Pertikaian antara Islam dan Kristen selalu dibingkai dengan perdebatan yang bersifat teologis. Bagaimana pun relasi dua agama besar dunia tersebut dalam aspek politik telah menjadi hal yang cukup mengambil peran dalam deferensiasi yang bersifat teologis. Hal itu bisa dimaklumi bersama, karena dua agama tadi pernah menjadi suatu rezim pada wilayah dan waktu tertentu.
Rezimentasi agama yang mengakar pada pangkalan sejarah Islam dan Kristen menjadi suatu fenomena religi-politik yang pernah menghiasi sejarah peradaban manusia. Pada babakan sejarah pertama, Islam menorehkan sejarah keemasan politiknya setelah menaklukkan wilayah-wilayah yang pernah dipegang oleh rezim Kristen. Islam saat itu dijadikan rujukan sentral perkembangan kebudayaan manusia.
Bangsa Arab dari Asia Barat telah berhasil melakukan ekspansi kekuassaannya terhadap Eropa Timur (kekaisaran Romawi Timur) dan Eropa Barat (kerajaan-kerajaan German yang telah muncul di Spanyol, Itali dan Perancis). Perluasan kekuasaan itu tidak berhenti disitu , ancaman Islam yang mengerikan bagi pihak Kristen muncul dari Turki Islam yang selama lima abad menjajah Eropa Tenggara. Pada tahun 1529 sampai tahun 1683 berhasil mengepung kota Wina. Sejarah kerakusan Islam merupakan suatu hal yang regetable dalam pandangan kelompok inferior, Kristen, pada waktu itu.
Fakta sejarah penaklukan yang dimotori oleh Islam telah memberikan stigma yang abadi bagi Islam. Islam sebagai gerbong laskar Tuhan yang dengan teriakan Allahu Akbar-nya dapat mengisi jiwa-jiwa jihad yang mengerikan terhadap nilai-nilai kemanusiaan. Terminologi jihad tidak hanya menjadi ciri khas buruk umat Islam tetapi ia juga didudukan sebagai nilai yang kontra-kemanusiaan. Sampai sekarang citra terhadap Islam sebagai agama kekerasan masih dilestarikan oleh dunia barat. Kadangkala alasan ini pula yang melegitimasi penyerangan barat terhadap negara yang memakai label Islam,. seperti Irak, Afganistan, dan negara Timur Tengah lainnya