Jumat, Agustus 12, 2022
  • Login
  • Register
islamina.id
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Wawancara
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Wawancara
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
islamina.id
No Result
View All Result
Home Gaya Hidup
Ppkm: Pedoman Progresif Bagi Komunitas Muslim

Ppkm: Pedoman Progresif Bagi Komunitas Muslim

PPKM: Pedoman Progresif bagi Komunitas Muslim

Syahril Mubarok by Syahril Mubarok
09/07/2021
in Gaya Hidup, Tajuk Utama
6 0
0
5
SHARES
98
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on WAShare on Telegram

Gelombang kedua kasus COVID-19 dirasakan masyarakat Indonesia dan belum menemui titik henti. Banyak dari orang-orang terkena dampak dari virus COVID-19 ini. Ada banyak yang melakukan isolasi mandiri, menjalani perawatan, dan telah wafat. Dampak lainnya adalah kegaduhan yang mengakibatkan seseorang bahkan komunitas terlihat atau keluar sifat aslinya. Diberlakukannya PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) Darurat juga bisa menjadi mudharat jika tak direspon dengan baik bagi komunitas Muslim.

Lonjakan paling banyak per hari kamis (8/7), hampir menyentuh empat puluh ribu. Bukan suatu rekor yang dibanggakan, melainkan suatu fakta jika pandemi atau wabah ini nyata adanya. Lalu, sejauh mana tingkat kesadaran kita sebagai komunitas Muslim? Apakah kita tetap menjalankan aktifitas seperti biasanya diluar rumah seperti beribadah ke Masjid, Work from Office (WFO), dan berkumpul dengan rekan-rekan?

BacaJuga

Bulletin Jum’at Al-Wasathy | Edisi 037

Jelang 2024, MUI: Tolak Politisasi Agama dan Politik Identitas

Bulletin Jum’at Al-Wasathy | Edisi 036

Majelis Ulama Indonesia (MUI) juga mengeluarkan himbauan “Tausiyah” tentang Pelaksanaan Ibadah, Shalat Idul Adha, dan Penyelenggaraan Qurban Saat PPKM Darurat. Dalam poin-poinnya, jika daerah suatu komunitas Muslim tersebut masih belum memungkinkan (zona merah) untuk melakukan shalat berjama’ah, sebaiknya dilakukan dirumah masing-masing. Hal ini merupakan ruẖṣaẗ (keringanan) jika kita berpikir progresif, kita bisa melakukan ibadah lebih ataupun kegiatan yang bermanfaat.

Mungkin diantara kita sering bahkan jarang berinteraksi dengan suami, istri, atau anak-anak. Kesibukan yang sebelum pandemi membuat sekat antara keluarga terdekat, sekarang bisa dirobohkan sekat tersebut. Ambil sisi positif dari PPKM Darurat bagi kita. Lalu, kita sebagai komunitas Muslim juga mengalami titik jenuh. Hanya dirumah, tidak beraktifitas di kantor atau luar. 

Secara psikologis, ada beberapa yang memang sangat mempengaruhi atau berefek bagi kita. Pertama, efek krisis. Indikasi dari efek krisis yaitu datang mendesak secara tiba-tiba tanpa persiapan dan punya efek negatif yang menekan. Saat awal-awal pandemi, kita tidak memiliki persiapan secara ẓāhir dan batin, sampai kita terdampak oleh COVID-19 ini. 

Kedua, uncertainty (ketidakpastian). Efek yang kedua ini paling banyak yang dirasakan oleh komunitas Muslim. Kita khawatir kapan kondisi ini akan berakhir dan dapat beraktifitas seperti sedia kala. Di sisi lain, banyak diantara kita yang sekarang tidak memiliki pekerjaan hingga darimana bisa menafkahi keluarga. 

Ketiga, loss off control. Efek ini hanya membuat kita menjadi penonton. Penonton angka kematian yang terus naik, tetapi tidak dapat berbuat apa-apa. Kita dihujani berita-berita lonjakan kasus COVID-19, membuat kita ada rasa takut dan waspada (Syifa, 2020).

Dari ketiga efek diatas, dapat memicu atau menimbulkan stress. Untuk itu, kita sebagai komunitas Muslim harus pintar dan cerdas menghadapi pandemi yang terjadi. Muslim harus melakukan inovasi-inovasi yang tetap berpegang dalam maqāṣidu aš-šarīʿaẗ.

