Rabu, Agustus 10, 2022
  • Login
  • Register
islamina.id
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Wawancara
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Wawancara
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
islamina.id
No Result
View All Result
Home Kolom
Menyelami Nilai-nilai Sufisme Di Era Krisis Nilai

Menyelami Nilai-nilai Sufisme Di Era Krisis Nilai

Misi Utama Diutusnya Para Nabi dan Rasul yang Perlu Dicermati

Moh. Afif Sholeh, M.Ag by Moh. Afif Sholeh, M.Ag
03/08/2020
in Kolom, Tajuk Utama
26 1
0
27
SHARES
533
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on WAShare on Telegram

Allah mengutus para Nabi dan Rasul tidak lain untuk mengajak kaumnya untuk beriman kepada Allah serta tak menyekutukan-Nya dengan apapun. Hal ini merupakan syarat amal seseorang akan diterima oleh Allah.

Misi untuk menyebarkan ajaran tauhid ini diwarisi oleh para ulama kepada masyarakat nya secara turun temurun dan berlaku sampai hari kiamat.

BacaJuga

Bulletin Jum’at Al-Wasathy | Edisi 036

Tradisi Menyantuni Anak Yatim di Bulan Muharram

Bulletin Jum’at Al-Wasathy | Edisi 035

Salah satu ayat yang tegas dan jelas akan perintah mengesakan diri-Nya serta beribadah tertuju khusus kepada-Nya. Ini bunyi ayatnya

وَمَا أَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ مِن رَّسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ (25

Artinya:

Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya: “Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku. (QS. Al Anbiya: 25).

Imam At Thabari menjelaskan ayat tersebut bahwa misi para rasul sebelum Nabi Muhammad memiliki kesamaan misi yaitu menyebarkan kalimat tauhid atau mengesankan Tuhan dengan memberikan kesaksian bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah di langit atau di bumi kecuali Allah, walaupun syariat atau aturan-aturan ibadahnya berbeda-beda.

Hal ini di perkuat oleh Imam Al Qurthubi yang mengutip imam Qatadah bahwa semua Nabi diutus oleh Allah untuk mengesakan-Nya (tauhid) walau syariat di kitab Taurat, Injil, Al Qur’an berbeda satu dengan yang lainnya. Semuanya bermuara keapda ajaran Tauhid dan Ikhlas dalam mengamalkan isinya.

Definisi Kalimat Tauhid

Sedangkan Sultan Ulama Imam Izzuddin bin Abdussalam menjelaskan tentang definisi kalimat Tauhid. Ini penjelasannya

ﻛﻠﻤﺔ اﻟﺘﻮﺣﻴﺪ ﺗﺪﻝ ﻋﻠﻰ اﻟﺘﻜﻠﻴﻒ ﺑﺎﻟﻮاﺟﺐ ﻭاﻟﺤﺮاﻡ ﺇﺫ ﻣﻌﻨﺎﻩ ﻻﻣﻌﺒﻮﺩ ﺑﺤﻖ ﺇﻻ اﻟﻠﻪ ﻭاﻟﻌﺒﺎﺩﺓ ﻫﻲ اﻟﻄﺎﻋﺔ ﻣﻊ ﻏﺎﻳﺔ اﻟﺬﻝ ﻭاﻟﺨﻀﻮﻉ

Kalimat Tauhid sebagai petunjuk tentang taklif (beban kewajiban yang harus dilakukan oleh orang Islam yang sudah baligh dan berakal) tentang hukum wajib dan haram. Maksudnya tak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah. Sedangkan ibadah merupakan ketaatan didasari ketundukan diri kepada-Nya secara totalitas.

Sedangkan menurut Imam Al Mundziri dalam kitab At Targhib wa At Tarhib menjelaskan bahwa kalimat Tauhid merupakan sarana seseorang agar bisa masuk surga serta terhindar dari siksa neraka dengan syarat melakukan kewajiban serta menjauhi segala hal yang terlarang.

Sebaliknya jika seseorang tak melakukan kewajiban dan melakukan kejahatan maupun kemaksiatan maka kalimat tauhid tersebut tak mampu menjadi tameng dari neraka.

4 Hal Ini Bila dilakukan Keimanan Bertambah Sempurna

Keimanan yang hakiki dalam diri seorang mukmin terdiri dari tiga komponen, yaitu: pertama, Hati meyakini kebenaran tentang keesaan Tuhan. Kedua, Lisan mengikrarkan kalimat syahadat, dan Ketiga anggota badan mempraktekkan ajaran Agama.

Dalam hal ini, Syeh Nawawi al-Bantani dalam Tafsirnya Marah Labid pernah menjelaskan bahwa orang yang mengaku Ahli Tauhid harus melakukan empat hal ini agar keimanannya menjadi sempurna.

Seyogyanya ahli La ilaha illa Allah melakukan empat hal ini, agar menjadi mukmin sejati. Pertama, Membenarkan (التصديق). Kedua, mengagungkan(التعظيم). Ketiga, merasa nyaman (الحلاوة). Keempat, merdeka atau bebas (الحرية).

