“Beberapa kasus konflik umat beragama yang pernah terjadi di antaranya, pada kurun waktu tahun 1998-2000 telah terjadi konflik antar umat beragama di Poso (dan daerah sekitarnya di Sulawesi Tengah), Ambon (1999), Jawa Timur (10 Oktober 1996) dan beberapa daerah lain di Indonesia yang sempat membuat hubungan antar umat beragama mencapai titik nadir, terutama di “akar rumput (grassroot)”
Indonesia adalah negara yang memiliki berbagai macam suku, bahasa, budaya, dan agama yang tersebar di seluruh penjuru Indonesia. Berbagai suku bangsa ini dapat dipersatukan karena Indonesia memiliki dasar negara Pancasila. Tidak hanya itu, Indonesia juga memiliki semboyan “Bhinneka Tunggal Ika”, berbeda-beda dan tetap satu. Meskipun demikian, di beberapa daerah di Indonesia sering terjadi relasi atau hubungan yang kurang harmonis antar penganut agama- agama tersebut, akibat dari berbagai persoalan yang seringkali tanpa diduga sebelumnya. Atas dasar itu, sangatlah penting untuk menganalisis kasus hubungan umat beragama di Indonesia.
Sebagaimana kita ketahui, agama Islam dianut oleh mayoritas penduduk Indonesia, namun tidak semuanya provinsi di Indonesia agama Islam sebagai kelompok agama mayoritas. Provinsi- provinsi yang penganut agama Islamnya minoritas ialah provinsi Bali, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara, dan Papua. Ada sebagian orang mengatakan bahwa baik mayoritas dan minoritas penganut suatu agama tidaklah menjadi penting, namun yang paling penting adalah bagaimana menjalankan ajaran-ajaran agama mereka masing-masing dengan baik dan benar. Dan terpenting adalah rasa saling menghargai (toleransi) satu agama dengan agama yang lain.
Meskipun Indonesia adalah negara multi suku bangsa, multi bahasa, multi kebudayaan, multi agama, dan multi partai politik, maka di beberapa daerah di Indonesia sering kita dengar adanya relasi yang kurang harmonis antar etnik dan agama yang pada waktu-waktu tertentu akan dapat muncul kembali dengan berbagai penyebab yang tidak bisa diduga-duga. Sebagaimana kita ketahui, sejak hegemoni Orde Baru runtuh pada tahun 1998, beberapa relasi yang kurang baik antar agama muncul di beberapa daerah di Indonesia. Penyebabnya kompleks, ada sebab kurang baiknya hubungan antara suku bangsa, pro-kontra izin pendirian rumah ibadah, dan isu politik.
Konflik Intern dan Antar Agama
Relasi yang kurang harmonis antar penganut agama di berbagai daerah Indonesia sudah berlangsung cukup lama, hanya saja relasi yang kurang harmonis itu selalu bisa di damaikan, baik dengan cara penegakan hukum dan dengan cara-cara dialog antar dan intern tokoh agama. Ditambah juga dengan larangan yang diberlakukan oleh aparat keamanan (TNI atau Polri) kepada pihak media untuk masuk ke area konflik dan melakukan sebuah peliputan terhadap peristiwa di area itu, mewawancarai para korban dan para pelaku yang ditangkap (yang dikhawatirkan membuat gaduh masyarakat luas dengan informasi itu yang kadang-kadang hoax).
Beberapa kasus konflik umat beragama yang pernah terjadi di antaranya, pada kurun waktu tahun 1998-2000 telah terjadi konflik antar umat beragama di Poso (dan daerah sekitarnya di Sulawesi Tengah), Ambon (1999), Jawa Timur (10 Oktober 1996) dan beberapa daerah lain di Indonesia yang sempat membuat hubungan antar umat beragama mencapai titik nadir, terutama di “akar rumput (grassroot)”. Pada tahun 2000 dan bertepatan pada perayaan malam Natal bagi umat Nasrani, terjadi pemboman beberapa gereja Jakarta dan sempat membuat hubungan antar umat beragama, khususnya di DKI Jakarta menjadi terganggu.
