Selasa, Juni 28, 2022
  • Login
  • Register
islamina.id
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Wawancara
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Wawancara
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
islamina.id
No Result
View All Result
Home Gagasan
Post Truth

Politisasi Agama di Era Post-Truth

Politisasi Agama di Era Post-Truth

Anton Prasetyo by Anton Prasetyo
12/06/2022
in Gagasan, Tajuk Utama
2 0
0
2
SHARES
37
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on WAShare on Telegram

Indonesia bukanlah negara sekuler namun juga bukan negara agama. Indonesia merupakan negara Pancasila. Agama ditanamkan dalam bentuk nilai-nilai. Bahkan, dalam sila pertama dalam Pancasila saja berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa”.

Meski bukan negara agama, Indonesia tidak dapat dilepaskan dengan agama. Ruh segala aktivitas warga negara Indonesia adalah agama. Tak terkecuali dalam berpolitik pun selalu saja tidak dapat dilepaskan dengan agama. Pelibatan agama dalam politik oleh penganutnya, menurut Abdillah (2018), dimaksudkan untuk: (1) mengawal agar politik sesuai dengan etika dan ajaran agama, (2) melegitimasi aspirasi dan perilaku politik dengan ajaran agama, dan (3) membangun identitas dan solidaritas sosial.

BacaJuga

Peran Perempuan di Panggung Pendidikan (2)

Pendidikan Humanis, Kurikulum Moderasi

Indonesia Tegas Tolak Ideologi Khilafah

Kendati demikian, pelibatan agama dalam berpolitik tidaklah tepat diterapkan di Indonesia manakala hanya berdasarkan nafsu tiap masing-masing umat. Lantaran, Indonesia merupakan negara yang memiliki pluralitas tinggi. Warga negara Indonesia mesti beragama, namun bisa memilih salah satu dari enam yang ada. Dan dipastikan antara satu agama dengan yang lain memiliki perbedaan. 

Ketidakbenaran juga semakin nyata manakala agama hanya dijadikan alat politik untuk memenangkan kepentingan politik tertentu. Di sini yang menjadi titik tekan bukan bagaimana agama biar bisa menjadi nilai di dalam perpolitikan Indonesia namun agama dijadikan alat untuk pemenangan politik. Alhasil, agama harus menyesuaikan kepentingan sekelompok umat dengan menuduh kelompok lain salah.

Abdillah (2018) mengungkapkan bahwa penggunaan agama dalam politik disebut politisasi agama, jika pelibatan agama dalam politik dilakukan: (1) berdasarkan dalil-dalil keagamaan atau argumentasi yang bersifat diperselisihkan (khilafiyah), (2) penggunaan agama disertai kampanye negatif, kebencian dan/atau permusuhan terhadap lawan politik, (3) berorientasi hanya kepentingan kelompok, dan mengabaikan kepentingan nasional.

Era Post-Truth

Post-truth atau  dalam  bahasa  Indonesia, menurut Kurniawan (2018), dialihbahasakan dengan  istilah  pasca-kebenaran,  menandai  sebuah  era  yang dipenuhi dengan repudiasi atau pengingkaran fakta dan akal sehat. Berita-berita  palsu,  hoaks,  dan  bahkan  teori  konspirasi  mudah sekali viral dan dipercaya publik. Publik bahkan meragukan berita yang  sudah  jelas  terverifikasi  dari  media  yang  kredibel.

Dalam dunia politik, fenomena pasca-kebenaran mudah sekali diciptakan. Bahkan, dikisahkan salah satu fenomena ini menjadi popular lantaran adanya kontestasi pemilihan Kepala Negara Amerika Serikat yang diikuti oleh oleh  Donald  Trump  dan  Hillary Clinton. Saat itu, Trump mengeluarkan sebuah  pernyataan  yang  sangat kontroversial,  yakni ia  melabeli  berita  yang  diproduksi  oleh media-media  terverifikasi di Amerika  Serikat  sebagai fake news (berita palsu). Ia menuduh bahwa media-media mainstream tidak fair dan ingin menjatuhkan kredibilitas dirinya dalam pilpres di AS. Ia pun bersikap antipati terhadap pers di Amerika.

Kepercayaan terhadap media sosial yang notabene secara akademis banyak hoax-nya daripada media mainstream yang terjaga kebenarannya semakin menggejala di negara Indonesia. Hampir setiap warga negara Indonesia mengonsumsi warta yang tersebar di media sosial. Dan sangat minim warga negara yang secara konsisten mengkonsumsi media mainstream. 

