Kamis, Februari 2, 2023
  • Login
  • Register
islamina.id
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Wawancara
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Wawancara
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
islamina.id
No Result
View All Result
Home Peradaban
Peradaban Islam

Peradaban Islam di Masa Nabi SAW

Peradaban Islam di Masa Nabi SAW

Moh Rivaldi Abdul by Moh Rivaldi Abdul
03/06/2022
in Peradaban, Tajuk Utama
6 0
0
6
SHARES
128
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on WAShare on Telegram

“During the month of Ramadhan in 610 C.E., an Arab businessman had an experience that changed the history of the world,” kata Karen Amstrong dalam Islam: a Short History. Yang dimaksud Karen Amstrong adalah peristiwa di Gua Hira, yaitu pada bulan Ramadan untuk pertama kali Nabi Muhammad SAW menerima wahyu dari Allah SWT. Tanda bahwa Allah telah menurunkan Islam sebagai agama yang menerangi umat manusia. Peristiwa yang oleh Muslim dikenang sebagai malam Nuzul al-Qur’an (malam turunnya al-Qur’an).

Abdul Karim dalam Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, menjelaskan bahwa kehidupan masyarakat Arab pra-Rasulullah sangatlah kacau. Peradaban yang tengah tenggelam dalam kebodohan. Kala itu, perempuan seperti barang dagangan, serta kerap terjadi pembunuhan anak (perempuan). Dan, juga terlalu mengutamakan fanatisme kabilah, sehingga rentan menimbulkan peperangan. Dikatakan bahwa masa itu merupakan era kejahiliaan. Kekacauan peradaban kala itu tidak hanya terjadi di Arab, namun juga melanda peradaban lain entah di Barat maupun Timur. 

BacaJuga

Menyapa Agama-Agama dalam Sejarah dan Teologi (1)

Sunnah Rasul Saw dalam Tradisi Selamatan (2)

Duri Islamisme dalam Sejarah NKRI

Melihat kondisi masyarakat yang semakin kacau, Muhammad selalu gelisah, sehingga banyak melakukan perenungan di Gua Hira. Dalam kegelisahan, Muhammad banyak berdoa, berpuasa, dan membantu orang miskin. Hingga, dalam kesendiriannya di Gua Hira, Allah menurunkan wahyu kepadanya sebagai petunjuk yang akan menyinari peradaban manusia.

Di tengah kondisi masyarakat Arab yang jauh dari sinar tauhid, tenggelam dalam arus kebohongan dan kebodohan, kehadiran rasul yang membawa risalah rahmatan lil’alamin jelas sangat penting.

Dalam proses menjalankan misi kenabian, kehidupan Nabi Muhammad dapat dibagi menjadi dua periode, yaitu periode Makkah dan Madinah. Pada periode Makkah, dakwah Nabi ditekankan dalam upaya penanaman dasar keimanan, dan pada periode Madinah Nabi telah meletakkan dasar kemasyarakatan Islam. Sehingga, sebagaimana menurut M. Abdul Karim, dapat dikatakan bahwa permulaan peradaban Islam dimulai pada periode Nabi di Madinah. Meski begitu, pada periode Makkah, Nabi setidaknya telah merintis dasar peradaban Islam, seperti larangan mencampuri harta anak yatim, kewajiban untuk memberikan infak kepada kerabat, dan mulai diwajibkan zakat sebagai perbuatan yang mengandung keberkahan.

Di Madinah, Nabi Muhammad membangun tatanan masyarakat yang disebut ummah, dengan didasarkan pada perjanjian yang dinamai sebagai Piagam Madinah. Piagam Madinah tidak hanya mengayomi umat Muslim, Muhajirin dan Anshar, namun juga non-Muslim, Yahudi dan Nasrani. Tatanan kehidupan Nabi di Madinah, sebagaimana dijelaskan Karen Amstrong, merupakan the pattern of the perfect Muslim society (bentuk masyarakat Muslim yang sempurna). 

