Jumat, Agustus 12, 2022
  • Login
  • Register
islamina.id
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Wawancara
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Wawancara
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
islamina.id
No Result
View All Result
Home Kolom
Kontribusi Ulama Di Indonesia Dan  Meluruskan Faham Radikal Ala Salafi Wahabi

Kontribusi Ulama Di Indonesia Dan Meluruskan Faham Radikal Ala Salafi Wahabi

Mengembalikan Makna Agama

Hatim Gazali by Hatim Gazali
17/03/2021
in Kolom, Tajuk Utama
3 0
0
3
SHARES
69
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on WAShare on Telegram

Islamina.id – Bagi agamawan dan sudah menjadi kepercayaan banyak manusia bahwa agama adalah jalur sah yang harus ditempuh manusia untuk menuju Tuhan. Tanpa itu, manusia tidak akan pernah sampai, bersua dengan Tuhan (liqaillah). Karena itulah, antara Tuhan dan agama tidak bisa dipisahkan. Bagi mereka, agama adalah Tuhan dan sebaliknya, Tuhan adalah agama. Tak ada agama yang tak memiliki Tuhan. Tapi, adakah Tuhan yang tidak memiliki agama ?


Kepercayaan diatas sudah lama tertanam dalam diri manusia. Ketika bayi hadir kedunia, ia harus diperdengarkan dan diperkenalkan tentang kalimat Tuhan dengan adzan¸iqomat dan sebagainya. Begitupula setelah besar, ia terus mendapat pengarahan dari kedua orang tuanya untuk pergi ketempat ibadah, menunaikan ritual-ritual formal yang merekapun belum tentu memahami maknanya. Mereka hanya melaksanakan perintah orang tuanya, tanpa disertai kesadaran bahwa Tuhan adalah kebutuhan primer.

BacaJuga

Bulletin Jum’at Al-Wasathy | Edisi 037

Jelang 2024, MUI: Tolak Politisasi Agama dan Politik Identitas

Bulletin Jum’at Al-Wasathy | Edisi 036


Baru setelah menginjak dewasa, ketika bisa berifikir secara jernih dan mandiri, ia bisa menentukan apakah akan tetap melaksanakan tuntutan yang diajarkan orang tuanya atau justru meninggalkan dan mencari jalan lain untuk mendekati Tuhan. Bahkan tidak menutup kemungkinan, sang anak tidak menyembah Tuhan sebagaimana orang tuanya dan tidak beragama (ateis). Disadari atau tidak, fenomena ini sudah menjadi gejala umum dalam sistem keberagamaan seluruh manusia di dunia ini, termasuk di Indonesia.

Baca juga: Perlunya Saling Menghargai Seperti Kisah Ini


Pertanyannya, benarkah agama sebagai satu-satunya sarana yang sah untuk menuju Tuhan ?. Adakah jalan lain yang bisa menyampaikan manusia kepada Tuhan, selain agama ? Kemudian, bisakah agama dipisahkan dari Tuhan, yakni suatu agama yang sama sekali tidak memiliki ajaran ketuhanan ?. Dan bagaimana ketika agama sudah terpisah dari Tuhan.


Sejumlah pertanyaan diatas terus menggelitik penulis ketika mencermati sistem keberagamaan di Indonesia. Dalam hal ini, sekurang-kurangnya ada dua hal penting yang harus diperhatikan. Pertama, agama-agama seringkali bertengkar dan saling memusuhi hanya untuk mempertahankan eksistensi atau hanya sekedar persepsi tentang Tuhan.

Tidak jarang, suatu agama harus membantai agama lain karena dianggap sesat dan bertentangan dengan keyakinan yang dipeluknya. Pandangan outsider, kafir, murtad, musyrik sudah tidak asing dan menjadi legitimasi teologis untuk memusnahkan sesamanya.


Tragedi kemanusiaan di Ambon, Aceh dan daerah lainnya adalah contoh konkrit bahwa manusia berperang mempertaruhkan nyawanya demi tuhan yang disembahnya. Sedemikian agungkah Tuhan sehingga darah, nyawa, harta manusia tidak lagi berharga dihadapanNya? Pertaruhan manusia untuk menuju Tuhan melalui agama sudah tidak bisa memperhatikan aspek kemanusiaan. Dengan janji keselamatan eskatologis, pemeluk agama membunuh, melakukan aksi teror atas sesamanya dibawah bendera Tuhan.

