Kamis, Februari 2, 2023
  • Login
  • Register
islamina.id
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Wawancara
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Wawancara
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
islamina.id
No Result
View All Result
Home Biografi
Buya Syafii

Warisan Kebangsaan Buya Syafii

Warisan Kebangsaan Buya Syafii

Muhammad Itsbatun Najih by Muhammad Itsbatun Najih
15/06/2022
in Biografi, Populer, Tajuk Utama
2 1
0
3
SHARES
52
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on WAShare on Telegram

Bangsa ini kembali kehilangan putra terbaiknya, Ahmad Syafii Maarif, pada Jumat 27 Mei 2022. Beliau lahir pada 31 Mei 1935 di Sumpur Kudus, Sijunjung, Sumatera Barat. Dikenal dengan panggilan Buya; dalam kultur sosial Minangkabau, merupakan sematan penghormatan bagi kalangan cendekiawan religius seperti halnya Buya Hamka. Namun, Buya Syafii bukan saja putra daerah Minangkabau, melainkan telah melebur sebagai milik Indonesia. Karena itu, tersemat pula panggilan Guru Bangsa.

Guru Bangsa pada sosok Buya Syafii bisa dirunut ketika, baik usianya melampaui usia Republik ini. Lebih-lebih kontribusinya mengisi kemerdekaan serta mendorong semua lapisan anak bangsa berkomitmen menjaga persatuan meski berbeda latar belakang. Kiprahnya saat didapuk menjadi ketua umum PP Muhammadiyah pada tahun 1998, adalah pembuktian saat bangsa ini sempat dicekam gejolak perpecahan. Yenny Wahid (2022) menilai Buya Syafii –dan Gus Dur– adalah sosok yang mendekatkan Muhammadiyah dengan Nahdlatul Ulama (NU) yang pernah kurang harmonis karena posisi politik dan persoalan amaliah keagamaan. 

BacaJuga

Menyapa Agama-Agama dalam Sejarah dan Teologi (1)

Sunnah Rasul Saw dalam Tradisi Selamatan (2)

Duri Islamisme dalam Sejarah NKRI

Bersama Gus Dur, Buya Syafii mematrikan eksistensi NU dan Muhammadiyah sebagai saka guru  Indonesia dari infiltrasi aneka ideologi yang hendak merusak dengan mendompleng nama agama. Tanpa bermaksud mengecilkan peran ormas keagamaan dan elemen masyarakat lainnya, tetapi bagi Buya Syafii, NU dan Muhammadiyah menjadi representasi arus utama masyarakat Islam di Indonesia. Karena itu, konsekuensi logisnya, kedua ormas tersebut mestilah menjadi rujukan utama dalam penyikapan pelbagai problem kebangsaan. Sorongan Buya bahkan selepas tidak menduduki jabatan struktural Muhammadiyah, tetaplah sama: NU dan Muhammadiyah harus berpikir besar, saling membantu, dan saling berbagi.

Buya Syafii prihatin atas fenomena mutakhir dengan kemunculan aksi-aksi intoleransi yang bersumbu paham ekstremisme. Buya Syafii menyebut polah semacam ini sebagai mentalitas “sumbu pendek”. Tak ada kejernihan dan keluwesan dalam memandang keragaman bagi yang bermental sumbu pendek. Merasa dirinya paling benar sembari menegasikan pihak lain. Paham dan aksi intoleransi inilah yang bakal mengancam kelangsungan kehidupan berbangsa-bernegara. Kelompok sumbu pendek lupa sekaligus lalai mengingat arti keberagaman yang dihasilkan dari kondisi kemerdekaan yang telah diupayakan oleh semua elemen anak bangsa lintas suku-lintas iman. 

Melebihi usia Republik, Buya Syafii telah merasakan getirnya masa kolonialisasi. Beliau merupakan saksi hidup perjuangan kemerdekaan yang masih awas dan kritis terhadap segala rupa bentuk penyimpangan; baik penyimpangan dalam konteks kehidupan keberagamaan hingga kehidupan berbangsa dan tata kelola bernegara. Karena itu, dalam banyak kesempatan, Buya Syafii kerap mengkritik keras siapa saja tanpa rasa canggung. Independensi sikap Buya Syafii tersebut hendaknya dimaknai sebagai bentuk kecintaan pada bangsa ini. 

