Rabu, Agustus 17, 2022
  • Login
  • Register
islamina.id
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Wawancara
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Wawancara
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
islamina.id
No Result
View All Result
Home Gaya Hidup
Membaca Kondisi Psikis Pelaku Teror Secara Islami

Membaca Kondisi Psikis Pelaku Teror Secara Islami

Membaca Kondisi Psikis Pelaku Teror Secara Islami

Syahril Mubarok by Syahril Mubarok
30/03/2021
in Gaya Hidup, Kesehatan, Tajuk Utama
1 0
0
1
SHARES
27
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on WAShare on Telegram

Masih maraknya peristiwa teror akibat pemahaman radikal-ekstremisme manusia, menjadi ‘pekerjaan rumah’ yang belum terselesaikan. Kejadian terakhir di Gereja Katedral Makassar sebagai bukti disfungsinya pemahaman agama, kemudian menjadi radikal-ekstremis. Dalam tulisan ini, penulis merangkum kondisi psikis individu manusia dalam kategori ‘teroris’. 

Definisi terorisme sampai saat ini (dalam literatur internasional) tidak ada yang sama atau mendekati pemaknaan yang netral. Undang-Undang Anti Terorisme pada tahun 2018 yang disahkan oleh DPR, mendefinisikan terorisme sebagai perbuatan yang menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan yang menimbulkan suasana teror atau rasa takut secara meluas yang dapat menimbulkan korban yang bersifat massal, dan / atau menimbulkan kerusakan atau kehancuran terhadap objek-objek vital yang strategis, lingkungan hidup, fasilitas publik atau fasilitasi internasional dengan motif ideologi, politik dan gangguan keamanan. Definisi inipun juga masih dikritisi oleh para ahli. 

BacaJuga

Sejarah Kemerdekaan yang Tercecer

Memahami Filantropi Islam

Darurat Literasi Islam yang Ramah

Ada beragam referensi untuk membaca penyebab individu yang masuk dalam kategori seorang ‘teroris’. Edward Newman dalam jurnal Studies in Conflict & Terrorism menulis bahwa penyebab individu menjadi seorang teroris antara lain yaitu kemiskinan, hidup dalam rezim otoriter dan represif, atau berlatar budaya dan agama. Hal-hal tersebut yang membuat sistem sosial mengalami disfungsi atau tanda sebuah konflik yang sedang terjadi (Newman, 2006). 

Tindakan teror yang mengatasnamakan agama sering dikaitkan dengan fenomena beberapa dekade yang lalu. Fakta yang terjadi adalah pelaku teror bertindak karena ‘perintah agama.’ Allport mengasumsikan peran agama telah mengalami paradoks. Dimana para penganutnya, selain mengajarkan al-Iḥsān (kebaikan), juga mengajarkan al-‘Unf (kekerasan). Jadi, memang entitas dalam beragama adalah selalu berbuat kebaikan, akan tetapi ada juga yang berbuat kekerasan atas nama agama (Allport, 1954). 

Dalam perspektif agama Islam, seorang Muslim wajib menyebarkan cinta kasih ke sesama ciptaan-Nya. Ada dua ayat dalam Alquran yang dapat dijadikan rujukan, yang pertama Q.S. al-Anbiyā’ ayat 107:

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ

“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam”. [Q.S. al-Anbiyā’: 107]

Dan ayat yang kedua Q.S. Ali ‘Imrān ayat 159:

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ ۖ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ ۖ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ

“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.” [Q.S. Ali ‘Imrān: 159]

Dari dua ayat Alquran diatas, seorang Muslim yang taat atau menjalankan perintah Allah SWT. yaitu dengan menjadi rahmat untuk saling mengasihi atau berbuat kebaikan. Adapun ketika bersikap keras atau kasar, sudah pasti akan dijauhi dan tidak disukai. Lalu, apakah pelaku teror tidak membaca dan mengimplementasikan perintah Allah pada dua ayat tersebut? 

Untuk menjawab pertanyaan itu, perlu kita membaca kondisi psikis pelaku teror terlebih dahulu. Rena Latifa dalam Jurnal Psikologika membagi empat ciri kepribadian pelaku teror, diantaranya: [1] mental ‘perusak’ dan ‘sakit’, [2] memiliki emosi tidak stabil, [3] inferioritas (rendah diri yang kompleks), dan [4] mempunyai motif balas dendam (Latifa, 2012). Kondisi psikis teroris diketahui minim kemampuan dalam mengendalikan impuls agresi, tak memiliki empati kepada para korbannya, mental dan cara berpikir sangat fanatik ideologi tertentu, dan serta cara pandang yang utopis (De la Corte, 2006). Namun demikian, belum ada kejelasan apakah kepribadian tersebut merupakan karakter yang telah ada sejak kecil atau karakter itu terbentuk oleh pengalaman hidupnya sampai ia menjadi seorang teroris. 