Barangsiapa yang tak membenarkan keesaan-Nya maka termasuk orang munafik, serta siapapun yang tak mengagungkan-Nya maka termasuk ahli bid’ah, juga barangsiapa yang tak merasakan manisnya iman, maka ia termasuk orang yang Riya’ (pamer), dan siapa saja yang terikat dari cengkraman makhluk maka ia termasuk orang melawan kebenaran.

Baca juga: 10 Etika Anak Kepada Orang Tua

Dari penjelasan diatas dapat dipahami bahwa orang beriman yang meyakini kebenaran kalimat tauhid harus dibuktikan dengan perilaku yang sesuai dengan ajaran, serta tak hanya diucapkan lisan saja tapi harus diyakini oleh hati yang terdalam. Begitu juga harus menghormati orang lain terutama orang yang sesama seiman.

Imam al-Munawi dalam Faidhul Qadir mengutip perkataan alAli bin Abi Thalib:


ﻭﻗﺎﻝ ﻋﻠﻲ ﻛﺮﻡ اﻟﻠﻪ ﻭﺟﻬﻪ: ﺃﻋﻠﻢ اﻟﻨﺎﺱ ﺑﺎﻟﻠﻪ ﺃﺷﺪﻫﻢ ﺣﺒﺎ ﻭﺗﻌﻈﻴﻤﺎ ﻷﻫﻞ ﻻ ﺇﻟﻪ ﺇﻻ اﻟﻠﻪ.

Artinya: Manusia yang paling makrifat atau mengetahui Allah yaitu orang yang paling cinta dan juga menghormati orang yang ahli La ilaha illa Allah.

baca juga: Hikmah Idul Adha: Membentuk Manusia yang Baik

Semoga kita termasuk orang yang dimudahkan dalam mengucapkan kalimat La ilaha illa Allah menjelang akhir hayat.

Tags: Intisari tauhidMisi rasulMisi utama nabiTauhid
Previous Post

Refleksi Idul Adha dan Kurban

Next Post

Menjadi Muslim yang Cinta Tanah Air

Moh. Afif Sholeh, M.Ag

Moh. Afif Sholeh, M.Ag

Seorang penggiat literasi dan penikmat kopi

RelatedPosts

bulletin jum'at
Bulletin

Bulletin Jum’at Al-Wasathy | Edisi 036

05/08/2022
muharram
Kolom

Tradisi Menyantuni Anak Yatim di Bulan Muharram

01/08/2022
Bulletin Jum'at Al-Wasathy
Bulletin

Bulletin Jum’at Al-Wasathy | Edisi 035

29/07/2022
al-Qur'an Sunnah
Gagasan

Ijtihad dan Gagasan Kembali kepada al-Qur’an Sunnah (2)

28/07/2022
hijrah
Kolom

Hijrah Kolektif dari Narasi Kebencian dan Pemecah Belah

28/07/2022
al-qur'an sunnah
Gagasan

Ijtihad dan Gagasan Kembali kepada al-Qur’an Sunnah (1)

27/07/2022
Next Post
Menjadi Muslim Yang Cinta Tanah Air

Menjadi Muslim yang Cinta Tanah Air

‘id Yang Membahagiakan

‘Id Yang Membahagiakan

Cari Artikel

No Result
View All Result

Masuk / Daftar

Masuk ke Akun anda
face
visibility
Daftar | Lupa kata sandi ?

Artikel Teerbaru

Musdah Mulia

Kikis Intoleransi, Jangan Ada Lagi Pemaksaan Jilbab di Sekolah

07/08/2022
bulletin jum'at

Bulletin Jum’at Al-Wasathy | Edisi 036

05/08/2022
muharram

Tradisi Menyantuni Anak Yatim di Bulan Muharram

01/08/2022
Bulletin Jum'at Al-Wasathy

Bulletin Jum’at Al-Wasathy | Edisi 035

29/07/2022
al-Qur'an Sunnah

Ijtihad dan Gagasan Kembali kepada al-Qur’an Sunnah (2)

28/07/2022

Trending Artikel

  • Pribadi Nabi Muhammad Saw Yang Introvert

    Pribadi Nabi Muhammad SAW yang Introvert

    80 shares
    Share 32 Tweet 20
  • Belajar Konsep Ketuhanan dari Surat Al Ikhlas

    62 shares
    Share 25 Tweet 16
  • Cara Islam Mengatasi Rasa Insecure

    52 shares
    Share 21 Tweet 13
  • Disebut Jokowi di Pengukuhan PBNU, Ini Profil Ainun Najib

    49 shares
    Share 20 Tweet 12
  • Definisi Dai, Ustadz, Mufti, Murobbi dan Syarat-syarat yang Harus Dipenuhi

    39 shares
    Share 16 Tweet 10
Putih E E
  • Redaksi
  • Kirim Artikel
  • Tentang Kami
  • Kontak Kami
  • Kerjasama
No Result
View All Result
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Bulletin
    • Bulletin Jumat
    • Bulletin Islamina

© 2021 Islamina - Design by MSP.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

*By registering into our website, you agree to the Terms & Conditions and Privacy Policy.
All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

This website uses cookies. By continuing to use this website you are giving consent to cookies being used. Visit our Privacy and Cookie Policy.