Rabu, Agustus 17, 2022
  • Login
  • Register
islamina.id
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Wawancara
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Wawancara
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
islamina.id
No Result
View All Result
Home Gagasan
al qur an dan sains

al qur an dan sains

Perdebatan Ulama Terhadap Ayat-ayat al-Qur’an Sebagai Inspirasi Sains

Khoirul Anwar Afa by Khoirul Anwar Afa
24/11/2021
in Gagasan, Tajuk Utama
3 0
0
3
SHARES
65
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on WAShare on Telegram

Perdebatan tersebut sudah ada semenjak Abu Hamid Al-Ghazali (w. 1111 M). Secara bahasa, kata “sains” berasal dari bahasa Latin yang berarti “mengetahui”, akhirnya sains tidak sekadar berarti pengetahuan, terutama pengetahuan tentang dunia alamiah. Yang paling penting, pengetahuan ini diatur dengan cara sistematis dan rasional.

Sains bahasa Inggrisnya adalah science yang berarti suatu cabang dari ilmu pengetahuan atau pelajaran yang berhadapan dengan suatu benda dari fakta atau kenyataan secara sistematis, menyusun dan pementasan eksploitasi dari hukum yang umum “ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan ilmu pasti.”

BacaJuga

Sejarah Kemerdekaan yang Tercecer

Memahami Filantropi Islam

Darurat Literasi Islam yang Ramah

Umumnya sains dianggap merupakan usaha untuk mencari keteratuan dalam pengamatan manusia pada alam sekitarnya. Banyak orang yang berfikir bahwa sains adalah proses mekanis dalam mengumpulkan fakta-fakta dan membuat teori. Hal ini tidak benar. Sains adalah suatu aktifitas kreatif yang dalam banyak hal menyerupai aktivitas kreatif pikiran manusia.

Namun, pengamatan memerlukan imajinasi, karena ilmuwan tidak akan pernah bisa memasukan semuanya dalam satu deskripsi mengenai apa yang mereka amati. Dengan demikian, ilmuwan harus melakukan penilaian mengenai apa yang relevan dengan pengamatan mereka. Sebagai contoh, ditemukannya pertemuan dua lautan yang satu tawar sedang yang lainnya asin, hal ini disebabkan perberbedaan kadar dari salinitas dari masing-masing samudra (Douglas, 2001).

Teori-teori besar sains bisa dibandingkan, sebagai hasil karya kreatif, dengan karya-karya besar pada bidang seni dan sastra. Teori yang dihasilkan dari inspirasi pikiran manusia, tidaklah semuanya sebuah teori dapat dibuktikan dengan pengujian, disebabkan tidak adanya alat pengukuran yang sempurna.

Proses penggantian satu teori dengan yang lain, merupakan suatu subyek penting dalam filosofi sains. Ketika muncul ketidak sesuaian antara teori dan percobaan, teori baru harus dirumuskan untuk menghilangkan ketidak sesuaian tersebut. Seringkali teori dianggap memuaskan hanya dalam kondisikondisi terbatas; teori yang lebih umum mungkin memuaskan tanpa adanya batasan-batasan tersebut (W. Jewett, 2001).

Namun, seperti yang pernah ditulis oleh Abul Mustaqim, bahwa seiring dengan perkembangan demikian, ada sebagian ulama yang menilai kecenderungan tersebut merupakan bentuk apologis (takhalluf bi al-difa’) yang tidak perlu dilakukan. Karena teori ilmu pengetahuan tidak perlu dicari-cari lagi dalilnya dari al-Qur’an, sebab ia murni ilmiah dan obyektif. Sedangkan legitimasi ayat al-Qur’an subyektif, tergantung keimanannya terhadap kebenaran ayat al-Qur’an. Sehingga tidak mencocok-cocokan atau memaksakan (takalluf) kebenaran ilmiah dengan ayat al-Qur’an yang belum tentu dipahami pengertiannya pada saat pewahyuan (Mustaqim, 2006).

Peristiwa yang belum hilang dari ingatan hingga saat ini misalnya, ketika Neil Amstrong berhasil mendarat di bulan, sebagian ulama dan intelektual muslim segera menyemarakkan penafsiran terhadap surah ar-Rahman ayat 33:

يٰمَعْشَرَ الْجِنِّ وَالْإِنسِ إِنِ اسْتَطَعْتُمْ أَن تَنفُذُوا مِنْ أَقْطَارِ السَّمٰوٰتِ وَالْأَرْضِ فَانفُذُوا  لَا تَنفُذُونَ إِلَّا بِسُلْطٰنٍ

“Wahai golongan Jin dan Manusia, jika kamu sanggup melintasi pembatas langit dan bumi. Kalian tidak akan mampu menembusnya kecuali dengan kekuatan,” (QS. Ar-Rahman [55]: 33).

Dengan ayat tersebut, mereka berkesimpulan bahwa kalian tidak akan mampu menembus langit dan kecuali dengan ilmu pengetahuan. Padahal ayat tersebut kalau dalam pandangan rumpun ayatnya tidak ada sangkut pautnya dengan keberhasilan manusia naik ke bulan.

Ulama yang tidak setuju dengan adanya penalaran sains dari al-Qur’an tersebut antara lain adalah Abu Ishaq as-Syatibi (w. 790 H). Ia menjelaskan bahwa syariat Islam muncul dengan tingkatan ilmu yang dikenal bangsa Arab dan tidak keluar dari apa yang mereka bentuk.

