Selasa, Juni 28, 2022
  • Login
  • Register
islamina.id
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Wawancara
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Wawancara
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
islamina.id
No Result
View All Result
Home Kolom
Netizen Indonesia dari Tak Beradab hingga Haram

Netizen Indonesia dari Tak Beradab hingga Haram

Netizen Indonesia, dari Tak Beradab hingga Haram

by Topan Setiawan
11/05/2022
in Kolom, Tajuk Utama
3 0
0
2
SHARES
40
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on WAShare on Telegram

PERTANYAAN yang masih melekat, hingga saat ini. Apakah Bangsa Indonesia telah kehilangan senyumannya? Apakah predikat negara paling ramah Peringkat ke-7 masih  disandang oleh Indonesia? (Expat Insider, 2014). Jika membaca tulisan sebelumnya berjudul  “Menitik Berat Kaum Milenial: Agen Moderasi Beragama Di Nusantara” Mencantumkan data bahwa separuh penduduk Indonesia telah menguasai jagat hampir seluruh dunia maya (Topan Setiawan, 2022).  

Seperti dua belah pisau yang saling menyatu. Ungkapan tersebut, pantas disandangkan  terhadap kondisi bangsa Indonesia saat ini. Mengingat, tulisan di atas dapat menjadi keuntungan bonus demografi bagi Indonesia. Namun, menjadi senjata yang cukup  mematikan, bagi sebutan negeri dengan seribu pulau ini. Kendati demikian, dunia kedua (dunia maya) menjadi dunia yang sangat berpengaruh, terhadap pengaruh sosial di dunia  nyata. Bahkan, hanya cukup dengan dua ibu jari, Imej seseorang, dapat terenggut dengan  sekejap. Menjadi sumber penghakiman paling afdol dilakukan oleh warga netizen Indonesia. 

Berbagai Kasus Netizen Indonesia  

Lebih jauh lagi, bahkan mengancam hubungan diplomatik antar negara. Beberapa kasus yang  pernah mencuat, diantaranya terkait pembully-an Netizen (Internet Citizen=Warga Pengguna  Maya) kepada dua sepasang Gay (penyuka sesama jenis Lak-laki) di Thailand. Hal tersebut  menyebabkan pemerintahan Negara Thailand melarang seluruh netizen Indonesia yang terdata, untuk melakukan penerbangan ke Ibukota Bangkok. Kemudian, kasus yang pernah  menimpa selebritis TikTok asal negara Filipina, Reemar Martin. Remaja yang terkenal  dengan video TikTok, menjadi buah bibir di hampir semua platform media sosial, Reemar  Martin dikabarkan menjadi korban bully netizen Indonesia.

Reemar Martin diserang netizen, karena dianggap terlalu digandrungi kalangan pria di Indonesia. Gadis remaja asal Filipina ini memang terkenal dengan konten video di TikTok. Kecantikan remaja kelahiran 1999 ini banyak bermain hati kaum adam di Indonesia. Oleh  karena hal itu, Reemar diserang dengan aksi report dan komentar bernada bully di akun  media sosial miliknya. (Kompas, 2021) 

Tak cukup dengan itu, tak lama berselang satu tahun, setelah kasus Reemar. Netizen Indonesia kembali menyerbu akun perusahaan raksasa di dunia, yakni Microsoft. Lantaran  Microsoft mengunduh postingan terkait data, yang menyematkan netizen paling tidak ramah  di dunia terhadap negara Indonesia. Hal tersebut menimbulkan, berbagai hujatan dengan  bertuliskan bahasa Indonesia di room chat akun Microsoft tersebut. Alhasil, perusahaan  tersebut menutup kolom komentar dan memperkuat dugaan tersebut. Sebagai Netizen Negara  Indonesia paling tidak sopan se-Asia Tenggara.(Digital Civility Index, 2022) 

Indonesia dan Tingkat Kesopanan Terburuk 

Riset yang dirilis oleh Microsoft ini, tingkat kesopanan netizen Indonesia memburuk delapan poin ke angka 76, di mana semakin tinggi angkanya tingkat kesopanan semakin buruk. Survei yang sudah memasuki tahun kelima tersebut mengamati sekitar 16.000 responden di 32  wilayah, yang diselesaikan selama kurun waktu bulan April hingga Mei 2020. 

Survei tersebut mencakup responden dewasa dan remaja tentang interaksi online mereka dan pengalaman mereka menghadapi risiko online. Paling tinggi adalah hoaks dan penipuan yang naik 13 poin ke angka 47 persen. Kemudian faktor ujaran kebencian yang naik 5 poin, menjadi 27 persen. Dan ketiga adalah diskriminasi sebesar 13 persen, yang turun sebanyak 2  poin dibanding tahun lalu. Kemunduran tingkat kesopanan paling banyak didorong pengguna  dewasa dengan persentase 68 persen. Sementara usia remaja disebut tidak berkontribusi  dalam mundurnya tingkat kesopanan digital di Indonesia pada 2020.

MUI Haramkan Ujaran Kebencian di Dunia Maya 

Pernyataan kebencian sangat berbahaya dan bertolak belakang dengan ajaran Islam yang  menghargai dan menghormati orang lain. Menurut Al-Ghazali dalam kitabnya Ihya Ulumuddin, sebaik-baiknya keadaan adalah menjaga kata-katamu dari semua bahaya  mengumpat, mengadu domba, bermusuhan, berdebat, dan lain-lain.  

