Bagi kalian penggemar sepak bola Liga Inggris, pasti tidak asing dengan beberapa atribut klub atau pihak liga dengan ornamen warna-warni. Betul, hal tersebut bukan tiba-tiba ada tanpa ada penyebab. Marginalisasi sebagian kalangan yang “merendahkan” komunitas LGBT di sepak bola menjadi penyebabnya.
Hampir tiga tahun ini Liga Inggris gencar melakukan kampanye inklusif terhadap kelompok LGBT atau lebih familiar dengan Rainbow Laces. Dikutip dari goal.com, Bill Bush sebagai direktur eksekutif Premier League, membenarkan bahwa Liga turut ambil bagian dalam kampanye LGBT ini
“Klub-klub kami telah bekerja sangat bagus untuk menegaskan pesan bahwa sepakbola adalah untuk semua orang. Kami bangga bisa mengambil bagian dalam kampanye ini,” ucap Bill Bush, direktur eksekutif Premier League.
Beberapa atribut seperti bendera corner, tempat alas bola, papan skor dan iklan dihiasi dengan warna pelangi. Tak ketinggalan juga, para pemain menggunakan tali sepatu dan ban kapten berwarna pelangi. Hal ini sebagai bentuk dukungan kepada kelompok LGBT.
Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana sikap para pemain dan pengurus klub-klub Liga Inggris yang beragama Islam?
Sikap Pemain Muslim atas Kampanye LGBT di Liga Inggris
Sebetulnya tak hanya Liga Inggris saja yang mengkampanyekan persamaan hak LGBT dalam sepak bola. Di kompetisi lain seperti EURO 2020 dahulu, antara pihak penyelenggara lokal dan pusat berbeda menyikapi adanya Rainbow Laces di pertandingan. Perbedaan itu hanya dalam sikap politis.
Mari kita coba telusuri lagi. Seperti yang dilansir oleh The Sun, di Liga Inggris sekitar 72% suporter sepak bola lebih sering mengujarkan kebencian kepada kaum LGBT saat menonton pertandingan. Oleh karena inilah, kenapa sepak bola dipilih dalam kampanye persamaan hak LGBT di Inggris.
Kita tahu banyak pemain Muslim di Liga Inggris, seperti Paul Pogba, Mo Salah, Hakim Ziyech, İlkay Gündoğan, dan masih banyak yang lain. Namun, masih belum ada salah satu dari pemain Muslim berpendapat terkait kampanye LGBT dalam Liga.
Peristiwa ini menimbulkan sebuah paradoks diantara fans atau suporter bola yang beragama Islam. Mereka mendukung klub bola kesukaan, tetapi di sisi lain klub yang didukung juga berkampanye tentang LGBT. Dan di agama Islam, LGBT merupakan perilaku yang tidak dibenarkan.
Redaksi islamina.id mencoba mewawancarai salah satu pimpinan suporter klub Manchester City Indonesia, Eriko Putra. Saat ditanya bagaimana pendapatnya terkait hal yang dikampanyekan oleh klub, ia tidak dapat ber-statement apa-apa.
“Saya tidak berani berstatement apapun, karena bukan kapasitas kami yang hanya sebuah komunitas sebagai penikmat bola layar kaca.” kata Eriko
Seperti Manchester City atau klub bola lain, yang didalamnya terdapat pemain dan pimpinan klub beragama Islam, juga tidak banyak berpendapat atas kampanye LGBT ini. Mungkin disana lebih kuat dari segi madzhab yang dianut.
Tanpa ada ujaran-ujaran kebencian, mereka menolak secara halus perbuatan LGBT. Komunitas Muslim di Eropa berpikir secara progresif dalam menyikapi kampanye-kampanye tersebut.
Baca Juga: Sebar Kebaikan, Pemain Manchester City Bagikan Takjil
Referensi:
“Dukung LGBT, Liga Inggris Diselimuti Pelangi Pekan Ini”, https://sport.detik.com/sepakbola/liga-inggris/d-4326633/dukung-lgbt-liga-inggris-diselimuti-pelangi-pekan-ini
“Euro 2020: Para penonton melakukan unjuk rasa pro-LGBT pada pertandingan Jerman-Hungaria”, https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-57592106
“Liga Inggris Kembali Galang Kampanye LGBT”, https://www.goal.com/id/berita/liga-inggris-kembali-galang-kampanye-lgbt/1oshghy6bsb301qh4n91pi2yvy
Yamadipati Seno, “Kalau Arsenal, Liverpool, dan Klub Liga Inggris Dukung LGBT, Kamu Mau Apa?”, https://mojok.co/balbalan/arsenal-liverpool-dan-klub-liga-inggris-dukung-lgbt/