Rabu, Oktober 8, 2025
  • Login
  • Register
islamina.id
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Video
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Video
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
islamina.id
No Result
View All Result
Home Kajian
dekonstruksi di era digital

Dekonstruksi “Rezim Kebenaran” di Era Digital (2) : Menunda Kebenaran, Meluaskan Perspektif

(Bagian Akhir)

Abd Malik by Abd Malik
26/07/2025
in Kajian
1 0
0
1
SHARES
29
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on WAShare on Telegram

Dekonstruksi mengingatkan bahwa teks atau potongan video tidak bisa mewakili keseluruhan makna

Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, pendekatan dekontsruksi mengajarkan pada kita agar tidak langsung percaya atau mencela sesuatu. Ada banyak pertanyaan yang perlu kita selesaikan dalam pikiran kita sebelum menarik kesimpulan.

Jika kalian melihat konten informasi di pagi hari di timeline media sosial, pertanyaan-pertanyaan seperti “siapa yang memproduksi konten ini”, “apa motifnya”, “kenapa informasi seperti ini selalu muncul dan apa informasi yang tidak muncul” harus selalu mengitari otak kita sebelum menarik simpul informasi.

BacaJuga

Gelombang “Asia Spring”: Belajar Mengelola Gerakan Gen Z untuk Perubahan (2)

Gelombang “Asia Spring”: Belajar Mengelola Gerakan Gen Z untuk Perubahan (1)

Dekonstruksi “Rezim Kebenaran” di Era Digital (1) : Bagaimana Cara Anak Muda Menyelamatkan Akal Sehatnya

Dekonstruksi mengajarkan pada kita bahwa kendali berpikir ketika berhadapan dengan konten di media sosial berada di pengguna, bukan algoritma. Itu poin penting yang harus dipegang. Sekali lagi, kemerdekaan berpikir sangat dibutuhkan dalam melawan rezim kebenaran algoritmik.

Selanjutnya, kita akan belajar mengenai prinsip lain dari dekonstruksi dalam membaca konten media sosial. Pada umumnya, media sosial selalu menghadirkan dua warna; antara pro dan kontra, kanan dan kiri, kawan dan lawan, pengikut agama ini dan itu atau contoh lainnya. Inilah corak oposisi biner dalam berpikir yang selalu dipertanyakan oleh pendekatan dekonstruksi.

Gambaran dunia yang dikotomik ini harus didekonstruksi, sebab realitas yang sebenarnya jauh lebih rumit dari sekedar hitam dan putih. Narasi akan muncul seperti ini “jika kalian tidak mendukung gerakan Indonesia gelap, berarti kalian adalah pengikut penguasa”, “jika kalian pro pemerintah, berarti kalian anti rakyat”, “jika kalian tidak mendukung gerakan syariat berarti kalian kafir”.

Dekonstruksi mengajarkan bahwa narasi oposisi biner itu sangat berbahaya, karena menutup pintu dialog, mempersempit wawasan dan mengabaikan hal-hal yang tidak terkatakan. Selain dua kubu yang selalu berseteru, sejatinya ada narasi lain yang tak terkatakan yang telah diabaikan.

Berpikir dekonstruktif juga mengajarkan bahwa narasi atau konten di media sosial lahir dari struktur kekuasaan dan konteks tertentu. Ada kepentingan di balik narasi. Ada motif di balik konten yang disebarkan. Ada tujuan tertentu yang harus diperjelas sebelum mengatakan hal itu benar dan salah. Artinya, dekonstruksi mengajarkan agar tidak menarik kebenaran tergesa-gesa dari satu sudut pandang.

Contoh lain, saat seorang tokoh atau influencer berkata: “Demokrasi itu haram dalam Islam!”. Apa sikap kalian? Alih-alih langsung meng-amin-i atau mencela, dekonstruksi mendorong kita menggali : Apa sebenarnya definisi demokrasi yang ia maksud? Apakah dalam sejarah Islam tidak ada bentuk-bentuk musyawarah atau kesepakatan rakyat? Bagaimana pandangan ulama lain dalam hal ini?