Tipologi Komunitas Muslim Saat PPKM

Dalam komunitas Muslim sendiri, terjadi beberapa kasus yang mencerminkan sifat asli dari komunitas tersebut. Sebagai contoh, ketika pemerintah menyarankan masyarakat untuk melakukan vaksinasi. Ada yang sangat antusias untuk mendapatkan giliran vaksin. Tetapi, ada juga yang tidak mau untuk divaksin. Mereka terbagi menjadi tiga kategori seperti berikut:

1. Muslim Progresif

Kategori yang pertama ini gambaran Muslim yang bisa dijadikan percontohan. Mereka sangat antusias untuk menerima vaksin. Tanpa ada perdebatan terkait konspirasi dan pendapat-pendapat negatif (kontra) dari kelompok yang anti-vaksin, kelompok pertama ini berasumsi vaksin sebagai ikhtiar untuk kesehatan dan pencegahan dari virus COVID-19.

Muslim Progresif ini juga mentaati himbauan agar tetap terhindar dari penyebaran virus. Mereka beribadah dan beraktifitas dirumah. Pada dasarnya mereka berpegang tiga kaidah fiqh yang berbunyi: Pertama, darʾu al-mafāsidi muqaddamun ʿalā jalbi al-maṣāliḥ yakni resist damage (menolak kerusakan) harus didahulukan daripada upaya mengambil kemaslahatan. Kedua, lā ḍarara wa lā ḍirāra, bahwa tidak diperkenankan melakukan sesuatu yang membahayakan (not dangerous) kita dan orang lain. Dan ketiga, al-mašaqqatu tajlibu at-taysīr, yakni suatu kesulitan dapat menjadikan kemudahan (Ishom, 2020).

2. Muslim Regresif

Kelompok Muslim yang kedua saat PPKM ini adalah kategori Muslim Regresif. Mereka adalah kelompok yang tidak percaya adanya virus COVID-19. Mereka memiliki pendapat bahwa virus ini adalah konspirasi dan melemahkan atau mematikan populasi umat Islam. 

Muslim kategori ini menjadi parasit kondisi akhir-akhir ini. Sebagai gambaran, ketika ada vaksinasi, mereka ramai menolak dan menilai vaksin akan membuat seseorang menjadi lebih parah akan virusnya. Kebijakan-kebijakan pemerintah pun juga selalu dilawan. 

Yang tak habis pikir, dari kelompok kategori ini mengusulkan untuk “Khilafah” atau “Islam Kaffah” sebagai solusi atau obat dari wabah. Harus digarisbawahi, bahwa COVID-19 ini bukanlah untuk mencari sistem politik, tetapi untuk mencari dawāʾun (obat) atau berbagai macam cara yang bisa menghentikannya untuk menyelamatkan kehidupan manusia (Syafiq, 2020). Memang, kondisi ekonomi kita terpuruk, tetapi bukan berarti sistem negara harus diganti.

3. Muslim Abu-Abu

Kategori terakhir adalah kelompok Muslim “Abu-abu”. Penulis sengaja mengkategorisasi atau menamakan kelompok ini dengan istilah abu-abu. Hal ini dikarenakan kelompok ini didominasi kalangan Muslim tidak memiliki sikap yang lurus dalam pendirian.

Misalnya, saat pemerintah menyalurkan Bansos, mereka menolak dan memberikan persepsi jika Bansos hanya untuk pencitraan. Penyaluran Bansos dianggap sebagai momen yang tepat bagi Presiden untuk menaikkan elektabilitas. Lucunya, kelompok Muslim Abu-abu ini menerima saja andai diberi Bansos.

Begitupun saat vaksinasi. Mereka mulanya juga paling vokal untuk menolak vaksinasi. Asumsi mereka negatif, mulai dari komposisi vaksin, hukum vaksin, dan sampai vaksin sebagai bisnis. Anehnya, kelompok ini sekarang berada pada baris terdepan untuk meminta vaksinasi.

Menjadi Komunitas Muslim Progresif

Ada beberapa kesimpulan melihat kondisi umat Islam saat PPKM Darurat ini. Yang pertama adalah arus globalisasi mempengaruhi komunitas Muslim. Mereka dihantam oleh keadaan COVID-19 yang sangat tidak diinginkan. Terlebih lagi, arus informasi melalui media yang bersifat negatif dan penuh dengan hoax, menuntut seorang Muslim untuk cerdas dan produktif.

Kedua, seorang Muslim yang baik harus memiliki kepekaan sosial. Jika di komunitasnya masih ada yang mengalami kondisi terpuruk akibat COVID-19 dan PPKM menjadi penghalang, sebaiknya saling tolong menolong agar aspek kemanusiaan tetap terjaga.

Dan ketiga, selama PPKM Darurat, komunitas Muslim yang berada dalam zona merah, sebaiknya tidak melakukan jama’ah di Masjid. Masjid tetap azan dan iqamah seperti biasanya, sebagai tanda waktu shalat. Ketika hari raya Idul Adha, juga baiknya melakukan shalat ‘īd di rumah. Berkurban juga serahkan kepada panitia pemotongan atau RPH.

Baca Juga:
Diberlakukannya PPKM – Tata Cara Shalat Idul Adha Bersama Keluarga

Sumber:
Majelis Ulama Indonesia, “MUI Terbitkan Taushiyah Pedoman Pelaksanaan Ibadah Qurban Masa PPKM Darurat”, https://mui.or.id/berita/30445/mui-terbitkan-taushiyah-pedoman-pelaksanaan-ibadah-qurban-masa-ppkm-darurat/
Muhammad Ishom, “Virus Corona dan Pembelajaran Kaidah Fiqih bagi Publik”, https://www.nu.or.id/post/read/119325/virus-corona-dan-pembelajaran-kaidah-fiqih-bagi-publik
Retia Kartika Dewi, “Pandemi Corona Berikan 3 Efek Psikologis Bagi Seseorang, Apa Saja?”, https://www.kompas.com/tren/read/2020/04/14/203728765/pandemi-corona-berikan-3-efek-psikologis-bagi-seseorang-apa-saja?page=all
Syafiq Hasyim, “Apakah Khilafah Solusi Covid-19?”, https://geotimes.id/catatan-syafiq-hasyim/apakah-khilafah-solusi-covid-19/

Tags: COVID-19Etika BeragamaKomunitas MuslimMuslim ProgresifMuslim UrbanPPKM Darurat
Previous Post

Fungsi Agama bagi Netizen Indonesia di Tengah Pandemi

Next Post

Nasab Ilmu Kiai R. Syamsul Arifin dan Kiai R. As’ad Syamsul Arifin

Syahril Mubarok

Syahril Mubarok

Netflix dan Kopi Hitam

RelatedPosts

thumbnail bulletin jum'at al-wasathy
Bulletin

Bulletin Jum’at Al-Wasathy | Edisi 037

12/08/2022
Sekjen MUI Amirsyah Tambunan
Kabar

Jelang 2024, MUI: Tolak Politisasi Agama dan Politik Identitas

10/08/2022
bulletin jum'at
Bulletin

Bulletin Jum’at Al-Wasathy | Edisi 036

05/08/2022
muharram
Kolom

Tradisi Menyantuni Anak Yatim di Bulan Muharram

01/08/2022
Bulletin Jum'at Al-Wasathy
Bulletin

Bulletin Jum’at Al-Wasathy | Edisi 035

29/07/2022
al-Qur'an Sunnah
Gagasan

Ijtihad dan Gagasan Kembali kepada al-Qur’an Sunnah (2)

28/07/2022
Next Post
Nasab Ilmu Kiai R. Syamsul Arifin Dan Kiai R. As’ad Syamsul Arifin

Nasab Ilmu Kiai R. Syamsul Arifin dan Kiai R. As’ad Syamsul Arifin

Tidak Shalat Jum’at; Takut Corona Atau Takut Allah?

Tidak Shalat Jum'at; Takut Corona atau Takut Allah?

Cari Artikel

No Result
View All Result

Masuk / Daftar

Masuk ke Akun anda
face
visibility
Daftar | Lupa kata sandi ?

Artikel Teerbaru

thumbnail bulletin jum'at al-wasathy

Bulletin Jum’at Al-Wasathy | Edisi 037

12/08/2022
Anwar Sanusi

Stop Perdebatan Narasi Konfrontasi Antara Pancasila dan Agama

11/08/2022
Sekjen MUI Amirsyah Tambunan

Jelang 2024, MUI: Tolak Politisasi Agama dan Politik Identitas

10/08/2022
Musdah Mulia

Kikis Intoleransi, Jangan Ada Lagi Pemaksaan Jilbab di Sekolah

07/08/2022
bulletin jum'at

Bulletin Jum’at Al-Wasathy | Edisi 036

05/08/2022

Trending Artikel

  • Pribadi Nabi Muhammad Saw Yang Introvert

    Pribadi Nabi Muhammad SAW yang Introvert

    81 shares
    Share 32 Tweet 20
  • Belajar Konsep Ketuhanan dari Surat Al Ikhlas

    62 shares
    Share 25 Tweet 16
  • Cara Islam Mengatasi Rasa Insecure

    53 shares
    Share 21 Tweet 13
  • Disebut Jokowi di Pengukuhan PBNU, Ini Profil Ainun Najib

    49 shares
    Share 20 Tweet 12
  • Definisi Dai, Ustadz, Mufti, Murobbi dan Syarat-syarat yang Harus Dipenuhi

    39 shares
    Share 16 Tweet 10
Putih E E
  • Redaksi
  • Kirim Artikel
  • Tentang Kami
  • Kontak Kami
  • Kerjasama
No Result
View All Result
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Bulletin
    • Bulletin Jumat
    • Bulletin Islamina

© 2021 Islamina - Design by MSP.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

*By registering into our website, you agree to the Terms & Conditions and Privacy Policy.
All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

This website uses cookies. By continuing to use this website you are giving consent to cookies being used. Visit our Privacy and Cookie Policy.