Politisasi agama di era post-truth melalui media sosial sangat mudah sekali dilakukan. Para pemain politik dapat dengan mudah membuat berita yang sesuai dengan kepentingan politik dengan menukil dasar-dasar agama yang mendukung. Sementara, dasar-dasar agama yang bertentangan dengan syahwat politik kelompok tersebut disembunyikan rapat-rapat. Sebaliknya, terhadap kelompok lain, mereka memproduksi berita di media sosial yang bernada merendahkan serta menyalahkan kelompok lain. Dasar-dasar agama yang menguatkan pendapat ini pun juga disajikan serta menyimpan dasar-dasar agama yang tidak sejalan dengan pikiran mereka.

Dan fenomena betapa media sosial kita sudah penuh dengan berita bernuansa politisasi agama tidak dapat dibantahkan. Untuk itulah, tugas setiap kita adalah selalu mengajak kepada warga negara untuk cerdas dalam menggunakan/mengonsumsi produk media sosial. Selain itu, setiap kita juga mengajak kepada setiap warga negara untuk bisa mengaji ilmu agama yang cukup kepada para guru agama yang jelas kemampuan beragamanya. Jangan sampai masyarakat terombang-ambing dalam dunia politik lantaran pondasi dan Ilmu agama yang rapuh.

Wallahu a’lam.

Tags: HoaksHoaxKebenaranmediaMedia SosialPolitisasi AgamaPost-Truth
Previous Post

Fitrah Damai dan Ejawantah Kerukunan

Next Post

Penguatan Life Skills, Mencegah Remaja Terpapar Radikalisme

Anton Prasetyo

Anton Prasetyo

RelatedPosts

peran perempuan
Biografi

Peran Perempuan di Panggung Pendidikan (2)

27/06/2022
pendidikan moderasi
Kolom

Pendidikan Humanis, Kurikulum Moderasi

27/06/2022
ideologi khilafah
Kolom

Indonesia Tegas Tolak Ideologi Khilafah

26/06/2022
memahami hadis
Kajian

Agar Tidak Menjadi Tekstualis, Begini Cara Memahami Hadis

26/06/2022
radikalisme
Gagasan

Digital Native dan Upaya Mencegah Radikalisme

25/06/2022
disinformasi
Gaya Hidup

Era Teknologi dan Masifnya Disinformasi

25/06/2022
Next Post
Life Skills

Penguatan Life Skills, Mencegah Remaja Terpapar Radikalisme

Agama itu Merajut Persatuan dalam Perbedaan

Agama itu Merajut Persatuan dalam Perbedaan

Cari Artikel

No Result
View All Result

Masuk / Daftar

Masuk ke Akun anda
face
visibility
Daftar | Lupa kata sandi ?

Artikel Teerbaru

peran perempuan

Peran Perempuan di Panggung Pendidikan (2)

27/06/2022
pendidikan moderasi

Pendidikan Humanis, Kurikulum Moderasi

27/06/2022
ideologi khilafah

Indonesia Tegas Tolak Ideologi Khilafah

26/06/2022
memahami hadis

Agar Tidak Menjadi Tekstualis, Begini Cara Memahami Hadis

26/06/2022
radikalisme

Digital Native dan Upaya Mencegah Radikalisme

25/06/2022

Trending Artikel

  • Pribadi Nabi Muhammad Saw Yang Introvert

    Pribadi Nabi Muhammad SAW yang Introvert

    74 shares
    Share 30 Tweet 19
  • Belajar Konsep Ketuhanan dari Surat Al Ikhlas

    59 shares
    Share 24 Tweet 15
  • Disebut Jokowi di Pengukuhan PBNU, Ini Profil Ainun Najib

    47 shares
    Share 19 Tweet 12
  • Cara Islam Mengatasi Rasa Insecure

    45 shares
    Share 18 Tweet 11
  • Definisi Dai, Ustadz, Mufti, Murobbi dan Syarat-syarat yang Harus Dipenuhi

    34 shares
    Share 14 Tweet 9
Putih E E
  • Redaksi
  • Kirim Artikel
  • Tentang Kami
  • Kontak Kami
  • Kerjasama
No Result
View All Result
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Bulletin
    • Bulletin Jumat
    • Bulletin Islamina

© 2021 Islamina - Design by MSP.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

*By registering into our website, you agree to the Terms & Conditions and Privacy Policy.
All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

This website uses cookies. By continuing to use this website you are giving consent to cookies being used. Visit our Privacy and Cookie Policy.