Dalam sejarah perkembangan Islam, istilah bid’ah sering kali menimbulkan perdebatan. Secara harfiah, bid’ah berarti inovasi atau perkara baru yang tidak diajarkan secara langsung oleh Rasulullah SAW. Berdasarkan pada sebuah hadist, bid’ah terkadang menjadi sumbu perpecahan di antar umat Islam, bahkan terkadang sampai menyesatkan dan mengkafirkan.
Perdebatan ini tentu tidak perlu diulangi kembali karena masing-masing kelompok mempunyai sandaran yang berbeda. Namun, dalam perjalanan sejarah, banyak sekali praktek yang dikatakan bid’ah, tetapi memiliki sumbangsih penting bagi kemajuan Islam.
Salah satu contoh yang sering dibahas adalah perayaan Maulid Nabi, yang merujuk pada peringatan hari kelahiran Rasulullah. Meskipun Maulid tidak dilakukan pada masa Nabi, perayaan ini telah menjadi bagian dari syiar Islam yang menyebarkan cinta dan penghormatan kepada Rasulullah di kalangan umat Muslim.
Bid’ah Maulid sebagai Syiar Cinta kepada Nabi
Ada beberapa perbedaan catatan sejarah mengenai kapan Maulid pertama kali diperingati. Namun secara resmi peringatan ini dimulai oleh Dinasti Fatimiyah di Mesir pada abad ke-11, dan kemudian diperluas oleh penguasa lain di berbagai wilayah dunia Islam.
Meskipun tidak ada perintah khusus dari Nabi untuk merayakan Maulid, umat Islam di seluruh dunia menggunakan kesempatan ini untuk mengenang kelahiran dan ajaran Rasulullah serta menegaskan kecintaan mereka. Dengan demikian, Maulid menjadi syiar baru yang berfungsi sebagai media untuk mempererat ikatan emosional umat Islam dengan Nabi.
Para ulama berbeda pendapat tentang Maulid. Ada yang menolaknya karena dianggap bid’ah, namun ada pula yang memandangnya sebagai hal baik (bid’ah hasanah), karena Maulid mendidik umat untuk mengenang keutamaan Nabi Muhammad, menanamkan cinta kepada beliau, serta memperkuat solidaritas umat. Maulid juga sering diisi dengan bacaan shalawat, ceramah tentang keteladanan Nabi, dan amal-amal kebaikan.
Tidak hanya Maulid, Contoh lain yang penting adalah penetapan awal tahun Hijrah. Peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari Makkah ke Madinah tidak dirayakan atau ditetapkan sebagai kalender resmi pada masa hidup Rasul. Penetapan ini baru dilakukan pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab RA, sekitar 17 tahun setelah hijrah Nabi.
Umar dan para sahabat memutuskan untuk menetapkan hijrah sebagai awal kalender Islam, karena peristiwa tersebut menandai kebangkitan Islam secara politis dan sosial. Penetapan ini merupakan inovasi yang tidak dilakukan oleh Rasulullah, tetapi kini menjadi bagian integral dari identitas dan sejarah umat Islam.
Kalender Hijriah digunakan sebagai dasar berbagai ibadah, seperti penentuan bulan Ramadan, Idul Fitri, dan Idul Adha, yang mempererat umat dalam pelaksanaan syariat. Bid’ah ini telah menjadi identitas baru bagi Islam masa kini. Bagaimana jika para Sahabat tidak berijtihad tentang tahun baru Islam?
Deretan Bid’ah yang Menysiarkan Islam
Selain Maulid dan penetapan tahun hijrah, beberapa contoh inovasi lain dalam sejarah Islam yang berdampak positif. Pertama, Pengumpulan Mushaf Al-Qur’an: Pada masa kekhalifahan Abu Bakar RA dan dilanjutkan oleh Utsman bin Affan RA, Al-Qur’an yang sebelumnya tersebar dalam hafalan dan catatan lepas, dikumpulkan dalam satu mushaf.