Ia menambahkan bahwa dalam surah Al-Baqarah dijelaskan, ‘La ikraha fii diini’ yang artinya tidak ada paksaan didalam beragama. Islam membuka ruang untuk perbedaan, dalam ranah muamalah yang melibatkan serta berinteraksi dengan kelompok yang lain. Kalau berbeda beragama saja boleh, apalagi berbeda untuk yang lain, seperti berbeda paham, dan berbeda dalam pilihan politik adalah hal yang wajar.
“Justru perbedaan-perbedaan dalam ruang beragama harus semakin dimatangkan lagi Sehingga masyarakat bisa lebih dewasa, masyarakat juga nanti akan mentoleransi perbedaan itu dan masing-masing akan menghargai prinsip-prinsip yang diambil oleh orang lain,” ujarnya.
Pengasuh Pondok Pesantren Algebra Ciawi ini menilai pentingnya peran para tokoh agama dalam menularkan nilai-nilai moderasi kepada umat terutama mengajarkan pentingnya Islam moderat. Juga pentingnya membawa Islam dengan tujuan-tujuan menyatukan masyarakat, mengharmonikan, dan mendamaikan.
“Nah, ini sangat positif sekali untuk menciptakan suasana damai di bulan suci ini agar lebih harmoni lagi tanpa provokasi, tidak ada serangan-serangan terhadap yang lain. Bagaimana para tokoh agama bisa mengarahkan umat pada nilai atau materi yang membawa kesejukan, kedamaian dan harmonian. Nah apabila suasana seperti bulan Ramadan ini bisa kita kembangkan di luar bulan Ramadan, tentu luar biasa dan ini menjadi keberkahan Ramadan,” tutur Kyai Khariri Makmun.
Oleh karena itu ia berpesan kepada masyarakat bahwa sejatinya berpuasa di bulan Ramadan sungguh membawa kepada ketaqwaan, yang didalamnya ada penghormatan dan penghargaan kepada orang lain.
“Saya kira dengan taqwa, agama menjadi perekat bagi persatuan dan kemudian mewujudkan perdamaian serta menjadi salah satu motivasi untuk membangun bangsa ini menjadi bangsa yang lebih besar,” pungkas KH. Khariri Makmun.