
  • Cara Islam Mengatasi Rasa Insecure

    53 shares
    Share 21 Tweet 13
  • Disebut Jokowi di Pengukuhan PBNU, Ini Profil Ainun Najib

    49 shares
    Share 20 Tweet 12
  • Definisi Dai, Ustadz, Mufti, Murobbi dan Syarat-syarat yang Harus Dipenuhi

    39 shares
    Share 16 Tweet 10
Putih E E
  • Redaksi
  • Kirim Artikel
  • Tentang Kami
  • Kontak Kami
  • Kerjasama
No Result
View All Result
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Bulletin
    • Bulletin Jumat
    • Bulletin Islamina

© 2021 Islamina - Design by MSP.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

*By registering into our website, you agree to the Terms & Conditions and Privacy Policy.
All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

This website uses cookies. By continuing to use this website you are giving consent to cookies being used. Visit our Privacy and Cookie Policy.