Manusia merupakan mahluk Allah yang paling sempurna. Kesempurnaan tersebut terdiri dari potensi fisik dan potensi ruhaniah. Potensi fisik biasanya berhubungan dengan anggota tubuh sedangkan potensi ruhaniah berhubungan dengan perasaan. Tentu dalam berkegiatan, manusia mengunakan potensi fisik. Mulai dari pagi hingga malam, biasanya panca indera memberikan respon terhadap apa yang telah dikerjakan. Hal itu akan timbul lelah dan letih yang dirasakan oleh jasad. Maka untuk memulihkannya yaitu dengan tidur.
Tidur dalam bahasa Arab yaitu naama (ناَمَ) . Secara etimologi naama yaitu mengistirahatkan tubuh dari segala kegiatan (Syekh Yusuf Muhammad al-Baqai:2008:702). Imam Ghazali mengibaratkan tidur itu mati dan bangun dari tidur seperti dibangkitkan dari mati. (Imam Ghazali:2013:42). Melalui perspektif dua tokoh tersebut maka bisa dimaknai tidur merupakan merebahkan tubuh dari aktivitas sehari-hari untuk mendapatkan kebugaran setelahnya.
Sebagaimana Allah berfirman,
وَهُوَ ٱلَّذِى يَتَوَفَّىٰكُم بِٱلَّيْلِ وَيَعْلَمُ مَا جَرَحْتُم بِٱلنَّهَارِ ثُمَّ يَبْعَثُكُمْ فِيهِ لِيُقْضَىٰٓ أَجَلٌ مُّسَمًّى ۖ ثُمَّ إِلَيْهِ مَرْجِعُكُمْ ثُمَّ يُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ
“Dan Dialah yang menidurkan kamu di malam hari dan Dia mengetahui apa yang kamu kerjakan di siang hari, kemudian Dia membangunkan kamu pada siang hari untuk disempurnakan umur(mu) yang telah ditentukan, kemudian kepada Allah-lah kamu kembali, lalu Dia memberitahukan kepadamu apa yang dahulu kamu kerjakan.” (QS Al-An’am/6:60)
Adapun tidurnya orang-orang saleh berbeda dengan orang awam. Orang-orang saleh sangat memperhatikan adab-adab sebelum tidur. Imam Ghazali berkata, “Apabila engkau ingin tidur maka hamparkan kasurmu ke arah kiblat kemudian rebahkan tubuhmu ke arah kanan sebagaimana mayyit yang berbaring di lahatnya.” (Imam Ghazali:2013:42). Statement Imam Ghazali memberikan satu pandangan bahwa sampai tidurpun kita harus menghormati kiblat. Selain itu merebahkan tubuh ke arah kanan telah dilakukan oleh Rasulullah. Sebagaimana Sang Mujtaba bersabda, “Berbaringlah di atas rusuk sebelah kananmu.” (HR Bukhari & Muslim)
Dilansir dari laman Sunday (24/10/2017) artikel “Which side should you sleep on for Good Health” menyebutkan bahwa tidur miring ke kanan seperti yang dianjurkan Rasulullah SAW memang memiliki manfaat kesehatannya tersendiri. Hal itu seperti diungkap sebuah studi berjudul “Comparison of Effect of 5 Recumbent Positions on Autonomic Nervous Modulation in Patients With Coronary Artery Disease”. Dimana studi tersebut telah melakukan pengamatan pada subjek sehat yang dibuat tidur dalam tiga posisi berbeda. Hasilnya tidur miring ke kanan dapat menurunkan aktivitas sistem saraf, sehingga detak jantung dan tekanan darah bisa menurun. Tidur miring ke kanan juga cenderung dilakukan seiring pertambahan usia karena untuk melindungi kesehatan jantung. (https://health.grid.id/read/352652829/)
Imam Ghazali berkata, “Semoga Allah mencabut ruhmu pada malam hari, maka persiapkanlah untuk bertemu-Nya dengan kamu tidur dalam keadaan suci, lalu hendaklah tulis wasiatmu dan letakkanlah dibawah kepalamu. Setelah itu engkau tidur dalam keadaan sudah bertaubat dari dosa-dosa yang kamu lakukan dengan membaca istigfar, dan kamu berjanji tidak akan kembali berbuat maksiat lagi. Kemudian berjanjilah akan berbuat baik kepada semua orang-orang muslim apabila engkau dibangkitkan dari tidur. Maka bayangkan dirimu bahwa engkau nanti akan terbaring di liang lahat dalam keadaan sendiri, tiada yang menemani kecuali amalmu, tidak ada yang memberikan ganjaran kecuali dengan apa yang telah kamu usahakan.”
Nasihat Imam Ghazali di atas memberikan pencerahan kepada umat muslim bahwa tidurpun harus mempunyai adab-adab. Adab yang pertama wudhu sebagai wasilah (perantara) keselamatan di dalam tidurnya seseorang. Kemudian dianjurkan bagi seorang mukmin berzikir kepada Allah sebelum memejamkan mata untuk merehatkan badan. Imam Ghazali menambahkan bahwa ketika mau tidur persiapkan siwak dan bersihkan pula badanmu, dan berjanjilah pada diri mu untuk shalat tahajud (qiyamul lail) atau paling tidak witir sebelum datangnya subuh. Bahkan dua rakaat tengah malam adalah satu harta dari harta-harta kebaikan, maka perbanyaklah dari harta-harta keseharian sebelum datang kemiskinan. Selain itu engkau jangan merasa kaya atas harta dunia ketika kematian itu datang.” (Imam Ghazali:2013:43)
Setelah itu Imam Ghazali memberikan amalan ketika seseorang mau tidur, “Ucapkanlah ketika hendak tidur :
بِاسْمِكَ رَبِّيْ وَضَعْتُ جَنْبِيْ، وَ بِاسْمِكَ أَرْفَعُه، فَاغْفِرْلِيْ ذَنْبِيْ. اللَّهُم قِنِيْ عَذَابَكَ يَوْمَ تُبْعَثُ عِباَدُكَ
“Dengan Nama-Mu Rabbku aku rebahkan tubuhku, dan dengan Nama-Mu aku bangunkan tubuhku maka ampunkan dosa-dosaku. Ya Allah peliharalah saya dari siksa-Mu yang pada hari itu dibangkitkan hamba-hamba-Mu.”Setelah membaca doa tersebut lalu lanjutkan dengan Ayat Kursi disambung dengan amanar Rasul (QS Al-Baqarah ayat 285-286), surat Al-Mulk, surat Al-Ikhlas, Al-Falaq dan An-Nas. (Imam Ghazali:2013:43).