Ramadhan merupakan bulan yang Allah persembahkan untuk umat Nabi Muhammad. Betapa giatnya umat muslimin dalam melakukan ibadah wajib dan sunnah. Namun, ketika bulan itu telah meninggalkan kita semua, apakah kita bisa meramadhankan bulan-bulan setelah Ramadhan? Hal ini yang terus harus dikampanyekan ke dalam diri kita sendiri. Sehingga kita bisa menjadi orang-orang yang bertakwa sebagai hasil dari apa yang telah dikerjakan di Bulan yang penuh kasih sayangnya Allah.
Bahkan sebelum hari raya A’id itu datang Rasulullah menganjurkan untuk mendirikan ibadah pada malam takbiran. Rasulullah bersabda,
من قام ليلة العيد محتسبا لم يموت قلبه يوم تموت القلوب
“Barangsiapa yang mendirikan ibadah pada malam A’id maka hatinya tidak akan mati pada hari yang akan terlihat hati-hati manusia akan mati.”
Hadis di atas seakan Rasulullah mengingikan umat muslim untuk tidak meninggalkan Ramadhan tanpa ibadah. Maka itu shalat qiyamul lail pada waktu malam takbiran dikerjakan para salafuna salih, sebagai harapan istiqamah untuk mengerjakan ibadah sunnah setelah Ramadhan. Sebab melalui istiqamah tersebut merupakan bentuk kesungguhan untuk menggapai ridho Allah SWT.
Maka Hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah bahwa Nabi telah bersabda, “Hiasilah A’id kalian dengan takbir, kemudian Rasulullah memberikan statement,
من قال سبحان الله و بحمده يوم العيد ثلثمائة مرة، و أهدها لأموات المسلمين دخل في كل قبر ألف نور، و يجعل الله تعالى في قبره إذا مات ألف نور
“Barangsiapa yang mengucapkan subhanawalah walhamdulillah pada hari Ai’d Al-Fitri 300 kali, dan dia telah memberikan hadiah bagi orang-orang muslim yang sudah meninggal dunia dan masuk cahaya pada setiap kubur yaitu seribu cahaya, dan Allah akan menjadikan pada kuburnya seribu cahaya apabila ia meninggal”
Hadis terus memberikan satu perspektif bahwa Allah sangat sayang kepada hamba-hamba-Nya. Karena amal shalih yang sedikit akan tetapi bisa memberikan cahaya bagi dirinya dan orang-orang yang telah meninggal. Tentu cahaya ilahi di dapat dengan segampang kita membalikan telapak tangan, meraihnya dengan cara kesungguhan atau mujahadah. Sebagaimana Allah firman Allah Swt.
وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا ۚ وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ
Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik. (QS: Al-Ankabut:69)