Kamis, Februari 2, 2023
  • Login
  • Register
islamina.id
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Wawancara
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Wawancara
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
islamina.id
No Result
View All Result
Home Gagasan
Life Skills

Penguatan Life Skills, Mencegah Remaja Terpapar Radikalisme

Penguatan Life Skills, Mencegah Remaja Terpapar Radikalisme

Nurul Lathiffah, S. Psi., M. Psi by Nurul Lathiffah, S. Psi., M. Psi
13/06/2022
in Gagasan, Tajuk Utama
1 0
0
1
SHARES
26
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on WAShare on Telegram

Remaja merupakan masa ‘badai.’ Bila tak mendapat pendidikan life skills yang memadai, mereka rentan terpapar radikalisme. Kaum radikalis memprioritaskan remaja sebagai sasaran. Tanpa kontrol dan keterampilan literasi media yang baik, remaja bisa mendadak radikal. Jika remaja sudah memiliki pola pikir radikal, ia pun akan bersikap dan berperilaku radikal.

Orang tua, keluarga, sekolah, dan masyarakat harus memahami bahwa remaja membutuhkan pembinaan dalam meningkatkan kemampuan psikososial. Kemampuan psikososial akan menjadi vaksin anti radikalisme yang efektif. Remaja yang mendapatkan pendidikan life skills akan relatif lebih mudah dalam mengaktualisasikan diri. Kabar baiknya, ia akan mudah menjalin persahabatan (relationship), sukses dalam kehidupan akademik, dan bersosial. 

BacaJuga

Menyapa Agama-Agama dalam Sejarah dan Teologi (1)

Sunnah Rasul Saw dalam Tradisi Selamatan (2)

Duri Islamisme dalam Sejarah NKRI

Bila remaja berkesempatan untuk  mendapatkan pendidikan life skills, ia akan tumbuh menjadi pribadi yang adaptif. Pun ketika hendak terperangkap radikalisme, remaja yang adaptif akan mudah lolos. Ia lincah dalam mengatasi berbagai problema. Agar mampu melewati masa ‘badai’ dan terbebas dari pengaruh buruk teman sebaya, remaja harus memiliki tiga keterampilan hidup (life skills), yaitu keterampilan sosial, keterampilan berpikir, dan keterampilan emosional. 

Pertama, keterampilan sosial. Keterampilan sosial meliputi kesadaran diri, hubungan impersonal, empati, dan komunikasi efektif. Sejak dini, keluarga perlu menstimulasi anak untuk memiliki kesadaran diri yang baik. Anak harus dilatih untuk menerima perasaan diri, dan berdamai dengan rasa kecewa. Bila anak sudah mendapat pondasi awal yang baik, maka akan mudah baginya untuk memiliki keterampilan internasional di masa remaja. Keterampilan sosial pada remaja juga dapat diasah dengan menumbuhkan dan memupuk sikap empati. Adanya empati yang baik akan mendorong remaja untuk memiliki keterampilan komunikasi efektif. 

Pendidikan perdamaian dan toleransi dalam keluarga merupakan pondasi utama sikap empati. Toleransi yang diaktualisasikan orang tua dalam keteladanan, dapat menjadi modal psikologis bagi anak untuk bersikap toleran. Sikap toleran adalah kontra radikalisme. Dengan memupuk sikap toleransi anak sejak dini dan merawatnya ketika anak berusia remaja, maka anak memiliki basic tolerance untuk menghalau radikalisme. 

Kedua, keterampilan berpikir. Remaja yang memiliki kemampuan berpikir kritis tak akan mudah hanyut dalam arus provokasi. Ia akan selalu siap menganalisa ajakan-ajakan yang rentan mengandung muatan provokasi dan adu domba. Remaja dengan keterampilan berpikir mumpuni dididik oleh keluarga yang aktif berdialog. Tak hanya dialog hampa, namun dialog yang mampu mematangkan keterampilan berpikir untuk pengambilan keputusan. 

Ketiga, keterampilan emosional. Keterampilan emosional yang baik dapat melindungi remaja dari ancaman radikalisme. Sebagaimana kita pahami bersama, radikalisme masuk melalui ‘tembakan-tembakan’ emosi negatif terhadap pandangan perdamaian. Pada umumnya kaum radikal akan memberikan informasi dan provokasi. Mereka mengincar remaja yang tak memiliki keterampilan emosional memadai. Oleh karena itu, komitmen menangkal radikalisme harus diimbangi dengan upaya pendewasaan emosi. 

Bila diuraikan, terdapat 5 poin keterampilan hidup yang harus dimiliki oleh remaja agar dapat melewati masa remaja dengan produktif. Pertama, kesadaran diri. Kesadaran diri remaja ditingkatkan melalui dukungan sosial orang tua. Orang tua harus menjadi sahabat bagi remaja untuk bertukar cerita. Orang tua adalah konselor terbaik bagi remaja dalam proses penemuan hakikat dan kesadaran diri. Sebagai ‘konselor’, orang tua harus mampu mendengar empati, memberikan sugesti, dan mengapresiasi hal-hal positif pada remaja.

Kedua, remaja harus memiliki empati yang baik. Empati dapat diasah melalui pelibatan remaja pada kegiatan-kegiatan sosial. Empati juga dapat diasah melalui pengasuhan ramah remaja. Remaja dengan kegiatan sosial positif akan terhindar dari jerat radikalisme karena mereka memiliki waktu yang terbatas untuk dihinggapi konten radikal dunia maya. 

