Depok – Dalam perspektif masyarakat umum, tokoh agama dipandang sebagai orang yang ahli dalam bidang teologi atau sering berbicara mengenai ortodoksi agama yang diyakini. Forum-forum dialog keagamaan seringkali membahas masalah toleransi dan kebangsaan. Tetapi ada yang (mungkin) jarang sekali, ketika para agamawan membahas isu-isu pelestarian lingkungan.
Komisi Kerukunan Antar Umat Beragama MUI Pusat bersama Forum Komunitas Hijau Nusantara menyelenggarakan refleksi akhir tahun, Ahad (11/12). Acara yang dikemas dengan mengundang narasumber tokoh lintas agama untuk berbicara soal tata ruang dan lingkungan yang sehat.
Dalam kesempatan awal, Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan, Sarwono Kusuma Atmadja menyatakan perlunya dimensi rohani (spiritualitas) hadir untuk pelestarian lingkungan.
“Kita harus menggapai sisi lain. Perubahan iklim menciptakan kerusakan atau kerugian terhadap negara-negara maju. Kondisi kita lebih baik dari negara-negara maju. Ada potensi memberanikan diri secara kontekstual. Semoga kita (Indonesia) menghadirkan solusi.” ujar Sarwono saat memberikan pidato kunci.
Sarwono juga menitikberatkan peran tokoh agama yang kurang terlihat dalam usaha pelestarian lingkungan.
“Peran tokoh agama dalam usaha melestarikan alam harus menjadi kesepakatan bersama. Artinya, tiap tokoh atau pemimpin agama memperlihatkan identitas dirinya agar dilihat khalayak” ucapnya.
Energi Absolut Agama
Dalam Alquran surah al-A’rāf 56, Allah Swt. berfirman:
وَلَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ بَعْدَ إِصْلَاحِهَا وَادْعُوهُ خَوْفًا وَطَمَعًا ۚ إِنَّ رَحْمَتَ اللَّهِ قَرِيبٌ مِنَ الْمُحْسِنِينَ
“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.”
Ayat tersebut merupakan sebuah peringatan dan anjuran. Peringatan agar kita melestarikan alam atau lingkungan, serta meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah Swt. Ayat ini sebagai pegangan khususnya umat Islam, agar making attention atas tata ruang dan lingkungan.
Hal ini yang menegaskan kembali bahwa hubungan agama dengan pengelolaan tata ruang dan lingkungan penting. Agama memiliki energi akan keberlangsungan habitat di muka bumi. Untuk itulah forum-forum kerukunan antar umat beragama mengangkat isu bersama pada lingkungan.
“Semua agama memiliki kesamaan dalam kepedulian menjaga kelestarian alam. Agama-agama mempunyai energi absolut.” kata Heri Saifudin, Ketua Dewan Pembina Forum Komunitas Hijau Nusantara.
Dalam sambutannya, ia menilai ada signifikansi agama dengan pelestarian lingkungan yang menyampingkan aspek moral keagamaan.
“Moral agama tidak menjadi rujukan regulasi yang menjadi persoalan, perspektif ekonomi dan lainnya. Semoga agama bisa mengambil etika dan peradaban di depan, sebab hari ini dinilai sangat jauh. Ke depan bisa ditindaklanjuti dengan bekerjasama dengan para aktifis dan penggiat lingkungan. Harapannya bisa memberikan panduan praktis dan teknis untuk seperti khutbah di masjid atau tempat ibadah lainnya. Adanya rekayasa sosial kembali agama dan etik ini,” tegasnya.
Mandat Kitab Suci dan Mandat Konstitusi
Sudah menjadi fakta bahwa usia bumi ini sangatlah tua. Manusia sebagai makhluk Allah diberi akal dan perasaan untuk menjaga keberlangsungan habitatnya. Akan tetapi, seakan-akan lupa dengan mandat kitab suci (agama)-nya yang mengingatkan pelestarian lingkungan.
Ketua Komisi Kerukunan Antar Umat Beragama MUI, Abdul Moqsith Ghazali, juga menjelaskan dialog-dialog lintas tokoh agama memang ditingkatkan secara praksis. Apalagi soal pelestarian lingkungan.
Ia juga menyebutkan bahwa merawat lingkungan hidup bukan hanya mandat kitab suci, tetapi juga mandat konstitusi. Dalam keagamaan penting, dalam kenegaraan juga penting.
Forum refleksi akhir tahun tersebut juga dihadiri oleh Yusnar Yusuf (Wakil Ketua Bidang Kerukunan MUI). Bhante Dhammasubho Mahathera (Tokoh Buddhis), WS Mulyadi (Matakin Pusat), dan Pendeta Jimmy (PGI). Di samping itu, perwakilan dari ormas, aktifis, dan pegiat lingkungan turut menyimak dialog.
[MS]