Jumat, Agustus 12, 2022
  • Login
  • Register
islamina.id
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Wawancara
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Wawancara
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
islamina.id
No Result
View All Result
Home Gagasan
Keragaman Dan Daya Hidup Nu

Keragaman Dan Daya Hidup Nu

Keragaman dan Daya Hidup NU

Alamsyah M Djafar by Alamsyah M Djafar
01/02/2021
in Gagasan, Populer
2 0
0
2
SHARES
33
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on WAShare on Telegram

Jawaban bagaimana NU dapat bertahan sejauh ini, bahkan menjadi organisasi dengan umat lebih dari 150 juta orang, hampir pasti akan sangat beragam. Semakin kecil dimensi yang dilihat, semakin terbatas jawaban untuk menangkap gambar utuh NU. Sebaliknya, semakin lengkap dimensi yang digunakan sering kali tak dapat menangkap renik dan kedalaman masalah.

Perbedaan itu persis seperti ketika melihat pemandangan dari lantai teratas gedung pencakar langit atau melihat dari balik pintu ruang lobi gedung. Jadi, tergantung tujuan; tergantung dari mana arah bidikan: organisasi, tradisi, nilai dan pandangan, atau dari sudut sumber daya manusia.

BacaJuga

Ijtihad dan Gagasan Kembali kepada al-Qur’an Sunnah (2)

Ijtihad dan Gagasan Kembali kepada al-Qur’an Sunnah (1)

Indonesia Teladan Cerabut Akar Islamophobia

Bukan hanya orang luar, orang NU sendiri sering menilai cara-cara orang NU dalam mengelola organisasi kurang profesional. Tetapi anehnya, pesantren-pesantren yang hidup sebelum kemerdekaan Indonesia dapat bertahan dan berkembang hingga sekarang. Dari santri-santri pesantren itu lalu lahir lagi pesantren. Sedang sekolah-sekolah yang dianggap lebih baik manajemen mati dilindas waktu. Bagaimana bisa NU yang dikenal tradisional justru memiliki anak-anak muda yang terdepan di bidang gerakan digital.

Di era 4.0 begini, ada teman NU saya yang bingung ketika diberi uang untuk pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat. “Tidak ada uang saja kita bisa jalan,” katanya enteng saja. Kalau ukuran profesional jika Anda bekerja mendapat honor atau gaji, ukuran ini memang tidak profesional. Tapi, jika profesional ukurannya mencintai pekerjaan sebagai panggilan jiwa, maka teman saya itu sangat profesional. Maka kiai-kiai yang mengabdikan hidupnya untuk umat adalah orang-orang yang profesional dalam pengertian tadi.

Banyak orang luar juga sering merasa bingung, jika NU dinilai dan diklaim moderat, mengapa ada kasus-kasus intoleransi dilakukan orang-orang yang terafiliasi dengan NU. Salah satu jawaban yang mungkin tidak memuaskan adalah karena kadung menganggap NU punya wajah tunggal sembari mengabaikan keragaman di dalamnya. Tapi, ini juga tidak berarti NU tidak memiliki wajah umum sebagai ormas atau tradisi.

Salah satu dimensi yang mungkin bisa digunakan untuk membaca wajah umum NU adalah dimensi kultur organisasi, yang longgar tidak, terlalu ketat juga tidak. Kalau dibilang longgar, setiap pergantian kepemimpinan di tubuh NU hingga tingkat ranting rata-rata melalui mekanisme pemilihan, bukan asal tunjuk.

Baca Juga: Pidato Kiai Said pada Harlah NU ke 95

Memang kalau dibayangkan jalannya pemilihan mirip workshop atau rapat pemegang saham yang rapi bukan pemandangan yang umum. Tapi kalau dibilang ketat sekali juga tidak. Kadang-kadang, keputusan di tingkat wilayah atau cabang bisa berbeda dengan PBNU. Ini belum termasuk sikap pribadi tokoh-tokoh yang jadi pengurus NU ditambah lagi sikap kiai-kiai pesantren. Keragaman ini akan kelihatan dalam momen politik.

Tentu saja pendekatan “longgar-ketat” ini punya kelebihan dan kekurangannya. Kelemahannya mungkin tampak tidak kompak dan membutuhkan usaha untuk menyamakan langkah. Tapi kelebihannya justru saling memperkuat dengan perbedaan dan kelebihan yang dimiliki. Tampaknya, organisasi yang memayungi keragaman itulah yang membuat NU bisa bertahan hingga sekarang. Seperti jarang laba-laba, satu jalur putus, belum tentu merontokkan keseluruhan sarang.

Kemampuan menjaga keragaman ini kelak akan menjadi batu uji NU. Sekali NU dibuat seragam, ia akan kehilangan daya lentur dan daya tahan dalam menghadapi tantangan zaman. Keragaman itu pula yang membuat NU akan lincah dan dinamis. Di era 80-an, kita menyaksikan perkembangan NU dipengaruhi oleh interaksi di antara kalangan yang berorientasi fikih, dengan mereka yang berlatar belakang politisi dan birokrat, dengan aktivis organisasi masyarakat. NU menjadi payung bagi interaksi mereka.