Ilmu pengetahuan sebenarnya sudah dikenal oleh bangsa Arab sebelum al-Qur’an diturunkan, seperti ilmu astronomi, ilmu meteorologi dan geofisika, ilmu kedokteran, ilmu retorik, ilmu ramal dan perdukunan. Sedangkan agama Islam telah membagi ilmu pengetahuan itu menjadi dua bagian yaitu ilmu yang benar dan ilmu yang sesat, serta Islam sudah menguraikan manfaat dan bahaya dari ilmu-ilmu tersebut.

Jadi hubungan antara al-Qur’an dan ilmu pengetahuan, menurut al-Syathibi menambahkan bahwa ulama terdahulu (salaf) tidak pernah mengkorelasikan ilmu-ilmu pengetahuan dengan al-Qur’an karena tujuan dari diturunkannya al-Qur’an untuk menguraikan hukum-hukum dan segala yang berkenaan dengan akhirat.

John F. Hougt memberikan mediasi ketika terjadi perjumpaan antara agama dan sains, yang menawarkan tiga model pendekatan. Pertama, pendekatan konflik, yang merupaan suatu keyakinan bahwa pada dasarnya sains dan agama tidak dapat dirujukkan. Kedua, pendekatan kontras. Yaitu suatu pernyataan bahwa tidak ada pertentangan yang berarti karena agama dan sains saling memberi tanggapan terhadap masalah yang berbeda.

Ketiga, pendekatan kontak, yaitu suatu pendekatan yang mengupayakan dialog, interaksi, dan kemungkinan adanya “penyesuaian” antara sains dan agama, dan terutama mengupayakan cara bagaimana sains ikut mempengaruhi pemahaman religius dan teologis. Keempat, pendekatan konfirmasi, yaitu suatu prespektif yang lebih tenang tetapi sangat penting, karena prespektif ini menyoroti cara-cara agama, pada tataran yang mendalam, mendukung dan menghidupkan segala kegiatan ilmiah.

Tags: al quranPerdebatan UlamaSainsUlama
Previous Post

Kenapa Islam Menganjurkan Umatnya untuk Berpikir?

Next Post

6 Amalan Sunnah yang Dianjurkan Pada Hari Jumat

Khoirul Anwar Afa

Khoirul Anwar Afa

Penulis adalah Dosen Fakultas Ushuluddin PTIQ Jakarta

RelatedPosts

Sejarah Kemerdekaan yang Tercecer
Peradaban

Sejarah Kemerdekaan yang Tercecer

16/08/2022
memahami filantropi islam
Kolom

Memahami Filantropi Islam

14/08/2022
Darurat Literasi Islam yang Ramah Islamic Book Fair
Kolom

Darurat Literasi Islam yang Ramah

12/08/2022
thumbnail bulletin jum'at al-wasathy
Bulletin

Bulletin Jum’at Al-Wasathy | Edisi 037

12/08/2022
Sekjen MUI Amirsyah Tambunan
Kabar

Jelang 2024, MUI: Tolak Politisasi Agama dan Politik Identitas

10/08/2022
bulletin jum'at
Bulletin

Bulletin Jum’at Al-Wasathy | Edisi 036

05/08/2022
Next Post
amalan sunnah hari jumat

6 Amalan Sunnah yang Dianjurkan Pada Hari Jumat

thumbnail bulletin jumat

Bulletin Jum'at Al-Wasathy | Edisi 012

Cari Artikel

No Result
View All Result

Masuk / Daftar

Masuk ke Akun anda
face
visibility
Daftar | Lupa kata sandi ?

Artikel Teerbaru

Sejarah Kemerdekaan yang Tercecer

Sejarah Kemerdekaan yang Tercecer

16/08/2022
memahami filantropi islam

Memahami Filantropi Islam

14/08/2022
Darurat Literasi Islam yang Ramah Islamic Book Fair

Darurat Literasi Islam yang Ramah

12/08/2022
Kepala BNPT Komjen Boy Rafli Amar dan Ketua Umum Mathlaul Anwar KH Embay Mulya Syarief

Ormas Keagamaan Harus Ikut Masifkan Media Sosial Dengan Konten Perdamaian

12/08/2022
thumbnail bulletin jum'at al-wasathy

Bulletin Jum’at Al-Wasathy | Edisi 037

12/08/2022

Trending Artikel

  • Pribadi Nabi Muhammad Saw Yang Introvert

    Pribadi Nabi Muhammad SAW yang Introvert

    81 shares
    Share 32 Tweet 20
  • Belajar Konsep Ketuhanan dari Surat Al Ikhlas

    62 shares
    Share 25 Tweet 16
  • Cara Islam Mengatasi Rasa Insecure

    53 shares
    Share 21 Tweet 13
  • Disebut Jokowi di Pengukuhan PBNU, Ini Profil Ainun Najib

    49 shares
    Share 20 Tweet 12
  • Definisi Dai, Ustadz, Mufti, Murobbi dan Syarat-syarat yang Harus Dipenuhi

    40 shares
    Share 16 Tweet 10
Putih E E
  • Redaksi
  • Kirim Artikel
  • Tentang Kami
  • Kontak Kami
  • Kerjasama
No Result
View All Result
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Bulletin
    • Bulletin Jumat
    • Bulletin Islamina

© 2021 Islamina - Design by MSP.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

*By registering into our website, you agree to the Terms & Conditions and Privacy Policy.
All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

This website uses cookies. By continuing to use this website you are giving consent to cookies being used. Visit our Privacy and Cookie Policy.