Dunia sains dan matematika pernah diguncang oleh sebuah kejutan dari sosok jenius bernama Kurt Gödel. Bukan karena rumus-rumus rumit yang biasa mengisi lembaran jurnal akademik, melainkan karena sebuah pembuktian eksistensi Tuhan yang ia tuangkan dalam bentuk logika matematika formal.
Gödel, seorang ahli logika asal Austria yang hidup di abad ke-20, dikenal luas karena Teorema Ketidaklengkapan-nya yang meruntuhkan klaim kepastian dalam sistem matematika. Gödel merupakan teman diskusi dan diakui jenius oleh Albert Eisntein. Keduanya, bersahabat saat bekerja dan tinggal di Institute for Advanced Study di Princeton, Amerika.
Einstein begitu sangat menghargai dan mengagumi tokoh muda yang jenius ini. Ia pernah berkata dengan nada pujian : “Saya datang ke kantor hanya untuk memiliki hak istimewa berjalan pulan bersama Gödel”.
Mereka banyak menghabiskan waktu dan terlarut dalam diskusi menggairahkan tentang waktu, eksistensi dan Tuhan. Einstein menambatkan sisi relijiusnya pada ketakjuban terhadap misteri dan keteraturan alam semesta. Tuhan yang tidak bermain Dadu, kutipan populernya.
Sementara Gödel menempa keyakinan relijiusnya dengan cara rasional dan logis. Di masa senjanya, Gödel mengarahkan kejeniusannya pada satu hal yang amat filosofis dan spiritual: membuktikan bahwa Tuhan itu ada, melalui pendekatan yang tidak biasa, yakni dengan logika simbolik dan matematika modal.
Membuktikan Tuhan dengan Logika
Gödel memulai argumennya dengan sebuah definisi klasik: Tuhan adalah makhluk yang maha sempurna, yaitu makhluk yang memiliki semua sifat positif. Ia kemudian menyusun sistem logika berbasis modal logic, yakni logika yang memperhitungkan kemungkinan (possible) dan keniscayaan (necessary).
Di dalam kerangka itu, Gödel menetapkan bahwa jika suatu sifat adalah “positif”, maka:
- Lawan dari sifat negatif adalah positif.
- Jika suatu sifat adalah positif, maka segala konsekuensinya juga positif.
- Eksistensi (ada) adalah sifat positif.
Dengan dasar-dasar itu, ia mendefinisikan Tuhan sebagai sosok yang memiliki semua sifat positif, dan karena eksistensi adalah salah satu sifat positif, maka eksistensi Tuhan niscaya.
Secara sederhana, logika Gödel dapat diringkas menjadi: “Jika Tuhan mungkin ada, maka Tuhan pasti ada.” Kalimat ini terkesan filosofis biasa, tetapi dalam tulisan Gödel, kalimat itu hadir dalam simbol-simbol logika formal seperti: ◇∃x G(x) → □∃x G(x)