Bulan Ramadan merupakan momentum penting, untuk intropeksi diri agar menjadi insan yang lebih baik. Dinamika kehidupan duniawi, terkadang membuat kita lupa akan jati diri sebagai mahluk Tuhan. Bahkan kesombongan diri membawa kita kepada jurang kenistaan dan perpecahan. Mudah emosi, hasad, dengki menjadi penyakit hati yang membuat kita lupa akan pentingnya persatuan, dan kesatuan bangsa.
Dalam kurun waktu belakangan ini, bangsa Indonesia dihadapi beragam dinamika yang dipicu oleh keangkuhan diri, inklusifitas dan perbedaan cara pandang dalam menyikapi persoalan. Tak ayal, dinamika ini memunculkan perselisihan antar anak bangsa. Tentunya, momentum hadirnya Ramadan ini, bisa menjadi stimulus untuk mempersatukan bangsa.
Wakil Ketua Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, Habib Nabil Almusawa mengungkapkan momentum bulan Ramadan ini dapat digunakan untuk membentengi diri dari rasa benci dan intoleransi, guna merajut kembali menjadi bangsa yang kokoh. Jangan sampai rasa benci merusak pahala dan amal ibadah di bulan Ramadan.
“Mudah-mudahan dengan Ramadan ini, kita, kaum Muslim semua, kembali menjadi bersaudara, kembali menjadi satu bangsa yang kokoh, Bhineka Tunggal Ika,” ucap Habib Nabiel Almusawa yang juga merupakan Dewan Syuro Majelis Rasulullah SAW di Jakarta, Selasa (21/3/2023).
“Demi bangsa dan negara. Mau kelompok Islamis, mau nasionalis, tujuan kita itu adalah membesarkan bangsa ini, NKRI. Bukan memecah belah, apalagi untuk kepentingan politik semata,” tambah Habib Nabil.
Rasullullah SAW, lanjut Habib Nabil, di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Abu Daud dikisahkan, barang siapa yang tidak meninggalkan qaula dzur atau kata kata bohong, menyebarkan fitnah, maka Allah tidak butuh orang berpuasa atau tidak makan dan minum.
“Allah nggak butuh dia meninggalkan makan minum. Artinya apa? Nggak ada pahala puasa. Maka kaum muslimin, wal-muslimat itu disunahkan kita, sebelum berpuasa kita minta maaf, minta halal, bersihkan hati,” ucap Habib Nabil.
Pengurus Rabithah Alawiyah, atau himpunan WNI keturunan Arab, yang memiliki keturunan langsung dari Nabi Muhammad SAW ini mengungkapkan bahwa, dalam Surat Al Hujurat ayat 13 dikatakan, sesungguhnya Allah menciptakan kamu (manusia) dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal.