Rabu, Agustus 10, 2022
  • Login
  • Register
islamina.id
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Wawancara
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Wawancara
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
islamina.id
No Result
View All Result
Home Kolom
DKI Jakarta

Selamat Ulang Tahun Ke 495 DKI Jakarta

Selamat Ulang Tahun Ke-495 DKI Jakarta!

Syahril Mubarok by Syahril Mubarok
22/06/2022
in Kolom, Populer, Tajuk Utama
1 0
0
1
SHARES
17
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on WAShare on Telegram

Tahniah kami ucapkan kepada warga Jakarta. Memasuki usia yang ke-495, Provinsi DKI Jakarta menjadi salah satu bagian wilayah tertua di Indonesia. Selain itu, DKI Jakarta — sebagai ibukota negara— menjadi kiblat wilayah lain baik dalam negeri maupun luar negeri. Tak jarang orang melihat kondisi sosial politik yang terjadi di Jakarta.

Hingga saat ini, iklim sosial politik di Indonesia masih terpengaruh oleh peristiwa ‘Politisasi Agama’. Pada tahun 2016, mantan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama atau populer dengan nama Ahok, menjadi objek dari politisasi agama yang dilakukan oleh kelompok umat Islam konservatif. Padahal, Ahok sudah meminta maaf atas sebab umat Islam itu marah.

BacaJuga

Bulletin Jum’at Al-Wasathy | Edisi 036

Tradisi Menyantuni Anak Yatim di Bulan Muharram

Bulletin Jum’at Al-Wasathy | Edisi 035

Peristiwa ini mencapai klimaks ketika pemilihan gubernur yang berlangsung di tahun 2017. Isu SARA dipakai oleh kelompok Islam konservatif, untuk meredupkan Ahok agar tidak terpilih kembali menjadi pemimpin Jakarta. Aksi demo berjilid-jilid, terbukti ampuh untuk menyingkirkan lawan politik (sebagian pengamat mengatakan pemimpin yang Non-Muslim).

Vedi R. Hadiz dalam bukunya “Populisme Islam di Indonesia dan Timur Tengah”, mengungkapkan bahwa ada basis sosial populisme Islam yang berubah. Ia mengklasifikasi tiga kelompok diantaranya, urban middle class, the bourgeoisie, dan urban poor. Kaitannya dengan peristiwa di atas adalah terciptanya populisme Islam baru untuk suatu kepentingan dan kekuatan oligarkis (Vedi, 2019).

Banyak pengamat mengatakan pemilihan kepala daerah DKI Jakarta pada tahun 2017 adalah pemilihan terburuk dan paling brutal. Banyak korban dari iklim politik SARA ini, bahkan sampai sekarang, warga Jakarta masih menyimpan doktrin akibat residu di tahun 2017. Umat Islam Jakarta terbelah dan tidak bisa disatukan.

Upaya Penyembuhan DKI Jakarta 

Lama menyandang sebagai Ibukota Negara, Jakarta menjadi role model provinsi-provinsi lain. Persoalan-persoalan seperti kemacetan, banjir, sampah, dan lain-lain, merupakan problem rutin gubernur-gubernur sebelumnya. Tetapi, ada satu problem yang belum terselesaikan. Yaitu luka lama dari ‘Politisasi Agama’.

Usia yang ke-495 tahun, Jakarta mencerminkan daerah yang memiliki heterogenitas kompleks. Berbicara tentang agama dan etnis, menunjukkan aspek sensitif di kalangan umat Muslim Jakarta. Seperti yang penulis observasi ke beberapa tokoh atau masyarakat Jakarta (Betawi).

Masyarakat Betawi memegang teguh prinsip Islam. Amaliyah maupun ibadah mereka sangat Islami, dan lebih condong ke aqidah Ahlussunnah wa al-Jama’ah. Menariknya, doktrin politisasi agama di tahun 2017 membawa mereka masuk dalam pusaran korban politik para elite.

Muslim Jakarta tidak dapat dijauhkan dari Ulama. Ketokohan para Habaib dan Kyai, menjadi pegangan kalangan Muslim untuk ‘ijtihad politik’. Tetapi, kalangan para Habaib dan Kyai di Betawi terlalu didominasi oleh kelompok konservatif. Faktor ini dimanfaatkan juga oleh para elite. Pada akhirnya menimbulkan segregasi di antara Ulama Betawi itu sendiri. Ulama terbelah, umat pun ikut terpecah.

Seperti contoh kasus beberapa takmir Masjid di Jakarta. Mereka masih menganggap aneh menyanyikan “Indonesia Raya” pada acara atau kegiatan formal. Padahal, dahulu tidak menjadi persoalan. Akibatnya, rasa nasionalisme hilang. Inilah salah satu dari luka politisasi agama yang lalu.

Kelompok-kelompok civil society berbasis keagamaan seperti Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah, seharusnya ikut berpartisipasi melakukan penyembuhan kepada warga Muslim Jakarta atas luka lama yang terjadi. Luka akibat politisasi agama harus disembuhkan dengan melakukan kegiatan silaturahim. Baik secara intern dan ekstern. Intern khusus sesama warga Muslim. Dengan memberikan pemahaman politik rahmatan lil ‘alamin. Tanpa harus mencederai sesama anak bangsa. 

Ekstern dengan melakukan pertemuan-pertemuan antar umat beragama lain. Toleransi yang dapat diukur secara matang. Tanpa melukai keimanan Muslim dan Non-Muslim. Penulis rasa, hal ini dapat diupayakan oleh kelompok-kelompok Muslim seperti NU dan Muhammadiyah.

Sebagai penutup, penulis yang juga cukup lama hidup di Jakarta ikut merayakan ulang tahun yang ke-495. Ada perasaan senang, dan ada perasaan sedih. Sedih karena melihat sisa-sisa akibat politisasi agama yang terus menerus dan akan diproduksi oleh kelompok-kelompok yang tidak bertanggung jawab.  

Tags: AhokDKI JakartaIntoleransiIslam KonservatifMuhammadiyahnahdlatul ulamaPolitisasi AgamaPopulisme IslamUltah DKI Jakarta
Previous Post

Borok Politisasi Agama di Indonesia

Next Post

Pribumisasi Islam: Agenda Gus Dur dalam Melawan Radikalisme

Syahril Mubarok

Syahril Mubarok

Netflix dan Kopi Hitam

RelatedPosts

bulletin jum'at
Bulletin

Bulletin Jum’at Al-Wasathy | Edisi 036

05/08/2022
muharram
Kolom

Tradisi Menyantuni Anak Yatim di Bulan Muharram

01/08/2022
Bulletin Jum'at Al-Wasathy
Bulletin

Bulletin Jum’at Al-Wasathy | Edisi 035

29/07/2022
al-Qur'an Sunnah
Gagasan

Ijtihad dan Gagasan Kembali kepada al-Qur’an Sunnah (2)

28/07/2022
hijrah
Kolom

Hijrah Kolektif dari Narasi Kebencian dan Pemecah Belah

28/07/2022
al-qur'an sunnah
Gagasan

Ijtihad dan Gagasan Kembali kepada al-Qur’an Sunnah (1)

27/07/2022
Next Post
pribumisasi islam

Pribumisasi Islam: Agenda Gus Dur dalam Melawan Radikalisme

regulasi

Regulasi Bersama dalam Membangun Keutuhan Bangsa 

Cari Artikel

No Result
View All Result

Masuk / Daftar

Masuk ke Akun anda
face
visibility
Daftar | Lupa kata sandi ?

Artikel Teerbaru

Musdah Mulia

Kikis Intoleransi, Jangan Ada Lagi Pemaksaan Jilbab di Sekolah

07/08/2022
bulletin jum'at

Bulletin Jum’at Al-Wasathy | Edisi 036

05/08/2022
muharram

Tradisi Menyantuni Anak Yatim di Bulan Muharram

01/08/2022
Bulletin Jum'at Al-Wasathy

Bulletin Jum’at Al-Wasathy | Edisi 035

29/07/2022
al-Qur'an Sunnah

Ijtihad dan Gagasan Kembali kepada al-Qur’an Sunnah (2)

28/07/2022

Trending Artikel

  • Pribadi Nabi Muhammad Saw Yang Introvert

    Pribadi Nabi Muhammad SAW yang Introvert

    80 shares
    Share 32 Tweet 20
  • Belajar Konsep Ketuhanan dari Surat Al Ikhlas

    62 shares
    Share 25 Tweet 16
  • Cara Islam Mengatasi Rasa Insecure

    52 shares
    Share 21 Tweet 13
  • Disebut Jokowi di Pengukuhan PBNU, Ini Profil Ainun Najib

    49 shares
    Share 20 Tweet 12
  • Definisi Dai, Ustadz, Mufti, Murobbi dan Syarat-syarat yang Harus Dipenuhi

    39 shares
    Share 16 Tweet 10
Putih E E
  • Redaksi
  • Kirim Artikel
  • Tentang Kami
  • Kontak Kami
  • Kerjasama
No Result
View All Result
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Bulletin
    • Bulletin Jumat
    • Bulletin Islamina

© 2021 Islamina - Design by MSP.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

*By registering into our website, you agree to the Terms & Conditions and Privacy Policy.
All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

This website uses cookies. By continuing to use this website you are giving consent to cookies being used. Visit our Privacy and Cookie Policy.