Ketiga, komunikasi efektif. Peningkatan keterampilan komunikasi efektif pada remaja berdampak positif pada keterampilan sosia. Dan, keterampilan sosial yang baik adalah bekal untuk menolak paham radikal. Komunikasi efektif pada remaja dapat ditingkatkan melalui kebiasaan komunikasi efektif di dalam keluarga. Orang tua harus memberikan kesempatan pada anak untuk berkomunikasi asertif, sehingga anak akan terbiasa belajar berkomunikasi secara terbuka. Komunikasi asertif akan memberikan power pada anak untuk menolak radikalisme. 

Keempat, berpikir kritis dan kreatif. Radikalisme hakikatnya hanya memiliki kekuatan shortcut mental. Hanya orang yang berpikiran sempit yang bisa terpikat ajarannya. Oleh karena itu, kemampuan berpikir kritis dan kreatif menjadi kekuatan bagi remaja untuk menangkal radikalisme. Kemampuan berpikir kritis hendaknya diasah sejak dini. Penting bagi remaja untuk selalu berliterasi baik melalui membaca, mendengarkan, dan memproduksi ide. 

Kelima, pengendalian emosi. Semakin piawai mengendalikan emosi, maka remaja akan mendapat hal-hal yang baik. Pengendalian emosi juga merupakan tanda keberhasilan remaja dalam menaklukan ego diri. Pengendalian emosi dapat dipelajari melalui modelling dan imitasi. Orang tua yang memiliki pengendalian emosi yang baik akan menjadi figur teladan bagi remaja. 

Lima poin kunci ini sudah harus hadir dalam pengasuhan remaja. Tidak mudah menjadi ‘sahabat’ bagi remaja. Namun demikian, orang tua harus menjadi sahabat dan influencer sehingga remaja memiliki life skills yang andal. Harapannya, remaja yang memiliki keterampilan hidup positif dapat terhindar dari jerat radikalisme yang semakin masif. Wallahu’alam.

Tags: EmosiInfluencerIntoleransiLife SkillsRadikalisme Remajatoleransi
Previous Post

Politisasi Agama di Era Post-Truth

Next Post

Agama itu Merajut Persatuan dalam Perbedaan

Nurul Lathiffah, S. Psi., M. Psi

Nurul Lathiffah, S. Psi., M. Psi

Peminat Kajian Psikologi Wanita

RelatedPosts

Menyapa Agama Agama dalam Sejarah dan Teologi
Kajian

Menyapa Agama-Agama dalam Sejarah dan Teologi (1)

26/01/2023
Sunnah Rasul Saw dalam Tradisi Selamatan
Peradaban

Sunnah Rasul Saw dalam Tradisi Selamatan (2)

24/01/2023
Duri Islamisme dalam Sejarah NKRI
Kajian

Duri Islamisme dalam Sejarah NKRI

19/01/2023
Sunnah Rasul Saw dalam Tradisi Selamatan Hari
Peradaban

Sunnah Rasul Saw dalam Tradisi Selamatan (1)

16/01/2023
Fenomena Mualaf Menjadi Ustadz
Kajian

Fenomena Mualaf Menjadi Ustadz

12/01/2023
Pesantren Kontinuitas dan Perubahan (3)
Kajian

Pesantren: Kontinuitas dan Perubahan (3)

06/01/2023
Next Post
Agama itu Merajut Persatuan dalam Perbedaan

Agama itu Merajut Persatuan dalam Perbedaan

Pancasila Ruang Pertemuan Politik Islam dan Demokrasi

Pancasila: Ruang Pertemuan Politik Islam dan Demokrasi

Cari Artikel

No Result
View All Result

Masuk / Daftar

Masuk ke Akun anda
face
visibility
Daftar | Lupa kata sandi ?

Artikel Teerbaru

Menyapa Agama Agama dalam Sejarah dan Teologi

Menyapa Agama-Agama dalam Sejarah dan Teologi (1)

26/01/2023
Sunnah Rasul Saw dalam Tradisi Selamatan

Sunnah Rasul Saw dalam Tradisi Selamatan (2)

24/01/2023
Duri Islamisme dalam Sejarah NKRI

Duri Islamisme dalam Sejarah NKRI

19/01/2023
Sunnah Rasul Saw dalam Tradisi Selamatan Hari

Sunnah Rasul Saw dalam Tradisi Selamatan (1)

16/01/2023
Fenomena Mualaf Menjadi Ustadz

Fenomena Mualaf Menjadi Ustadz

12/01/2023

Trending Artikel

  • Pribadi Nabi Muhammad Saw Yang Introvert

    Pribadi Nabi Muhammad SAW yang Introvert

    110 shares
    Share 44 Tweet 28
  • Belajar Konsep Ketuhanan dari Surat Al Ikhlas

    106 shares
    Share 42 Tweet 27
  • Cara Islam Mengatasi Rasa Insecure

    72 shares
    Share 29 Tweet 18
  • Definisi Dai, Ustadz, Mufti, Murobbi dan Syarat-syarat yang Harus Dipenuhi

    61 shares
    Share 24 Tweet 15
  • Disebut Jokowi di Pengukuhan PBNU, Ini Profil Ainun Najib

    54 shares
    Share 22 Tweet 14
Putih E E
  • Redaksi
  • Kirim Artikel
  • Tentang Kami
  • Kontak Kami
  • Kerjasama
No Result
View All Result
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Bulletin
    • Bulletin Jumat
    • Bulletin Islamina

© 2021 Islamina - Design by MSP.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

*By registering into our website, you agree to the Terms & Conditions and Privacy Policy.
All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

This website uses cookies. By continuing to use this website you are giving consent to cookies being used. Visit our Privacy and Cookie Policy.