Kamis, Agustus 21, 2025
  • Login
  • Register
islamina.id
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Video
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Video
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
islamina.id
No Result
View All Result
Home Kajian
kampanye anti intoleransi

Apakah Toleransi Berarti Membiarkan Intoleransi?

Menguji Garis Batas Sikap Toleran

Abd Malik by Abd Malik
21/04/2024
in Kajian
7 0
0
7
SHARES
148
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on WAShare on Telegram

Pengawasan terhadap kelompok-kelompok terduga teroris ini dalam perspektif Popper dan Rawls tidak bisa dilihat sebagai pembatasan hak berekspresi, tetapi dalam rangka mengantisipasi intoleransi dan ancaman massif terhadap esensi kemanusiaan yang jamak digaungkan oleh kelompok radikal terorisme. Melalui upaya ini, cita-cita kehidupan plural yang harmonis di Indonesia menjadi mudah untuk diwujdukan.

Urgensi Narasi Tandingan dan Kontra Radikalisasi

BacaJuga

Dekonstruksi “Rezim Kebenaran” di Era Digital (2) : Menunda Kebenaran, Meluaskan Perspektif

Dekonstruksi “Rezim Kebenaran” di Era Digital (1) : Bagaimana Cara Anak Muda Menyelamatkan Akal Sehatnya

Ada Apa di Bulan Dzulqa’dah?

Popper dalam buku yang sama, mengatakan bahwa kelompok toleran tidak perlu memberantas gagasan-gagasan intoleran. Yang perlu dilakukan adalah melakukan kontra narasi yang masuk akal, terukur, dan rasional. Narasi-narasi itu akan dibiarkan berkontestasi di ruang publik dan akan dievaluasi sendiri oleh masyarakat.

Namun dalam kebangsaan, kebijakan top down menjadi sama pentingnya dengan strategi bottom up dalam konteks pencegahan radikal terorisme. Artinya, negara memiliki kewenangan untuk mengatasi lahirnya sel-sel intoleransi dan radikalisme baru di Indonesia melalui kebijakan-kebijakan strategisnya. Di waktu yang sama, seperti kata Popper, kontra narasi yang terukur dan rasional juga perlu diproduksi secara intensif. Produksi kontra narasi ini yang kemudian dapat diperankan oleh masyarakat sipil di akar rumput.

Namun, yang perlu diperhatikan adalah bahwa masyarakat yang mengaku toleran harus berhati-hati dalam membatasi intoleransi dan memahami sekat antara tindakan intoleransi yang berbahaya dan perbedaan pandangan yang niscaya, meskipun kontroversial. Popper dan Rawls sepertinya sepakat bahwa memiliki perspektif yang berbeda tentang agama dan politik harus ditoleransi dalam masyarakat, kecuali jika satu kelompok politik atau agama menambahkan bumbu kebencian, tendensi mempersekusi, dan mengancam prinsip kemanusiaan.

Tidak berpendapat merupakan bagian dari kebebasan berpendapat. Ketika ada orang yang tidak ingin berpendapat akan sesuatu, maka sah-sah saja. Tetapi jangan sampai kebebasan berpendapat menjadi senjata untuk memaksa orang lain berpendapat. Jika masyarakat toleran masih samar dengan perbedaan itu, mereka akan rawan terjebak dengan prinsip intoleransi itu sendiri, suka memaksakan kehendak dan menganggap yang tidak sependapat sebagai pihak yang salah.

Akhirnya untuk menutup bahasan paradoks toleransi ini, kita bisa sedikit berpikir, jika kita mengetahui bahwa ada seseorang yang berencana mencelakai kita, meskipun itu masih dalam ranah ide (niat), apakah kemudian kita hanya membiarkan saja atas nama toleransi, atau berusaha melindungi diri dan berusaha melenyapkan rencana orang itu?

 

 

Daftar Pustaka

Alamsyah Dja’far. (2018). (In)toleransi: Memahami Kebencian & Kekerasan Atas Nama Agama. Jakarta: Elex Media Komputindo.

BBC. (2022). Negara Islam Indonesia, mengapa disebut jadi ‘ibu kandung’ kelompok terorisme di Indonesia? https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-61057509, diakses pada 26 Desember 2023.

Cornelis Van Dijk. (1981). Rebellion under the banner of Islam. Leiden: Martinus Nijhoff.

