Angka tersebut mengalami kenaikan pada tahun 2021 menjadi 22% hingga 40%. Jumlah kelompok yang tidak percaya dengan covid akan menarik jika ada pemetaan terkait dengan sabab musabab mereka tidak percaya covid. Atau jika diklasifikasikan secara kategoris, bisa dibuat beberapa kategori. Misalnya seperti tingkat pendidikan mereka, jabatan mereka, wawasan keagamaan, dan lain sebagainya. Pasalnya, hingga saat ini masih kita dengar beberapa tokoh agama justru berkampanye untuk tidak percaya adanya covid.
Langkah Tepat dari Aktivitas Keagamaan
Indonesia sebagai negara yang di dalamnya diisi oleh sekolompok orang yang masih patuh terhadap nilai-nilai dan etika agama, dalam kasus ini cukup penting diperhatikan. Terobosan pemerintah untuk mengendalikan Covid-19 tidak cukup melibatkan Satgas Covid-19 yang di dalamnya ada militer, Nakes dan Satpol PP. Tetapi juga perlu merangkul tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh adat, dan lain sebagainya.
Jika dalam hal suara politik, sepertinya strategi tersebut berhasil, namun kenapa pada konteks penanggulangan covid masih ada kendala? Jawaban dari pertanyaan ini perlu penerapan dengan bijak. Tidak cukup hanya dengan teori, melainkan bukti nyata atas kerja seluruh jajaran, baik dari pemerintahan maupun masyarakat.
Menarik dikisahkan dalam buku Serat Centini, di sana digambarkan bagaimana sejarah bangsa ini dulunya menangani penyakit yang disebut sebagai Pageblug. Ternyata tidak hanya menurunkan upaya-upaya medis, tetapi juga usaha-usaha spiritual yang juga dikencangkan. Jika demikian, ini adalah wilayah para ahli spiritual baik dari tokoh agama maupun dalam tradisi kita adalah tokoh adat.
Artinya, tidak cukup dengan menggeser praktik ibadah ritual yang semula dilakukan secara simultan atau berjamaah di tempat publik. Tetapi juga perlu adanya pengganti dengan tetap menyemarakkan doa-doa untuk kemaslahatan agar wabah yang sudah hampir dua tahun melanda ini segera diangkat oleh Sang Pencipta.
Semoga