Rabu, Agustus 10, 2022
  • Login
  • Register
islamina.id
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Wawancara
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Wawancara
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
islamina.id
No Result
View All Result
Home Kolom
perempuan bercadar

Perempuan Bercadar di Indonesia tak Semuanya Eksklusif

Perempuan Bercadar di Indonesia Tak Semuanya Eksklusif

Vinanda Febriani by Vinanda Febriani
04/07/2022
in Kolom, Review Kitab
3 0
0
3
SHARES
61
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on WAShare on Telegram

“Dari perempuan bercadar, stigma yang dirasakan ketika ada perempuan aktivis kemanusiaan/toleransi seperti Rosi dan Kak Nun, cenderung menganggap mereka tidak kaffah dalam beragama. Mereka dianggap mengenakan cadar hanya sebagai fashion saja, bukan semata-mata taat terhadap perintah agama dalam versi penafsiran mereka.”

Salah satu seorang kawan perempuan saya ada yang bernama Rosi. Ia terlihat anggun berparas cantik. Kecantikannya hanya bisa dipandangi oleh kawannya sesama perempuan. Setiap keluar kamar kosannya, Rosi mengenakan selembar kain penutup wajah (sejak pandemi, ia menggantinya dengan masker), sehingga yang terlihat hanya sepasang mata yang elok. 

Iya, Rosi perempuan bercadar. Satu-satunya perempuan bercadar di prodi Studi Agama-agama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2019. Lebih dari itu, ia perempuan yang unik.

BacaJuga

Tradisi Menyantuni Anak Yatim di Bulan Muharram

Hijrah Kolektif dari Narasi Kebencian dan Pemecah Belah

Kenapa Masih Ada Kekerasan Seksual di Pesantren?

Beda halnya dengan perempuan bercadar lain, Rosi membuka diri dengan kehadiran kawan laki-laki di kampus. Bahkan, ia aktif berorganisasi baik internal maupun eksternal. Ia tak masalah bertemu dengan pria saat rapat, saat di kelas, maupun saat di momen-momen lain. Ia bahkan saat ini menjabat sebagai wakil ketua Senat Mahasiswa Fakultas Ushuluddin. 

Dari semua cerita tentang Rosi, yang membuat saya kagum adalah: selain ia membuka diri terhadap orang lain yang berbeda di sekelilingnya, ia juga membuka diri terhadap keberadaan kelompok agama yang berbeda dengan apa yang diyakininya.

Sejauh pengalaman saya bertemu dengan perempuan bercadar, mereka cenderung menutup diri terhadap keberadaan orang lain yang berbeda, baik itu seagama maupun berbeda agama. Tertutup sekali. Bila tidak dengan mahram ataupun satu gender, mereka jarang mau berinteraksi.

Selain Rosi, di media sosial saya juga mengenal kak Nun Jamilah. Aktivis perempuan yang bergerak di berbagai isu strategis: kemanusiaan, toleransi, dan isu seputar perempuan. 

Rosi dan kak Nun, dua perempuan bercadar yang benar-benar mengubah perspektif saya tentang cadar. Ternyata, cadar hanyalah produk budaya seperti halnya sarung, peci hitam, kebaya, dan yang lainnya. Memakainya bukan jadi jaminan seseorang saleh/salehah, juga bukan jadi jaminan sepenuhnya apakah pemikirannya radikal bahkan teroris atau bukan. Semua itu kembali lagi pada tiap-tiap individu.

Stop Stigma

Diakui atau tidak, stigma kebanyakan orang terhadap perempuan bercadar memang cenderung buruk. Mulai dari sisi yang segolongan (sama-sama bercadar) maupun tidak segolongan (bukan perempuan bercadar). 

Dari perempuan bercadar, stigma yang dirasakan ketika ada perempuan aktivis kemanusiaan/toleransi seperti Rosi dan Kak Nun, cenderung menganggap mereka tidak kaffah dalam beragama. Mereka dianggap mengenakan cadar hanya sebagai fashion saja, bukan semata-mata taat terhadap perintah agama dalam versi penafsiran mereka.

Sedangkan dari versi yang tidak bercadar, sebagian dari mereka cenderung menstigma negatif perempuan bercadar tetap sebagai sosok yang radikal. Meskipun dia aktivis yang toleran sekalipun. Para perempuan bercadar ini dianggap tidak nasionalis sepenuhnya, karena masih mengenakan atribut budaya asing. Padahal kita sendiri belum tentu terbebas dari atribut budaya asing.

Stigma dua arah itu betul-betul memberatkan beban mereka. Belum lagi, ada sebagian pengalaman yang membuat beberapa dari mereka memutuskan untuk bercadar. Misalnya, pelecehan.

Pelecehan bisa terjadi kepada siapa saja, di mana saja, dan kapan saja. Bisa juga dilakukan dengan hanya lirikan mata. Saya mengenal Caca, perempuan bercadar yang jadi kawan saya di medsos. Ia mengenakannya lantaran takut dengan tatapan orang. Berkali-kali di angkutan umum, ia dilecehkan pria dengan melihat lekuk tubuhnya hingga wajahnya. Bahkan secara terang-terangan, ada pria tak dikenal yang mengajaknya berhubungan seksual.