Dalam mengatur kehidupan ummah, Nabi memberi kemerdekaan individu, kebebasan beragama, hak sebagai warga sosial dan negara, dengan kedaulatan di tangan Allah serta Muhammad selain sebagai rasul juga berkuasa penuh sebagai kepala negara.

Kekuatan Ummah: Emansipasi Perempuan dan Kemajuan Ekonomi

Ketika Nabi Muhammad SAW sampai di Madinah, aksi pertama Nabi dalam menghimpun ummah adalah mendirikan masjid sederhana. Masjid yang didirikan Nabi tidak sekadar sebagai tempat ibadah, melainkan juga menjadi tempat yang mempersatukan umat Islam yang terdiri dari berbagai suku (kabilah). Selain itu, Nabi juga mempersaudarakan setiap Muhajirin dan Anshar, sehingga semakin menciptakan hubungan yang harmonis atas landasan ikatan agama. Untuk hubungan dengan non-Muslim, Nabi menjamin kebebasan beragama non-Muslim (kaum Yahudi dari Bani Nadir dan Quraizah). 

Jika sebelumnya masyarakat Arab dengan fanatisme kabilah memiliki riwayat peperangan antar kabilah yang panjang, pada peradaban Islam era Rasulullah semua Muslim (bahkan dengan non-Muslim) hidup rukun dalam cinta kasih. Kehadiran Muhammad sebagai rasul telah mengubah wajah tanah Arab yang angker, banyak pertumpahan darah, menjadi tempat yang lebih damai.

Persoalan keadaan perempuan yang sebelumnya tidak punya status kemerdekaan diri, maka emansipasi perempuan merupakan satu tujuan utama dalam diri Nabi SAW. Ia jelas memperjuangkan kemerdekaan perempuan. Tidak seperti pada masyarakat Arab pra-Islam, di mana banyak perempuan yang statusnya hanya seperti barang dagangan di pasar, pada masa Rasulullah, sebagaimana dijelaskan Karen Amstrong bahwa: “The women of the first ummah in Medina took full part in its public life… (para perempuan dari generasi ummah pertama di Madinah mengambil (mendapat) bagian penuh dalam kehidupan publiknya).” Berkat perjuangan Nabi, perempuan menjadi manusia merdeka yang mendapatkan hak kehidupan lebih baik. 

Mengenai pembunuhan bayi (perempuan) yang menjadi kebiasaan beberapa suku pada masyarakat Arab pra-Islam, pada masa Rasulullah telah ditinggal. Firman Allah SWT: “Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut miskin. Kamilah yang memberi rezeki kepada mereka dan kepadamu. Membunuh mereka itu sungguh suatu dosa yang besar.” (Q.S. Al-Isra’ [17]: 31).

Selain itu, pada masyarakat Arab pra-Islam kemajuan ekonomi belum dilandasi semangat kejujuran, keadilan, dan kemanusiaan, yang mana banyak dimonopoli oleh kelompok tertentu, sehingga malah memunculkan kesenjangan ekonomi yang tinggi. Pada masa Rasulullah, sebagaimana dijelaskan M. Abdul Karim dalam Ekonomi Islam: Sejarah Kebijakan pada Masa Awal Islam, bahwa ekonomi Islam dibangun berlandaskan komitmen yang tinggi terhadap etika dan norma serta perhatian utamanya dicurahkan untuk keadilan dan pemerataan kesejahteraan. 

Semangat peradaban yang dibangun oleh Nabi tidak individualistik, namun adalah semangat ummah, yang dalam ekonomi Islam tergambar di antaranya pada zakat dan sedekah. Jadi, peradaban Islam yang dibangun oleh Rasulullah memiliki semangat kemanusiaan.

