Mengutip Saidurrahman menjelaskan bahwa di kalangan bangsa-bangsa primitive seluruh dunia, darah dan nyawa manusia hidup sering dikorbankan sebagai persembahan untuk menentramkan kemarahan Dewa atau roh yang berkuasa atau sebagai pengganti diri manusia untuk menerima yang seharusnya menimpa karena dosanya. Bila kita perhatikan cerita-cerita kuno, akan kita dapati kisah-kisah tentang dara cantik atau perjaka tampan yang dipersembahkan kepada garuda, raksasa dan berbagai dewa untuk mencegah kehancuran suatu negeri, untuk membujuk dewa-dewa itu demi keselamatan manusia banyak.
Dalam sejarah peradaban agama-agama dicatat bahwa kehadiran Nabi Ibrahim sebagai bapak tiga agama besar meluruskan perilaku menyimpang tersebut. Mengapa Nabi Ibrahim dikatakan sebagai bapak tiga agama besar? karena dari istrinya Hajar lahir Nabi Ismail yang berujung pada Nabi Muhammad Saw, pembawa risalah Islam. Adapun pada istrinya Sarah lahir Nabi Ishaq yang membangun generasi profetik Bani Israel sampai kepada Nabi Musa as. membawa risalah tauhid bagi bani Israel beragama Yahudi dan dilanjutkan oleh Nabi Isa as. dengan risalah yang sama kepada bangsa Nazaret beragama Nasrani. Islam, Nasrani dan Yahudi memiliki lebih banyak unsur titik temu. Seperti, ada banyak sekali kesamaan terkait dengan isi kitab suci maupun kisah tentang pelaksanaan penyembelihan hewan kurban, walau pelaksanaannya yang berbeda.
Dalam kitab suci Yahudi, pada kitab Kajadian Pasal 22 diceritakan bahwa Ibrahim mendapat perintah dari Tuhan menyembelih anaknya yang tunggal yaitu Ishaq dan Ibrahim membawa anaknya itu ke suatu tempat. Sesudah itu Ibrahim mengulurkan tangannya, lalu mengambil pisau untuk menyembelih anaknya. Singkatnya, Ibrahim menoleh dan melihat seekor domba jantan di belakangnya yang tanduknya tersangkut dalam belukar. Abraham mengambil domba itu, lalu mengorbankannya sebagai bakaran pengganti anaknya. Padahal informasi al-Kitab bahwa Hajar melahirkan seorang anak dari Ibrahim yang dinamakan Ismail (Kejadian 17:16). Enam belas tahun kemudian Sarah melahirkan seorang putra yang dinamakannya Ishak (Kejadian 21:5).
Dalam Imamat Perjanjian Lama bisa didapati upacara penghapusan dosa dari sapi dan kambing korban: “Dari umat Israel ia (Harun) harus mengambil dua ekor kambing jantan untuk korban penghapus dosa dan seekor domba jantan untuk korban bakaran. Kemudian Harun harus mempersembahkan lembu jantan yang akan menjadi kurban penghapus dosa baginya sendiri dan dengan demikian mengadakan perdamaian baginya dan bagi keluarganya (Imamat 16:5-6). Harun dan anak-anaknya meletakkan tangannya di atas kepala kambing jantan dan lembu yang hidup itu, yang mengandung arti menyalurkan dosa mereka pada binatang yang dikorbankan tersebut.