Kamis, Agustus 21, 2025
  • Login
  • Register
islamina.id
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Video
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Video
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
islamina.id
No Result
View All Result
Home Gagasan
teologi kemerdekaan

Al-Baqarah : 177 – Peta Jalan Teologi Kemerdekaan dalam Islam

Abd Malik by Abd Malik
15/08/2025
in Gagasan
0 0
0
0
SHARES
7
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on WAShare on Telegram

Di banyak tempat hari ini, agama—termasuk Islam—sering direduksi hanya sebagai ritual untuk memuja Tuhan. Iman dipersempit maknanya menjadi sekadar keyakinan yang dibuktikan lewat doa, shalat, puasa, dan ibadah-ibadah formal.

Iman yang sempurna tidak sesempit itu. Ada dimensi yang lebih luas dan mendalam dari makna iman yang telah rapuh dalam sikap keumatan. Umat beragama tidak mampu mengaitkan iman dengan kemerdekaan.

BacaJuga

Hukum Alam Adalah Hukum Tuhan: Apakah Mukjizat Mengingkari Sebab-Akibat

Ketika Alam Tak Lagi Sakral: Ikhtiar Membangun Eko-Teologi dari Kritik Jantung Peradaban

Ketika Tuhan Dibuktikan Tidak dengan Keimanan Buta, Tetapi dengan Logika: Kurt Gödel dan Rumus Ketuhanan

Ada ayat penting dalam pandangan Al-Qur’an yang membuka peta jalan kemerdekaan iman yang memerdekakan kemanusiaan. Iman sejati bukanlah iman yang mengurung manusia di ruang ibadah, tetapi iman yang memerdekakan manusia dari belenggu ketidakadilan, kemiskinan, dan penderitaan.

Karl Barth seorang teolog terbesar dalam paruh pertama abad ke-20 ini telah membukakan jalan dalam tradisi Kristen tentang iman yang memerdekakan. Gagasan besar yang ia bangun bahwa Allah yang merdeka mengasihi manusia dalam diri Yesus Kristus dan memerdekakan kita dalam segala bidang kehidupan -politik, kesenian, ilmu pengetahuan dan terutama teologi dan gereja agar kita dapat hidup dalam perikemanusiaan sambil memuji dan memuliakan-Nya.

Iman yang hanya berkutat pada ibadah ritual tanpa melahirkan keberpihakan pada kemanusiaan adalah iman yang kering dan kehilangan ruhnya.

Dalam Islam, tidak sulit untuk mencari dalil dan rujukan tentang teologi kemerdekaan. Allah berfirman: “Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi, dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabat, anak yatim, orang-orang miskin, musafir, orang-orang yang meminta-minta, dan (memerdekakan) hamba sahaya; mendirikan shalat, menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila berjanji; serta orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan, dan pada masa peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya), dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 177).

Ayat ini menjadi landasan penting bagi terwujudnya konsepsi teologi kemerdekaan menegaskan tiga lapisan kebajikan yang membentuk iman yang memerdekakan:

  1. Kebajikan spiritual – keyakinan kepada Allah, hari akhir, malaikat, kitab, dan nabi adalah bentuk iman yang merdeka yang membebaskan dari belenggu spiritual yang menyesatkan. Iman harus merdeka dari belenggu “tuhan-tuhan” yang mengeksploitasi kemanusiaan. Karena Tuhan sejati adalah Tuhan yang memerdekakan umat manusia.
  2. Kebajikan sosial – kepedulian konkret kepada yang lemah, seperti yatim, miskin, musafir, peminta-minta, dan mereka yang tertindas merupakan bentuk ekspresi keimanan yang memerdekakan. Iman adalah dasar dari terbentuknya praktek memerdekakan orang lain.
  3. Kebajikan moral – menepati janji, sabar menghadapi penderitaan, dan berpegang pada kebenaran di tengah tantangan bentuk landasan nilai dan moral bagi para pemegang teguh teologi kemerdekaan. Tidak ada kemerdekaan tanpa kejujuran, penderitaan dan kesabaran dalam menggapai tujuan.

Ayat ini sebagai deklarasi Al-Qur’an bahwa iman sejati tidak hanya berdiam di hati atau tampak di ritual, tetapi harus berbuah pada pembebasan manusia dari segala bentuk keterhimpitan—baik ekonomi, sosial, maupun politik.