Kehadiran Nabi Muhammad membawa peradaban kehidupan manusia menjadi lebih baik. Sebagaimana tujuan diutusnya Nabi Muhammad adalah sebagai rahmat bagi seluruh alam.

Baca Juga: Misi Islam: Mengajarkan Perdamaian bukan Permusuhan

Tags: EkonomiEmansipasiPeradaban IslamPerempuanPeriode Nabi SAWSejarah Peradaban IslamUMAT
Previous Post

Bulletin Jum’at Al-Wasathy | Edisi 027

Next Post

Perlukah Seorang Muslim Menjadi Liberal?

Moh Rivaldi Abdul

Moh Rivaldi Abdul

RelatedPosts

Menyapa Agama Agama dalam Sejarah dan Teologi
Kajian

Menyapa Agama-Agama dalam Sejarah dan Teologi (1)

26/01/2023
Sunnah Rasul Saw dalam Tradisi Selamatan
Peradaban

Sunnah Rasul Saw dalam Tradisi Selamatan (2)

24/01/2023
Duri Islamisme dalam Sejarah NKRI
Kajian

Duri Islamisme dalam Sejarah NKRI

19/01/2023
Sunnah Rasul Saw dalam Tradisi Selamatan Hari
Peradaban

Sunnah Rasul Saw dalam Tradisi Selamatan (1)

16/01/2023
Fenomena Mualaf Menjadi Ustadz
Kajian

Fenomena Mualaf Menjadi Ustadz

12/01/2023
Pesantren Kontinuitas dan Perubahan (3)
Kajian

Pesantren: Kontinuitas dan Perubahan (3)

06/01/2023
Next Post
Liberalisme

Perlukah Seorang Muslim Menjadi Liberal?

Kemerdekaan menyampaikan pendapat

Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat Bukan Dalil Radikalisme

Cari Artikel

No Result
View All Result

Masuk / Daftar

Masuk ke Akun anda
face
visibility
Daftar | Lupa kata sandi ?

Artikel Teerbaru

Menyapa Agama Agama dalam Sejarah dan Teologi

Menyapa Agama-Agama dalam Sejarah dan Teologi (1)

26/01/2023
Sunnah Rasul Saw dalam Tradisi Selamatan

Sunnah Rasul Saw dalam Tradisi Selamatan (2)

24/01/2023
Duri Islamisme dalam Sejarah NKRI

Duri Islamisme dalam Sejarah NKRI

19/01/2023
Sunnah Rasul Saw dalam Tradisi Selamatan Hari

Sunnah Rasul Saw dalam Tradisi Selamatan (1)

16/01/2023
Fenomena Mualaf Menjadi Ustadz

Fenomena Mualaf Menjadi Ustadz

12/01/2023

Trending Artikel

  • Pribadi Nabi Muhammad Saw Yang Introvert

    Pribadi Nabi Muhammad SAW yang Introvert

    110 shares
    Share 44 Tweet 28
  • Belajar Konsep Ketuhanan dari Surat Al Ikhlas

    106 shares
    Share 42 Tweet 27
  • Cara Islam Mengatasi Rasa Insecure

    72 shares
    Share 29 Tweet 18
  • Definisi Dai, Ustadz, Mufti, Murobbi dan Syarat-syarat yang Harus Dipenuhi

    61 shares
    Share 24 Tweet 15
  • Disebut Jokowi di Pengukuhan PBNU, Ini Profil Ainun Najib

    54 shares
    Share 22 Tweet 14
Putih E E
  • Redaksi
  • Kirim Artikel
  • Tentang Kami
  • Kontak Kami
  • Kerjasama
No Result
View All Result
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Bulletin
    • Bulletin Jumat
    • Bulletin Islamina

© 2021 Islamina - Design by MSP.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

*By registering into our website, you agree to the Terms & Conditions and Privacy Policy.
All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

This website uses cookies. By continuing to use this website you are giving consent to cookies being used. Visit our Privacy and Cookie Policy.