Pertama, Urusan dunia. Ini menjadi kendala utama yang seringkali seseorang lupa bahkan malas dalam menjalankan kewajiban, misalnya shalat. Banyak orang meninggalkan shalat Shubuh dengan dalih bangun kesiangan. Saat shalat Dzuhur tiba, ia berargumen sedang kerepotan dalam bekerja. Saat Ashar datang, ia sibuk persiapan pulang kerja. Ketika waktu shalat Maghrib masuk, ia dalam perjalanan. Dan pada akhirnya shalat Isya ditinggalkan gara-gara ketiduran. Ini realita yang terjadi, manusia sibuk dengan pekerjaan sampai melupakan kewajiban.
Kedua, Urusan dengan manusia. Seseorang kadang menghalalkan segala cara demi mencukupi kebutuhan keluarga baik istri maupun anak, bahkan rela meninggalkan urusan ibadah demi mengejar keinginan mereka.
Ketiga, Syaitan. Ia merupakan makhluk yang berusaha dengan berbagai cara agar manusia tersesat jalannya, terutama agar jauh dari Tuhannya, lebih-lebih dalam urusan ibadah. Ia sangat senang bila manusia menjadi penghuni neraka bersama dirinya.
Keempat, hawa nafsu dalam diri manusia selalu mengarahkan kepada hal-hal kejahatan, keburukan. Bila manusia selalu menuruti hawa nafsunya niscaya ia akan menjadi orang yang merugi di dunia dan akhirat.
Keterangan yang telah dipaparkan oleh Imam Al-Ghazali diatas sebaiknya dijadikan peringatan diri kita agar lebih waspada dan berhati-hati dalam menghadapinya karena rintangan ini tidak untuk ditakuti tetapi harus dihadapi dengan ilmu dan keyakinan yang matang sehingga ibadah semakin bermakna dan membawa pengaruh yang positif bagi dirinya dan sekitarnya.
Kriteria Ibadah Yang Diterima Allah
Agar ibadahnya diterima oleh Allah, maka harus memenuhi kriteria yang telah ditentukan. Syeh Muhammad bin Abdul Karim dalam Mausu’ah al-Kisanzan mengutip perkataan Syeh Abu al-Husen al-Qurasyi yang menjelaskan bahwa:
صفاء العبادات لا ينال إلا بصفاء معرفة أربعة : فأول ذلك : معرفة الله تعالى . والثاني : معرفة النفس. والثالث : معرفة الموت . والرابع : معرفة ما بعد الموت من وعد الله ووعيده . فمن عرف الله تعالى قام بحقه ، ومن عرف النفس استعد لمخالفتها ومجاهدتها ،ومن عرف الموت استعد لوروده، ومن شهد وعيد الله تعالى ينزجر عن نهيه وينتدب لأمره
Ibadah yang akan diterima harus memenuhi empat kriteria ini: Pertama, harus mengenal Dzat yang disembah atau lebih dikenal makrifatullah. Kedua, mengetahaui nafsu dalam diri sendiri. Ketiga, mengingat kematian. Keempat, mengetahui balasan maupun ancaman yang Allah berikan setelah manusia mati. Barangsiapa yang sudah makrifat kepada Allah, maka ia akan sadar akan kewajiban yang harus ditunaikan demi mencapai ridha-Nya, serta orang yang mengerti nafsunya maka ia akan selalu mengarahkan dan berusaha tak mengikutinya. Barangsiapa yang mengetahui kematian akan menjemputnya maka ia akan selalu menyiapkan kedatangannya. Begitu juga orang yang mengetahui ancaman siksaan Allah, maka ia akan menjauhi larangannya serta melakukan hal yang diperintahkan-Nya.