Kajian tersebut yakni, mengenai apa yang diizinkan, yang tidak ada bahaya baginya dan bagi  orang lain sama sekali. Jika berbicara yang tidak perlu, maka sesungguhnya telah menyia nyiakan-nyiakan dan telah menggantikan apa yang baik dengan yang buruk. Bahkan, Majelis Ulama Indonesia (MUI) memberikan fatwa bahwa mengharamkan perbuatan ujaran benci, penyebaran hoaks atau semacamnya hingga dengan bermuamalah tanpa mendasar. Dalam fatwa tersebut tertulis: Melakukan ghibah, fitnah, namimah, dan penyebaran permusuhan,  Melakukan bullying, ujaran kebencian, dan permusuhan atas dasar suku, agama, ras, atau  antar golongan. Kemudian, menyebarkan hoax serta informasi bohong meskipun dengan  tujuan baik, seperti info tentang kematian orang yang masih hidup. Menyebarkan materi pornografi, kemaksiatan, dan segala hal yang terlarang secara syar’i. Terakhir menyebarkan konten yang benar tetapi tidak sesuai tempat dan/atau waktunya. 

Sadar Literasi Digital dan Pendewasaan Bermedia Sosial  

Ini membuktikan, perlu ada dorongan dan perhatian khusus untuk membatasi permasalahan  tersebut. Dengan menjadi smart netizen dan paham akan sadar ber-Media Sosial. Polemik netizen nakal dapat diminimalisir sejak dini. Edukasi literasi digital perlu digaungkan  pemerintah, untuk memberikan pemahaman. Pentingnya peran pemuda mengendalikan manfaat bonus demografi kedepan. 

Selain itu, karakter netizen harus terus ditempa sebagai doktrin nasionalis, menjaga nama  baik Bangsa Indonesia. Dimulai dengan mengatur emosional diri terhadap kehormatan  negara. Hingga doktrin keagamaan berwatak Ahlussunnah Wal Jamaah (Aswaja) Al  Wasathiyah (moderat). Karena tak dipungkiri, sejak Indonesia diterpa dengan kondisi  pandemi COVID-19 beberapa waktu lalu, membuat dampak karakter kebanyakan netizen  Indonesia semakin sensitif, terhadap respon problem sosial. Sehingga, perlu penanganggulan  khusus dari Pemerintah untuk menjawab tantangan tersebut.

Tags: fatwa muiHoaksHoaxKebencianMedia SosialModeratMUINetizen Muslim
Previous Post

Moderasi Beragama sebagai Tonggak Keutuhan NKRI

Next Post

Kunci Signifikan Cegah Radikalisme: Penguatan Literasi Digital Keluarga

Topan Setiawan

RelatedPosts

Biografi

Peran Perempuan di Panggung Pendidikan (2)

27/06/2022
Kolom

Pendidikan Humanis, Kurikulum Moderasi

27/06/2022
Kolom

Indonesia Tegas Tolak Ideologi Khilafah

26/06/2022
Kajian

Agar Tidak Menjadi Tekstualis, Begini Cara Memahami Hadis

26/06/2022
Gagasan

Digital Native dan Upaya Mencegah Radikalisme

25/06/2022
Gaya Hidup

Era Teknologi dan Masifnya Disinformasi

25/06/2022
Next Post

Kunci Signifikan Cegah Radikalisme: Penguatan Literasi Digital Keluarga

Bulletin Jum'at Al-Wasathy | Edisi 024

Cari Artikel

No Result
View All Result

Masuk / Daftar

Masuk ke Akun anda
face
visibility
Daftar | Lupa kata sandi ?

Artikel Teerbaru

Peran Perempuan di Panggung Pendidikan (2)

27/06/2022

Pendidikan Humanis, Kurikulum Moderasi

27/06/2022

Indonesia Tegas Tolak Ideologi Khilafah

26/06/2022

Agar Tidak Menjadi Tekstualis, Begini Cara Memahami Hadis

26/06/2022

Digital Native dan Upaya Mencegah Radikalisme

25/06/2022

Trending Artikel

  • Pribadi Nabi Muhammad SAW yang Introvert

    74 shares
    Share 30 Tweet 19
  • Belajar Konsep Ketuhanan dari Surat Al Ikhlas

    59 shares
    Share 24 Tweet 15
  • Disebut Jokowi di Pengukuhan PBNU, Ini Profil Ainun Najib

    47 shares
    Share 19 Tweet 12
  • Cara Islam Mengatasi Rasa Insecure

    45 shares
    Share 18 Tweet 11
  • Definisi Dai, Ustadz, Mufti, Murobbi dan Syarat-syarat yang Harus Dipenuhi

    34 shares
    Share 14 Tweet 9
  • Redaksi
  • Kirim Artikel
  • Tentang Kami
  • Kontak Kami
  • Kerjasama
No Result
View All Result
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Bulletin
    • Bulletin Jumat
    • Bulletin Islamina

© 2021 Islamina - Design by MSP.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

*By registering into our website, you agree to the Terms & Conditions and Privacy Policy.
All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

This website uses cookies. By continuing to use this website you are giving consent to cookies being used. Visit our Privacy and Cookie Policy.