Kamis, Agustus 21, 2025
  • Login
  • Register
islamina.id
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Video
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Video
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
islamina.id
No Result
View All Result
Home Gagasan
Pancasila dalam Sudut Pandang Orang Beriman

Pancasila dalam Sudut Pandang Orang Beriman

Brigjen Pol R Ahmad Nurwakhid by Brigjen Pol R Ahmad Nurwakhid
30/07/2023
in Gagasan, Tajuk Utama
8 0
0
8
SHARES
161
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on WAShare on Telegram

Pertama saya ingin menegaskan kenapa memilih istilah orang beriman dalam tulisan ini. Orang beriman memiliki makna yang universal yang tidak terbatas pada agama tertentu. Untuk dikatakan orang beriman setidaknya seseorang memiliki tiga unsur; percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa, hari kebangkitan setelah mati dan melaksanakan amal kebajikan sebagai praksis nyata keimanan.

Selanjutnya, apa makna Pancasila dalam sudut pandang orang beriman? Pertanyaan ini menjadi penting mengingat kerap sekali Pancasila sebagai dasar negara, falsafah dan pandangan hidup, serta sebagai ideologi negara dan bangsa Indonesia dibenturkan dengan keyakinan dan keimanan. Saya sangat percaya para founding fathers (pendiri bangsa) yang menggali dan merumuskan nilai-nilai Pancasila ini adalah mereka yang memiliki keimanan yang sangat kuat.

BacaJuga

Hukum Alam Adalah Hukum Tuhan: Apakah Mukjizat Mengingkari Sebab-Akibat

Al-Baqarah : 177 – Peta Jalan Teologi Kemerdekaan dalam Islam

Ketika Alam Tak Lagi Sakral: Ikhtiar Membangun Eko-Teologi dari Kritik Jantung Peradaban

Pancasila digali dan disarikan dari nilai-nilai luhur agama dan budaya Nusantara. Dalam rumusan itu lahirlah Pancasila dengan 5 Sila yang sangat filosofis dan universal. Pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa. Sila ini menegaskan jati diri bangsa ini sebagai masyarakat religius. Kepercayaan kepada Tuhan diletakkan pada prinsip pertama dan utama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Dalam sudut pandang keimanan, Sila pertama ini merupakan istilah lain dari tauhid dalam Islam. Setiap umat yang beriman meyakini dan memiliki Tuhan yang sama, Yang Maha Esa, Yang Maha Kuasa, Yang Maha Adil dan Yang Maha Menguasai atas segala apa yang terjadi di alam semesta.

Penegasan keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa mengandung pengertian kesamaan seluruh umat manusia karena diciptakan dari sumber yang sama. Proses penciptaan manusia sebagaimana dalam Surat Sad ayat 72 : Kemudian apabila telah Aku sempurnakan kejadiannya dan Aku tiupkan roh-Ku kepadanya; maka tunduklah kamu dengan bersujud kepadanya.”

Seluruh ciptaan Tuhan malaikat dan iblis diperintahkan untuk menghormati dan memanusiakan. Tuhan yang menciptakan manusia dan meniupkan roh di dalam diri setiap manusia yang lahir di muka bumi ini adalah Tuhan yang sama. Orang Islam menyebut Allah, begitu pula orang Kristen. Umat Hindu menyebut Ida Sanghyang Widhi Wasa, Yahudi menyebut Yahweh, dan umat Buddha menyebut Tien dan istilah lain yang merujuk pada keyakinan Tuhan yang sama.

Kesamaan keyakinan terhadap Tuhan yang sama mengandung arti kesamaan penciptaan seluruh umat manusia dari sumber yang sama. Kemudian setiap manusia lahir dengan latar belakang budaya, etnis, suku dan agama yang berbeda-beda. Manusia tidak bisa memilih atau menolak untuk lahir dari etnis, budaya dan agama tertentu. Semua adalah kehendak dan takdir Tuhan atas diri manusia.

Sebagaimana ditegaskan dalam al-Qur’an Surat Al-Hujurat ayat 13 : Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Perbedaan sebagai sunnatullah memiliki tujuan agar manusia saling memahami, saling menghormati dan saling memanusiakan sesama manusia.