Sekarang dunia tentu saja berubah. Hal yang tak berubah keragaman itu sendiri. Orang NU harus berbangga hati. Anak-anak muda mereka menekuni bidang keilmuan yang “aneh-aneh”. Lihat saja anak santri yang sekolah di luar negeri. Sangat beragam. Dan mereka menjadi penopang NU di tingkat internasional. Tapi, pada saat yang sama, anak-anak muda yang jadi politisi dan birokrat juga tidak kalah banyaknya. Lewat media sosial kita dapat menyaksikan kemampuan tokoh-tokoh dan para santri dalam bidang fikih dan ushul fikih. Lainnya lagi mereka yang menjadi aktivis organisasi masyarakat sipil, dari bidang keagamaan, hingga lingkungan.

Dalam bentangan keragaman itu, NU harus bersikap layaknya kiai: mengayomi dan mendoakan santrinya tanpa pandang bulu. NU tak hanya jadi tempat santri yang menekuni fikih, bukan pula hanya untuk para birokrat dan politisi, tetapi untuk semua. Bukan hanya itu, NU bahkan harus menyediakan ruang agar kelompok-kelompok ini berinteraksi. Dengan cara itu NU bertahan dan berkembang. Dengan cara itu pula NU menyumbang besar bagi bangsa ini.

Selamat Harlah NU ke-95

Kalimulya, 31 Januari 2021

Penulis: Alamsyah M Dja’far

Tags: Civil SocietyMuslim IndonesiaNahdhatul UlamaPesantrenPolitik IslamSantri
Previous Post

Pidato Kiai Said pada Harlah NU ke 95

Next Post

Kenapa Rasul dari Kalangan Manusia, Bukan dari Bangsa Jin?

Alamsyah M Djafar

Alamsyah M Djafar

RelatedPosts

al-Qur'an Sunnah
Gagasan

Ijtihad dan Gagasan Kembali kepada al-Qur’an Sunnah (2)

28/07/2022
al-qur'an sunnah
Gagasan

Ijtihad dan Gagasan Kembali kepada al-Qur’an Sunnah (1)

27/07/2022
islamophobia
Gagasan

Indonesia Teladan Cerabut Akar Islamophobia

25/07/2022
Kurban dan Nalar Abrahamic Religions
Gagasan

Kurban dan Nalar Abrahamic Religions

10/07/2022
khilafatul muslimin
Kajian

Khilafatul Muslimin dan Halusinasi Kebangkitan Khilafah

29/06/2022
radikalisme
Gagasan

Digital Native dan Upaya Mencegah Radikalisme

25/06/2022
Next Post
Ini Golongan Yang Doanya Dikabulkan Oleh Allah

Kenapa Rasul dari Kalangan Manusia, Bukan dari Bangsa Jin?

Hijab Bukan Kewajiban Islam

Hijab Bukan Kewajiban Islam

Cari Artikel

No Result
View All Result

Masuk / Daftar

Masuk ke Akun anda
face
visibility
Daftar | Lupa kata sandi ?

Artikel Teerbaru

thumbnail bulletin jum'at al-wasathy

Bulletin Jum’at Al-Wasathy | Edisi 037

12/08/2022
Anwar Sanusi

Stop Perdebatan Narasi Konfrontasi Antara Pancasila dan Agama

11/08/2022
Sekjen MUI Amirsyah Tambunan

Jelang 2024, MUI: Tolak Politisasi Agama dan Politik Identitas

10/08/2022
Musdah Mulia

Kikis Intoleransi, Jangan Ada Lagi Pemaksaan Jilbab di Sekolah

07/08/2022
bulletin jum'at

Bulletin Jum’at Al-Wasathy | Edisi 036

05/08/2022

Trending Artikel

  • Pribadi Nabi Muhammad Saw Yang Introvert

    Pribadi Nabi Muhammad SAW yang Introvert

    81 shares
    Share 32 Tweet 20
  • Belajar Konsep Ketuhanan dari Surat Al Ikhlas

    62 shares
    Share 25 Tweet 16
  • Cara Islam Mengatasi Rasa Insecure

    53 shares
    Share 21 Tweet 13
  • Disebut Jokowi di Pengukuhan PBNU, Ini Profil Ainun Najib

    49 shares
    Share 20 Tweet 12
  • Definisi Dai, Ustadz, Mufti, Murobbi dan Syarat-syarat yang Harus Dipenuhi

    39 shares
    Share 16 Tweet 10
Putih E E
  • Redaksi
  • Kirim Artikel
  • Tentang Kami
  • Kontak Kami
  • Kerjasama
No Result
View All Result
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Bulletin
    • Bulletin Jumat
    • Bulletin Islamina

© 2021 Islamina - Design by MSP.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

*By registering into our website, you agree to the Terms & Conditions and Privacy Policy.
All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

This website uses cookies. By continuing to use this website you are giving consent to cookies being used. Visit our Privacy and Cookie Policy.