Buya Syafii beranjak dari ranah Minang menuju tanah Jawa. Sempat melanjutkan pendidikan di Amerika Serikat. Skema perjalanan akademik sekaligus harakah (pergerakan) seorang Buya Syafii menarik diurai. Beliau akhirnya kembali ke Indonesia. Mengabdi pada tanah air setelah tuntas mengenyam pendidikan doktoral. Walau berdarah asli Minang, tetapi beliau menetap di Yogyakarta hingga akhir hayat. Meski demikian, beliau tetaplah tergelari sematan Buya; penegas seakan dirinya tidak lupa beridentitas putra Minangkabau yang amat religius nan pandai. Beliau menempatkan secara pas makna keindonesiaan tanpa menanggalkan atribut kedaerahan.  

Pun, bacaan dan pergaulannya yang luas; terutama saat di pucuk pimpinan Muhammadiyah, menjadikan Buya Syafi’i amat aktif merajut jumpa dan dialog dengan semua kalangan anak bangsa lintas agama-lintas etnis. Laku ini membubuhkan ikhtiar seorang Buya Syafii sebagai aktor penting penyeru moderasi-inklusivitas beragama dan penebalan jati diri berindonesia di akar rumput maupun kalangan elite. Integritas dan semangat advokasi pada kaum marjinal tetap menyala hingga tutup usia. 

Dalam buku Alquran dan Realitas Umat (2010), tergambar jelas karakter keras Buya Syafi’i menentang segala ketidakadilan dan kezaliman. Meski pernah belajar di Amerika Serikat, tetapi tak segan untuk mengkritik negara adidaya tersebut kala invasi ke Irak. Standar ganda negara Barat yang kerap dipertontonkan kepada khalayak dunia mestilah diperingatkan amat keras semaksimal, sebisa-bisanya. Itulah yang terbaca dari sikap Buya Syafii yang seakan meniru spirit apa yang dilakoni seorang pemikir kelas dunia, Noam Chomsky, terhadap pelbagai ketidakdilan.         

Negara Agama?

Ada hal menarik dari Buya Syafii yang dalam buku Titik-titik Kisar di Perjalananku (2009), mengaku pernah mencita-citakan bentuk negara Islam di Indonesia. Namun, hasrat tersebut lekas terkikis dan menginsyafi kala berguru kepada tokoh besar dunia, Fazlur Rahman, di Universitas Chicago. Buya Syafi’i  memilih laku keberagamaan inklusif nan progresif. Baginya, tidak perlu untuk memformalkan diktum agama dalam struktur baku pemerintahan (hukum negara). Islam sebagai agama, lebih tepat dijadikan landasan spirit dan inspirasi kehidupan umat dan masyarakat. Hal ini mengingat Indonesia merupakan kumpulan aneka agama, suku, etnis. Persatuan disorongkan ketimbang memaksakan kehendak sehimpun kelompok yang berpotensi ancaman disintegrasi anak bangsa.  

Pemformalan/pembakuan agama menjadi hukum negara juga menibakan pendiskriminasian penganut agama lain. Kedudukan agama ditempatkan pada tata nilai  yang mengilhami pelbagai macam keluarnya produk undang-undang. Dengan kata lain, agama berfungsi menggelarkan praktik-praktik ideal seperti penegakan keadilan, sorongan amanah/akuntabitas, transparansi. Sedangkan teknis rupa bentuk pemerintahan, merupakan area ijtihad; yang wujudnya bisa beraneka bentuk: monarki, republik, persemakmuran, dan lain-lain.

