Islamina.id | Islam dan Barat: Dialog, Bukan Konfrontasi (2) – Fakta di masa lampau kita menemukan betapa orang-orang Barat belajar dari umat Islam. Dari abad ke 12 hingga abad ke 16, kita menemukan sosok-sosok mercusuar, seperti Al-Khawarismi, Ibnu Rushd, Ibnu Sina, dan lain-lain.
Bahkan dalam banyak literatur yang saya baca, Ibnu Rushd dikenal dengan bapak pencerahan Eropa, karena Eropa membaca dan memahami karya-karya Aristoteles dari penjelasan Ibnu Rushd. Konon, tanpa Ibnu Rushd, Eropa dan Barat tidak akan mencapai pencerahannya seperti sekarang ini.
Begitu pula, pada masa sekarang, kita mendapatkan jasa Barat yang sangat besar dalam mencerahkan dunia Islam, karena tidak sedikit para ilmuan Muslim yang belajar di seantero perguruang Tinggi di Barat.
Kemajuan Barat Zaman Pencerahan
Sejak zaman pencerahan, Barat menjelma sebagai simbol kemajuan yang mampu melahirkan para ilmuan spektakuler. Dan kita melihat begitu banyak umat Islam yang membanjiri kampus-kampus terkemuka di Barat dan menjadi bagian dari simbol peradaban Barat.
Penjelasan ini pada akhirnya dapat menjelaskan, bahwa Islam dan Barat tidak perlu dan tidak boleh dibentur-benturkan. Keduanya sepanjang peradaban manusia telah melalui proses perjumpaan dan dialektika yang menandakan keduanya saling memberi dan saling menerima (akhdun wa ‘athaun). Keduanya telah menjadi bagian penting dalam peradaban besar yang mewakili kemuliaan dan keagungan Tuhan.