Baca juga: Agama Sarana Menuju Tuhan?Ini Penjelasannya


Kedua, penganut agama sudah terjebak pada ritual-formalistik. Baik Islam, Kristiani ataupun lainnya, seringkali memahami bahwa untuk mencapai ridho Tuhan harus ke Gereja atau Mesjid dengan melaksanakan seperangkat aturan-aturan formal, tanpa berupaya untuk memahami subtansi dan makna dari sebuah ritual tersebut.

Sedangkan penganut agama yang malas pergi ketempat ibadah dipandang sebagai orang yang jauh dari (kasih-sayang) Tuhan. Bagi mereka, jalan satu-satunya untuk mencapai ridho Tuhan adalah tempat ibadah seperti Mesjid, Gereja ataupun lainnya.


Sebenarnya, subtansi dan esensi dari suatu ibadah adalah kedekatan diri kepada Tuhan secara personal serta mempraksiskan pesan-pesan Tuhan dalam aksi sosial secara konkrit. Ibadah adalah wilayah privat. Sebuah ibadah bisa dikategorikan diterima dihadapan Tuhan manakala seseorang (abid) bisa mewujudnyatakan pesan-pesan ilahiyah dalam kehidupan bermasyarakat. Inilah yang disebut dengan kesalehan sosial.

”Tidak sempurna ibadah yang dikerjakan umat Islam sebelum memberikan apa-apa yang dicintainya.” (Al-Imran 92).


Agama hadir kemuka bumi ini untuk membebaskan (to liberate) manusia dari hukum rimba, kesewang-wenangan, ketidakadilan, kekerasan. Karena tujuan yang demikian itulah, segala bentuk penindasan, ketidakadilan, despotisme merupakan musuh agama yang pertama dan utama. Dan, ajaran-ajaran agama diarahkan untuk menciptkan suasana yang kondusif penuh cinta kasih, kesetaraan, keadilan dan kesejahteraan.


Namun, tujuan suci ini tidak selamanya sesuai dengan realitas yang terjadi. Alih-alih sebagai sarana transformasi, pembebasan dan kemanusiaan, agama justru acap menjadi problem bagi manusia.

Fungsi Agama

Fungsi agama sebagai petunjuk bagi segenap manusia (hudan li al-nass) seringkali meminta darah dan nyawa manusia untuk menebus keselamatan eskatologis nanti.
Jika demikian, mencari jalan lain untuk mencapai dan menuju tuhan tidak mesti melalui agama. Sebab, agama yang senantiasa diharapkan mampu memanusiakan manusia (to humanize human being), justru menjadi penghambat bagi terciptanya suasana yang kondusif diantara pluralitas agama.

Baca juga: Telaah Surat Al Baqarah: 43 tentang Keshalehan Spiritual dan Sosial


Kecuali itu, agama harus dikembalikan pada orientasi dan tujuan semula, yakni untuk kesejahteraan dan keselamatan manusia secara universal. Segala hal yang bertentangan dengan nilai-nilai universal harus ditolak dan ditafsirkan kembali menjadi sebuah tafsir yang humanis-kemanusiaan.


Dalam karyanya Naqd al-Khithab al-Diniy (Kritik Wacana Agama) Nashr Hamid Abu Zaid berupaya untuk mendefinisikan ulang agama untuk menemukan diferensiasai antara agama sebagai doktrin dengan hasil interpretasi manusia terhadap agama sebagai pemikiran keagamaan. Bagi Nashr, kita harus membaca teks agama harus dinamis, kontekstual. Pemaknaan seperti itulah yang disebut Nashr dengan “pembacaan produktif” (al-qiraah al-muntijah).

Lebih lanjut, Nashr Hamid dengan bukunya, Isykaliyyah al-Qiraat wa Aliyyah al-Ta`wil, memberikan sebuah tawaran hermeneutika sebagai upaya membongkar kebekuan pemikiran yang terjadi dalam tradisi penafsiran al-Quran.


Ala kulli hal, jalan menuju tuhan yang seringkali disebut sebagai agama akan menjadi stagnan dan ketinggalan zaman manakala tidak ditafsirkan secara humanis, konstruktif, transformatif. Bahkan, ia justru akan ditinggalkan penganutnya karena sudah tidak mampu lagi menjawab kebutuhan manusia dan akan mencari sandaran lain untuk menumpahkan kegelisahannya atas kehidupan ini. Maraknya kalangan ateis di Barat adalah salah satu bukti kuat akan hal tersebut.