John Rawls. (1999). A Theory of Justice. United States: Harvard University Press.

Karl R. Popper. (2002). The Open Society and Its Enemies. London: Routledge.

Rohir Mahatir Manese. (2021). Pembatasan Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan di Indonesia dan Implikasinya. Societas Dei: Jurnal Agama dan Masyarakat, 08(1), 86-107.

 

Page 2 of 2
Prev12
Tags: batasan intoleransi dan toleransijohn rawls
Previous Post

Sumber Masalah adalah Rasa Memiliki, Bagaimana Islam Mengaturnya

Next Post

Islam di Tiongkok: Persinggungan Muslim Awal dengan Masyarakat Cina

Abd Malik

Abd Malik

Penulis dan penikmat kopi, bisa dihubungi melalui : abdmalik82@icloud.com

RelatedPosts

dekonstruksi di era digital
Kajian

Dekonstruksi “Rezim Kebenaran” di Era Digital (2) : Menunda Kebenaran, Meluaskan Perspektif

26/07/2025
Peran Media Sosial Dalam Mewujudkan Siswa Toleran
Kajian

Dekonstruksi “Rezim Kebenaran” di Era Digital (1) : Bagaimana Cara Anak Muda Menyelamatkan Akal Sehatnya

22/07/2025
Ada Apa di Bulan Dzulqa’dah
Kajian

Ada Apa di Bulan Dzulqa’dah?

30/05/2023
Menyapa Agama-Agama dalam Sejarah dan Teologi (2)
Kajian

Menyapa Agama-Agama dalam Sejarah dan Teologi (2)

02/02/2023
Menyapa Agama Agama dalam Sejarah dan Teologi
Kajian

Menyapa Agama-Agama dalam Sejarah dan Teologi (1)

26/01/2023
Duri Islamisme dalam Sejarah NKRI
Kajian

Duri Islamisme dalam Sejarah NKRI

19/01/2023
Next Post
Islam di Tiongkok

Islam di Tiongkok: Persinggungan Muslim Awal dengan Masyarakat Cina

Yakin Mau Ikuti Tren Rambut Hair Extension?

Yakin Mau Ikuti Tren Rambut Hair Extension?

Cari Artikel

No Result
View All Result

Masuk / Daftar

Masuk ke Akun anda
face
visibility
Daftar | Lupa kata sandi ?

Artikel Teerbaru

hukum alam

Hukum Alam Adalah Hukum Tuhan: Apakah Mukjizat Mengingkari Sebab-Akibat

21/08/2025
Membantah Pernyataan Zulkarnain Yusuf Tentang “indonesia Negara Kafir”

Kemerdekaan Indonesia dalam Perspektif Iman

15/08/2025
teologi kemerdekaan

Al-Baqarah : 177 – Peta Jalan Teologi Kemerdekaan dalam Islam

15/08/2025
kerusakan alam

Ketika Alam Tak Lagi Sakral: Ikhtiar Membangun Eko-Teologi dari Kritik Jantung Peradaban

02/08/2025
kurt godel

Ketika Tuhan Dibuktikan Tidak dengan Keimanan Buta, Tetapi dengan Logika: Kurt Gödel dan Rumus Ketuhanan

27/07/2025

Trending Artikel

  • Ulama Scaled

    Mengenal Istilah Rabbani

    319 shares
    Share 128 Tweet 80
  • 4 Penghalang Ibadah Kepada Allah Menurut Imam Al-Ghazali 

    298 shares
    Share 119 Tweet 75
  • Belajar Konsep Ketuhanan dari Surat Al Ikhlas

    264 shares
    Share 106 Tweet 66
  • Kitab Tajul ‘Arus: Makna Pengorbanan dan Obat Penyakit Hati

    256 shares
    Share 102 Tweet 64
  • Kitab “Majmû’ Fatâwâ” Karya Ibnu Taimiyah (1)

    248 shares
    Share 99 Tweet 62
Putih E E
  • Redaksi
  • Kirim Artikel
  • Tentang Kami
  • Kontak Kami
  • Kerjasama
No Result
View All Result
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Bulletin
    • Bulletin Jumat
    • Bulletin Islamina

© 2021 Islamina - Design by MSP.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

*By registering into our website, you agree to the Terms & Conditions and Privacy Policy.
All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

This website uses cookies. By continuing to use this website you are giving consent to cookies being used. Visit our Privacy and Cookie Policy.