Usia Buya Syafii melampaui usia Republik ini. Beliau telah menjadi saksi mata atas pelbagai dinamika kebangsaan. Pemberontakan, perang sipil, konflik etnis, dan semacamnya, pernah beliau lihat sebagai anak bangsa. Hingga pada terminal terakhir, Buya Syafii amat memancangkan nilai persatuan dan persaudaraan di atas segala-galanya. Karena itu, teranggap penting dan keharusan menjadikan sikap dan pikiran Buya Syafii sebagai pegangan dan rujukan dalam merawat bangsa dan negara ini agar senantiasa tegak berdiri-teguh bersatu untuk selama-lamanya.  

Tags: Ahmad Syafii Ma'arifBuya Syafiigus durKebangsaanMuhammadiyahnahdlatul ulamaNU
Previous Post

Mengembalikan Bangunan Intelektual Islam yang Relevan

Next Post

Membangun Persaudaraan Melalui Distribusi Zakat

Muhammad Itsbatun Najih

Muhammad Itsbatun Najih

RelatedPosts

Menyapa Agama Agama dalam Sejarah dan Teologi
Kajian

Menyapa Agama-Agama dalam Sejarah dan Teologi (1)

26/01/2023
Sunnah Rasul Saw dalam Tradisi Selamatan
Peradaban

Sunnah Rasul Saw dalam Tradisi Selamatan (2)

24/01/2023
Duri Islamisme dalam Sejarah NKRI
Kajian

Duri Islamisme dalam Sejarah NKRI

19/01/2023
Sunnah Rasul Saw dalam Tradisi Selamatan Hari
Peradaban

Sunnah Rasul Saw dalam Tradisi Selamatan (1)

16/01/2023
Fenomena Mualaf Menjadi Ustadz
Kajian

Fenomena Mualaf Menjadi Ustadz

12/01/2023
Pesantren Kontinuitas dan Perubahan (3)
Kajian

Pesantren: Kontinuitas dan Perubahan (3)

06/01/2023
Next Post
Zakat

Membangun Persaudaraan Melalui Distribusi Zakat

pancasila muslim

Ideologi Pancasila untuk Muslim Indonesia

Cari Artikel

No Result
View All Result

Masuk / Daftar

Masuk ke Akun anda
face
visibility
Daftar | Lupa kata sandi ?

Artikel Teerbaru

Menyapa Agama Agama dalam Sejarah dan Teologi

Menyapa Agama-Agama dalam Sejarah dan Teologi (1)

26/01/2023
Sunnah Rasul Saw dalam Tradisi Selamatan

Sunnah Rasul Saw dalam Tradisi Selamatan (2)

24/01/2023
Duri Islamisme dalam Sejarah NKRI

Duri Islamisme dalam Sejarah NKRI

19/01/2023
Sunnah Rasul Saw dalam Tradisi Selamatan Hari

Sunnah Rasul Saw dalam Tradisi Selamatan (1)

16/01/2023
Fenomena Mualaf Menjadi Ustadz

Fenomena Mualaf Menjadi Ustadz

12/01/2023

Trending Artikel

  • Pribadi Nabi Muhammad Saw Yang Introvert

    Pribadi Nabi Muhammad SAW yang Introvert

    110 shares
    Share 44 Tweet 28
  • Belajar Konsep Ketuhanan dari Surat Al Ikhlas

    106 shares
    Share 42 Tweet 27
  • Cara Islam Mengatasi Rasa Insecure

    72 shares
    Share 29 Tweet 18
  • Definisi Dai, Ustadz, Mufti, Murobbi dan Syarat-syarat yang Harus Dipenuhi

    61 shares
    Share 24 Tweet 15
  • Disebut Jokowi di Pengukuhan PBNU, Ini Profil Ainun Najib

    54 shares
    Share 22 Tweet 14
Putih E E
  • Redaksi
  • Kirim Artikel
  • Tentang Kami
  • Kontak Kami
  • Kerjasama
No Result
View All Result
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Bulletin
    • Bulletin Jumat
    • Bulletin Islamina

© 2021 Islamina - Design by MSP.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

*By registering into our website, you agree to the Terms & Conditions and Privacy Policy.
All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

This website uses cookies. By continuing to use this website you are giving consent to cookies being used. Visit our Privacy and Cookie Policy.