Itulah cerminan dari Sila yang kedua dalam Pancasila : Kemanusiaan yang adil dan beradab sebagai pancaran yang tak terpisahkan dari Sila pertama. Karena itulah, setiap orang yang beriman dan percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa wajib memanusiakan sesamanya secara adil dan beradab meskipun berbeda dalam segala hal.

Page 1 of 2
12Next
Tags: KeimananOrang BerimanPancasilaTakwa
Previous Post

Imam Besar Masjid Istiqlal: BNPT Hadir, Kuantitas Kelompok Radikal Turun

Next Post

Wujudkan Visi Indonesia Emas 2045 dengan Generasi Muda Tangguh

Brigjen Pol R Ahmad Nurwakhid

Brigjen Pol R Ahmad Nurwakhid

Direktur Pencegahan BNPT RI

RelatedPosts

hukum alam
Gagasan

Hukum Alam Adalah Hukum Tuhan: Apakah Mukjizat Mengingkari Sebab-Akibat

21/08/2025
teologi kemerdekaan
Gagasan

Al-Baqarah : 177 – Peta Jalan Teologi Kemerdekaan dalam Islam

15/08/2025
kerusakan alam
Gagasan

Ketika Alam Tak Lagi Sakral: Ikhtiar Membangun Eko-Teologi dari Kritik Jantung Peradaban

02/08/2025
kurt godel
Biografi

Ketika Tuhan Dibuktikan Tidak dengan Keimanan Buta, Tetapi dengan Logika: Kurt Gödel dan Rumus Ketuhanan

27/07/2025
agama cinta
Gagasan

Masa Depan Agama adalah Agama Cinta

17/07/2025
sound horeg
Gagasan

Sound Horeg: Pergulatan Subkultur dan Diskursus Agama

15/07/2025
Next Post
Wujudkan Visi Indonesia Emas 2045 dengan Generasi Muda Tangguh

Wujudkan Visi Indonesia Emas 2045 dengan Generasi Muda Tangguh

Lagi-Lagi Karyawan BUMN

Lagi-Lagi Karyawan BUMN

Cari Artikel

No Result
View All Result

Masuk / Daftar

Masuk ke Akun anda
face
visibility
Daftar | Lupa kata sandi ?

Artikel Teerbaru

hukum alam

Hukum Alam Adalah Hukum Tuhan: Apakah Mukjizat Mengingkari Sebab-Akibat

21/08/2025
Membantah Pernyataan Zulkarnain Yusuf Tentang “indonesia Negara Kafir”

Kemerdekaan Indonesia dalam Perspektif Iman

15/08/2025
teologi kemerdekaan

Al-Baqarah : 177 – Peta Jalan Teologi Kemerdekaan dalam Islam

15/08/2025
kerusakan alam

Ketika Alam Tak Lagi Sakral: Ikhtiar Membangun Eko-Teologi dari Kritik Jantung Peradaban

02/08/2025
kurt godel

Ketika Tuhan Dibuktikan Tidak dengan Keimanan Buta, Tetapi dengan Logika: Kurt Gödel dan Rumus Ketuhanan

27/07/2025

Trending Artikel

  • Ulama Scaled

    Mengenal Istilah Rabbani

    319 shares
    Share 128 Tweet 80
  • 4 Penghalang Ibadah Kepada Allah Menurut Imam Al-Ghazali 

    298 shares
    Share 119 Tweet 75
  • Belajar Konsep Ketuhanan dari Surat Al Ikhlas

    264 shares
    Share 106 Tweet 66
  • Kitab Tajul ‘Arus: Makna Pengorbanan dan Obat Penyakit Hati

    256 shares
    Share 102 Tweet 64
  • Kitab “Majmû’ Fatâwâ” Karya Ibnu Taimiyah (1)

    248 shares
    Share 99 Tweet 62
Putih E E
  • Redaksi
  • Kirim Artikel
  • Tentang Kami
  • Kontak Kami
  • Kerjasama
No Result
View All Result
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Bulletin
    • Bulletin Jumat
    • Bulletin Islamina

© 2021 Islamina - Design by MSP.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

*By registering into our website, you agree to the Terms & Conditions and Privacy Policy.
All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

This website uses cookies. By continuing to use this website you are giving consent to cookies being used. Visit our Privacy and Cookie Policy.