Risih, tentu saja. Tapi semenjak bercadar dan berpakaian agak longgar, ia merasa jauh lebih aman dan nyaman dibanding sebelumnya. Meskipun dia paham betul bahwa semua itu hanya kebetulan, pakaian tidak pernah menjamin kita terbebas dari pelecehan.

Dari setidaknya tiga kisah sosok bercadar di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi orang bercadar memang beraneka macam. Ada yang memang murni ia mengikuti perintah agama sesuai pengetahuan dirinya, terpaksa karena suatu keadaan, bahkan ikut trend fashion terkini. 

Soal radikal atau tidak radikal, bukan jaminan bercadar atau tidak bercadarnya seseorang. Hal itu lebih pada pola pikir, inklusifitas, dan seberapa banyak literatur keagamaan yang ia baca. Radikal juga tidak bisa diidentikkan dengan cadar sebagai tolok ukur, tapi ada pada perbuatan, pemikiran, dan pemahaman seseorang. Sekali lagi, bukan pada atribut yang dikenakan. Stop stigma terhadap perempuan bercadar. Apa mungkin ini hanya ada di Indonesia?

Baca Juga: Hijab Bukan Kewajiban Islam

Tags: CadarMuslimahMuslimah IndonesiaPerempuanPerempuan BercadarRadikalStigma Radikal
Previous Post

Spirit Mencintai Tanah Air dalam Kitab Izhatun Nasyi’in

Next Post

PB PMII Sarankan Kader Lebih Selektif Memilih Lembaga Filantropi

Vinanda Febriani

Vinanda Febriani

RelatedPosts

muharram
Kolom

Tradisi Menyantuni Anak Yatim di Bulan Muharram

01/08/2022
hijrah
Kolom

Hijrah Kolektif dari Narasi Kebencian dan Pemecah Belah

28/07/2022
kekerasan seksual
Kolom

Kenapa Masih Ada Kekerasan Seksual di Pesantren?

26/07/2022
belajar
Review Kitab

Rahasia Membangkitkan Semangat Belajar dalam Kitab Mahfuzhat

20/07/2022
ukhuwah wathaniyah
Kolom

Pentingnya Ukhuwah Wathaniyah di Bumi Indonesia

18/07/2022
Kitab Al Mawaris fi Syariah al Islamiyah Membagi Warisan dengan Adil
Review Kitab

Kitab Al-Mawaris fi Syari’ah al-Islamiyah: Membagi Warisan dengan Adil

09/07/2022
Next Post
Kabul Doniyanto LCRT PB PMII

PB PMII Sarankan Kader Lebih Selektif Memilih Lembaga Filantropi

Kitab Tajul ‘Arus Obat Penyakit Hati

Kitab Tajul ‘Arus: Makna Pengorbanan dan Obat Penyakit Hati

Cari Artikel

No Result
View All Result

Masuk / Daftar

Masuk ke Akun anda
face
visibility
Daftar | Lupa kata sandi ?

Artikel Teerbaru

Musdah Mulia

Kikis Intoleransi, Jangan Ada Lagi Pemaksaan Jilbab di Sekolah

07/08/2022
bulletin jum'at

Bulletin Jum’at Al-Wasathy | Edisi 036

05/08/2022
muharram

Tradisi Menyantuni Anak Yatim di Bulan Muharram

01/08/2022
Bulletin Jum'at Al-Wasathy

Bulletin Jum’at Al-Wasathy | Edisi 035

29/07/2022
al-Qur'an Sunnah

Ijtihad dan Gagasan Kembali kepada al-Qur’an Sunnah (2)

28/07/2022

Trending Artikel

  • Pribadi Nabi Muhammad Saw Yang Introvert

    Pribadi Nabi Muhammad SAW yang Introvert

    80 shares
    Share 32 Tweet 20
  • Belajar Konsep Ketuhanan dari Surat Al Ikhlas

    62 shares
    Share 25 Tweet 16
  • Cara Islam Mengatasi Rasa Insecure

    52 shares
    Share 21 Tweet 13
  • Disebut Jokowi di Pengukuhan PBNU, Ini Profil Ainun Najib

    49 shares
    Share 20 Tweet 12
  • Definisi Dai, Ustadz, Mufti, Murobbi dan Syarat-syarat yang Harus Dipenuhi

    39 shares
    Share 16 Tweet 10
Putih E E
  • Redaksi
  • Kirim Artikel
  • Tentang Kami
  • Kontak Kami
  • Kerjasama
No Result
View All Result
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Bulletin
    • Bulletin Jumat
    • Bulletin Islamina

© 2021 Islamina - Design by MSP.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

*By registering into our website, you agree to the Terms & Conditions and Privacy Policy.
All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

This website uses cookies. By continuing to use this website you are giving consent to cookies being used. Visit our Privacy and Cookie Policy.