Al-Baqarah: 177 adalah “ayat revolusioner” yang membebaskan manusia dari kesalehan semu. Iman yang hanya berkutat pada ibadah ritual tanpa melahirkan keberpihakan pada kemanusiaan adalah iman yang kering dan kehilangan ruhnya.

Continue Reading
Page 1 of 2
12Next
Tags: teologi kemerdekaan
Previous Post

Ketika Alam Tak Lagi Sakral: Ikhtiar Membangun Eko-Teologi dari Kritik Jantung Peradaban

Next Post

Kemerdekaan Indonesia dalam Perspektif Iman

Abd Malik

Abd Malik

Penulis dan penikmat kopi, bisa dihubungi melalui : abdmalik82@icloud.com

RelatedPosts

hukum alam
Gagasan

Hukum Alam Adalah Hukum Tuhan: Apakah Mukjizat Mengingkari Sebab-Akibat

21/08/2025
kerusakan alam
Gagasan

Ketika Alam Tak Lagi Sakral: Ikhtiar Membangun Eko-Teologi dari Kritik Jantung Peradaban

02/08/2025
kurt godel
Biografi

Ketika Tuhan Dibuktikan Tidak dengan Keimanan Buta, Tetapi dengan Logika: Kurt Gödel dan Rumus Ketuhanan

27/07/2025
agama cinta
Gagasan

Masa Depan Agama adalah Agama Cinta

17/07/2025
sound horeg
Gagasan

Sound Horeg: Pergulatan Subkultur dan Diskursus Agama

15/07/2025
Pelajaran Agama Islam, Untuk Apa?
Gagasan

Bid’ah Maulid dan Sederetan Bid’ah yang Menyiarkan Kebesaran Islam

08/10/2024
Next Post
Membantah Pernyataan Zulkarnain Yusuf Tentang “indonesia Negara Kafir”

Kemerdekaan Indonesia dalam Perspektif Iman

hukum alam

Hukum Alam Adalah Hukum Tuhan: Apakah Mukjizat Mengingkari Sebab-Akibat

Cari Artikel

No Result
View All Result

Masuk / Daftar

Masuk ke Akun anda
face
visibility
Daftar | Lupa kata sandi ?

Artikel Teerbaru

hukum alam

Hukum Alam Adalah Hukum Tuhan: Apakah Mukjizat Mengingkari Sebab-Akibat

21/08/2025
Membantah Pernyataan Zulkarnain Yusuf Tentang “indonesia Negara Kafir”

Kemerdekaan Indonesia dalam Perspektif Iman

15/08/2025
teologi kemerdekaan

Al-Baqarah : 177 – Peta Jalan Teologi Kemerdekaan dalam Islam

15/08/2025
kerusakan alam

Ketika Alam Tak Lagi Sakral: Ikhtiar Membangun Eko-Teologi dari Kritik Jantung Peradaban

02/08/2025
kurt godel

Ketika Tuhan Dibuktikan Tidak dengan Keimanan Buta, Tetapi dengan Logika: Kurt Gödel dan Rumus Ketuhanan

27/07/2025

Trending Artikel

  • Ulama Scaled

    Mengenal Istilah Rabbani

    319 shares
    Share 128 Tweet 80
  • 4 Penghalang Ibadah Kepada Allah Menurut Imam Al-Ghazali 

    298 shares
    Share 119 Tweet 75
  • Belajar Konsep Ketuhanan dari Surat Al Ikhlas

    264 shares
    Share 106 Tweet 66
  • Kitab Tajul ‘Arus: Makna Pengorbanan dan Obat Penyakit Hati

    255 shares
    Share 102 Tweet 64
  • Kitab “Majmû’ Fatâwâ” Karya Ibnu Taimiyah (1)

    248 shares
    Share 99 Tweet 62
Putih E E
  • Redaksi
  • Kirim Artikel
  • Tentang Kami
  • Kontak Kami
  • Kerjasama
No Result
View All Result
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Bulletin
    • Bulletin Jumat
    • Bulletin Islamina

© 2021 Islamina - Design by MSP.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

*By registering into our website, you agree to the Terms & Conditions and Privacy Policy.
All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

This website uses cookies. By continuing to use this website you are giving consent to cookies being used. Visit our Privacy and Cookie Policy.