Di Perancis—misalnya—orang yang percaya pada Tuhan sudah tidak sampai 5 %. Sehingga pendapat Jeal Paul Sartre (1905-1980) bahwa Lesistence de Lhomme exclet Lexistence de dio (eksistensi manusia meniadakan eksistensi Tuhan) tidak dapat disalahkan.

Tags: Agamaagama islammakna agama
Previous Post

Perlunya Saling Menghargai Seperti Kisah Ini

Next Post

Asyiknya Belajar Qira’at Sab’ah

Hatim Gazali

Hatim Gazali

Pemimpin Redaksi Islamina.id | Dosen Universitas Sampoerna | Ketua PERSADA NUSANTARA | Pengurus Pusat Rabithah Ma'ahid Islamiyah PBNU

RelatedPosts

thumbnail bulletin jum'at al-wasathy
Bulletin

Bulletin Jum’at Al-Wasathy | Edisi 037

12/08/2022
Sekjen MUI Amirsyah Tambunan
Kabar

Jelang 2024, MUI: Tolak Politisasi Agama dan Politik Identitas

10/08/2022
bulletin jum'at
Bulletin

Bulletin Jum’at Al-Wasathy | Edisi 036

05/08/2022
muharram
Kolom

Tradisi Menyantuni Anak Yatim di Bulan Muharram

01/08/2022
Bulletin Jum'at Al-Wasathy
Bulletin

Bulletin Jum’at Al-Wasathy | Edisi 035

29/07/2022
al-Qur'an Sunnah
Gagasan

Ijtihad dan Gagasan Kembali kepada al-Qur’an Sunnah (2)

28/07/2022
Next Post
Asyiknya Belajar Qira’at Sab’ah

Asyiknya Belajar Qira'at Sab'ah

Kunci Mendaki Puncak Spiritualitas: Belajar Dari Muhammad Dan Sang Buddha

Kunci Mendaki Puncak Spiritualitas: Belajar Dari Muhammad dan Sang Buddha

Cari Artikel

No Result
View All Result

Masuk / Daftar

Masuk ke Akun anda
face
visibility
Daftar | Lupa kata sandi ?

Artikel Teerbaru

thumbnail bulletin jum'at al-wasathy

Bulletin Jum’at Al-Wasathy | Edisi 037

12/08/2022
Anwar Sanusi

Stop Perdebatan Narasi Konfrontasi Antara Pancasila dan Agama

11/08/2022
Sekjen MUI Amirsyah Tambunan

Jelang 2024, MUI: Tolak Politisasi Agama dan Politik Identitas

10/08/2022
Musdah Mulia

Kikis Intoleransi, Jangan Ada Lagi Pemaksaan Jilbab di Sekolah

07/08/2022
bulletin jum'at

Bulletin Jum’at Al-Wasathy | Edisi 036

05/08/2022

Trending Artikel

  • Pribadi Nabi Muhammad Saw Yang Introvert

    Pribadi Nabi Muhammad SAW yang Introvert

    81 shares
    Share 32 Tweet 20
  • Belajar Konsep Ketuhanan dari Surat Al Ikhlas

    62 shares
    Share 25 Tweet 16
  • Cara Islam Mengatasi Rasa Insecure

    53 shares
    Share 21 Tweet 13
  • Disebut Jokowi di Pengukuhan PBNU, Ini Profil Ainun Najib

    49 shares
    Share 20 Tweet 12
  • Definisi Dai, Ustadz, Mufti, Murobbi dan Syarat-syarat yang Harus Dipenuhi

    39 shares
    Share 16 Tweet 10
Putih E E
  • Redaksi
  • Kirim Artikel
  • Tentang Kami
  • Kontak Kami
  • Kerjasama
No Result
View All Result
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Bulletin
    • Bulletin Jumat
    • Bulletin Islamina

© 2021 Islamina - Design by MSP.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

*By registering into our website, you agree to the Terms & Conditions and Privacy Policy.
All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

This website uses cookies. By continuing to use this website you are giving consent to cookies being used. Visit our Privacy and Cookie Policy.