Pada tanggal 13 November 2016 terjadi ledakan bom di depan gereja Oikumene di Samarinda Kalimantan Timur. Pada tanggal 17 Juli 2015 di distrik Tolikara Papua, pada saat umat Islam akan melaksanakan shalat Idul Fitri, telah terjadi bentrok antara sekelompok umat Islam yang hendak melaksanakan shalat Idul Fitri dengan sekelompok pemuda Kristen. Imbas dari bentrok ini terjadilah pembakaran ruko yang menyebabkan ikut terbakarnya sebuah masjid di area tersebut. Menurut keterangan resmi dari Komnas HAM, pelaku berjumlah 11 orang (1 orang ditembak mati), dan korban yang selamat ataupun luka-luka berjumlah 15 orang.
Lalu pada pengujung akhir 2016, yaitu tanggal 02 Desember 2016 terjadi beberapa demo besar-besaran di Jakarta, yaitu jutaan umat Islam dari seluruh Indonesia berkumpul di Monumen Nasional (Monas) dengan tujuan mengecam atau memprotes pernyataan gubernur DKI (waktu itu) Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) yang mereka anggap menodai ajaran satu agama. Demo ini digerakkan oleh beberapa organisasi massa Islam dan didukung oleh para pengikutnya. Tujuan mereka berdemo tidak lain adalah menuntut Ahok (pada waktu itu masih sebagai Gubernur DKI, orang Tionghoa, dan menganut agama selain Islam) yang dianggap menistakan Al-Qur’an.
Dari beberapa peristiwa di atas, tidak hanya sekedar relasi antara umat Islam dan non Islam yang kurang harmonis, tapi hubungan intern agama yang kurang harmonis juga sering terjadi di masa kepemimpinan SBY, sebut saja misalnya kurang harmonisnya hubungan antara sekelompok umat Islam di wilayah Pandeglang Banten, yang terjadi pada 06 Februari 2011. Relasi yang kurang harmonis ini dikenal sebagai konflik antara sekelompok umat Islam yang ingin mempertahankan kemurnian ajaran Islam dengan kelompok Ahmadiyah yang dianggap oleh Majelis Ulama’ Indonesia (MUI) sebagai pembawa ajaran Islam yang sesat.
Dengan melihat banyaknya kejadian relasi yang kurang harmonis baik intern dan antar umat beragama, maka cukuplah menarik jika masalah ini menjadi bahan kajian kita bersama dan solusi-solusi yang sifatnya membangun perlu untuk dijadikan bahan pertimbangan agar supaya relasi umat beragama di Indonesia tidak menjadi alat pemecah persatuan bangsa, naudzubillah min dzalik. Atas dasar itu, persoalan relasi umat beragama, terutama antara Islam dan Nasrani di Indonesia masih menarik untuk dikaji dan dicarikan solusinya. Sebab suatu relasi yang kurang harmonis intern dan antar umat agama ini memiliki faktor-faktor dan solusi yang berbeda-beda.
Relasi umat beragama di Indonesia menjadi sorotan masyarakat dan para peneliti, pasalnya relasi umat beragama ini kadang-kadang pula terjadi ketidakharmonisan satu dengan yang lainnya dengan berbagai akibat yang tidak pernah diduga-duga sebelumnya. Salah seorang cendekiawan Amerika-Pakistan Fazlur Rahman mengatakan, bahwa ada beberapa sebab yang membuat relasi antara umat Islam dan Nasrani saat ini menjadi kurang baik, di antaranya adalah adanya gerakan terorisme yang terjadi di beberapa belahan dunia yang menyebabkan ketakutan masyarakat dan merenggut nyawa manusia yang tidak sedikit jumlahnya.
Bersambung…