Penelitian yang dilakukan oleh Sageman pada pelaku teroris al- Qaeda, menggambarkan pola interaksi pemuda Muslim dengan kelompok jihadis bisa membuatnya memiliki pemahaman radikal. Bentuk-bentuk indoktrinasinya dengan membangun mental yang memiliki komitmen tinggi terhadap organisasi dan mempersiapkan mereka untuk terlibat pada ‘criminal activity‘ (Sageman, 2004). Tentunya, hal tersebut sangat membahayakan orang lain. Ada suatu keberanian yang sangat besar dalam diri calon atau pelaku teror. 

Dalam tahap itu, seharusnya seorang anak atau pemuda Muslim — melalui orang tua dan kerabat — mampu memilah guru atau pendidik yang berwawasan visioner seperti Nabi Muhammad SAW. Kemudian memiliki pemahaman wasaṭiyyah (moderat) dalam menjelaskan pemahaman agama. Kondisi mental pelaku teror jauh dari visioner dan wasaṭiyyah, sehingga kemungkinan bukan termasuk bagian dari Islam lagi, melainkan masuk kategori murtad.

Baca Juga: Mencegah Ekstremisme dan Terorisme


Referensi:

Edward Newman. “Exploring the ‘root causes’ of terrorism.” Studies in Conflict and Terrorism. Vol. 29. (2006). 
Gordon. W. Allport. The Nature of Prejudice. (Boston: The Beacon Press, 1954). 
Luis de la Corte. “Explaining Terrorism: A Psychosocial Approach.” Perspectives on Terrorism. Journal of The Terrorism Research Initiative. Vol 1, No 2 (2007).
Rena Latifa. “Penanganan Terorisme: Perspektif Psikologi.” Jurnal Psikologika, Vol. 17, No.2 (2012).

Tags: ekstremismefaham radikalJihadPsikologiRadikalradikalismeTeroris
Previous Post

Apa Benar Al-Qur’an Menyeru Untuk Jadi Teroris?

Next Post

Agama Sebagai Medium Humanisasi

Syahril Mubarok

Syahril Mubarok

Netflix dan Kopi Hitam

RelatedPosts

Sejarah Kemerdekaan yang Tercecer
Peradaban

Sejarah Kemerdekaan yang Tercecer

16/08/2022
memahami filantropi islam
Kolom

Memahami Filantropi Islam

14/08/2022
Darurat Literasi Islam yang Ramah Islamic Book Fair
Kolom

Darurat Literasi Islam yang Ramah

12/08/2022
thumbnail bulletin jum'at al-wasathy
Bulletin

Bulletin Jum’at Al-Wasathy | Edisi 037

12/08/2022
Sekjen MUI Amirsyah Tambunan
Kabar

Jelang 2024, MUI: Tolak Politisasi Agama dan Politik Identitas

10/08/2022
bulletin jum'at
Bulletin

Bulletin Jum’at Al-Wasathy | Edisi 036

05/08/2022
Next Post
Agama Sebagai Medium Humanisasi

Agama Sebagai Medium Humanisasi

Jangan Berlebihan Dalam Menyikapi Isu-isu Islam Dan Komunisme

Islam Melarang Terorisme, Apapun Alasannya

Cari Artikel

No Result
View All Result

Masuk / Daftar

Masuk ke Akun anda
face
visibility
Daftar | Lupa kata sandi ?

Artikel Teerbaru

Sejarah Kemerdekaan yang Tercecer

Sejarah Kemerdekaan yang Tercecer

16/08/2022
memahami filantropi islam

Memahami Filantropi Islam

14/08/2022
Darurat Literasi Islam yang Ramah Islamic Book Fair

Darurat Literasi Islam yang Ramah

12/08/2022
Kepala BNPT Komjen Boy Rafli Amar dan Ketua Umum Mathlaul Anwar KH Embay Mulya Syarief

Ormas Keagamaan Harus Ikut Masifkan Media Sosial Dengan Konten Perdamaian

12/08/2022
thumbnail bulletin jum'at al-wasathy

Bulletin Jum’at Al-Wasathy | Edisi 037

12/08/2022

Trending Artikel

  • Pribadi Nabi Muhammad Saw Yang Introvert

    Pribadi Nabi Muhammad SAW yang Introvert

    81 shares
    Share 32 Tweet 20
  • Belajar Konsep Ketuhanan dari Surat Al Ikhlas

    62 shares
    Share 25 Tweet 16
  • Cara Islam Mengatasi Rasa Insecure

    53 shares
    Share 21 Tweet 13
  • Disebut Jokowi di Pengukuhan PBNU, Ini Profil Ainun Najib

    49 shares
    Share 20 Tweet 12
  • Definisi Dai, Ustadz, Mufti, Murobbi dan Syarat-syarat yang Harus Dipenuhi

    40 shares
    Share 16 Tweet 10
Putih E E
  • Redaksi
  • Kirim Artikel
  • Tentang Kami
  • Kontak Kami
  • Kerjasama
No Result
View All Result
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Bulletin
    • Bulletin Jumat
    • Bulletin Islamina

© 2021 Islamina - Design by MSP.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

*By registering into our website, you agree to the Terms & Conditions and Privacy Policy.
All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

This website uses cookies. By continuing to use this website you are giving consent to cookies being used. Visit our Privacy and Cookie Policy.