Alhamdulillah, islamina.id hadir dengan bulletin Jum’at rutin yang dapat dibaca oleh kaum muslimin seluruh Indonesia. Bulletin Jum’at ini merupakan kerjasama islamina.id dengan Puslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan, Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI dalam rangka membumikan nilai dan ajaran moderasi Islam di tengah masyarakat.
Bulletin Jum’at Al-Wasathy edisi kali ini dengan judul “BERTOLERANSI KEPADA YANG BERBEDA”
Rahmat terbesar di dunia ini adalah perbedaan. Manusia dilahirkan juga karena perbedaan laki-laki dan perempuan. Indahnya pegunungan tidak hanya karena pohon-pohonnya yang rindang tapi juga karena memiliki perbedaan dengan daratan yang datar. Bagaimana jika seluruh bumi ini hanya diisi oleh daratan tanpa sungai dan lautan? Bagaimana cara kita menikmati indahnya pantai jika seluruhnya adalah pantai? Mungkinkah ada tempat wisata jika tidak ada beda di dunia hewan? Maka indahnya kehidupan ini pada hakikatnya karena perbedaan.
Allah berfirman dalam al Qur’an Surat al-Hujarat (49) ayat 13:
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْا ۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ
Artinya: “Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti.” (QS. Al-Hujurat: 13)
Perbedaan memang diciptakan oleh Allah. Manusia tidak bisa menolak perbedaan. Suku, bangsa, dan agama yang berbeda-beda juga adalah ciptaan Allah. Bahkan, sekalipun berasal dari Allah yang satu, ajaran-ajaran yang diberikan kepada Nabinya tidaklah sama. Syariat Nabi Adam berbeda dengan Nabi Musa. Syariat Nabi Musa berbeda dengan Nabi Isa. Tepatnya tidak ada ajaran Nabi yang sama secara total. Begitu juga dengan Nabi Muhammad yang membawa agama Islam.
Perbedaan syariat dan ajaran para Nabi itu tetap harus diletakkan sebagai perbedaan dan harus diyakini kebenarannya, demikian Islam mengajarkan. Bahwa umat Islam harus mempercayai dan meyakini bahwa Allah mengutus para Nabi/Rasul dan memberikan kitab suci kepada para Nabinya.