Dengan cara seperti ini, kita tidak terjebak dalam fanatisme buta, tetapi juga tidak terkungkung dalam sinisme kosong. Kita belajar menjadi pembaca yang cerdas, pendengar yang kritis, dan pemikir yang merdeka.

Continue Reading
Page 1 of 2
12Next
Previous Post

Iran, Akan menjadi panutan baru bagi dunia Islam?

Next Post

Ketika Tuhan Dibuktikan Tidak dengan Keimanan Buta, Tetapi dengan Logika: Kurt Gödel dan Rumus Ketuhanan

Abd Malik

Abd Malik

Penulis dan penikmat kopi, bisa dihubungi melalui : abdmalik82@icloud.com

RelatedPosts

gerakan gen z
Kajian

Gelombang “Asia Spring”: Belajar Mengelola Gerakan Gen Z untuk Perubahan (2)

13/09/2025
asia spring
Kajian

Gelombang “Asia Spring”: Belajar Mengelola Gerakan Gen Z untuk Perubahan (1)

12/09/2025
Peran Media Sosial Dalam Mewujudkan Siswa Toleran
Kajian

Dekonstruksi “Rezim Kebenaran” di Era Digital (1) : Bagaimana Cara Anak Muda Menyelamatkan Akal Sehatnya

22/07/2025
kampanye anti intoleransi
Kajian

Apakah Toleransi Berarti Membiarkan Intoleransi?

21/04/2024
Ada Apa di Bulan Dzulqa’dah
Kajian

Ada Apa di Bulan Dzulqa’dah?

30/05/2023
Menyapa Agama-Agama dalam Sejarah dan Teologi (2)
Kajian

Menyapa Agama-Agama dalam Sejarah dan Teologi (2)

02/02/2023
Next Post
kurt godel

Ketika Tuhan Dibuktikan Tidak dengan Keimanan Buta, Tetapi dengan Logika: Kurt Gödel dan Rumus Ketuhanan

kerusakan alam

Ketika Alam Tak Lagi Sakral: Ikhtiar Membangun Eko-Teologi dari Kritik Jantung Peradaban

Cari Artikel

No Result
View All Result

Masuk / Daftar

Masuk ke Akun anda
face
visibility
Daftar | Lupa kata sandi ?

Artikel Teerbaru

gerakan gen z

Gelombang “Asia Spring”: Belajar Mengelola Gerakan Gen Z untuk Perubahan (2)

13/09/2025
asia spring

Gelombang “Asia Spring”: Belajar Mengelola Gerakan Gen Z untuk Perubahan (1)

12/09/2025
Rasulullah SAW Teladan dalam Segala Aspek Kehidupan

Rasulullah SAW Teladan dalam Segala Aspek Kehidupan

09/09/2025
hukum alam

Hukum Alam Adalah Hukum Tuhan: Apakah Mukjizat Mengingkari Sebab-Akibat

21/08/2025
Membantah Pernyataan Zulkarnain Yusuf Tentang “indonesia Negara Kafir”

Kemerdekaan Indonesia dalam Perspektif Iman

15/08/2025

Trending Artikel

  • Ulama Scaled

    Mengenal Istilah Rabbani

    327 shares
    Share 131 Tweet 82
  • 4 Penghalang Ibadah Kepada Allah Menurut Imam Al-Ghazali 

    310 shares
    Share 124 Tweet 78
  • Belajar Konsep Ketuhanan dari Surat Al Ikhlas

    268 shares
    Share 107 Tweet 67
  • Kitab Tajul ‘Arus: Makna Pengorbanan dan Obat Penyakit Hati

    263 shares
    Share 105 Tweet 66
  • Kitab “Majmû’ Fatâwâ” Karya Ibnu Taimiyah (1)

    258 shares
    Share 103 Tweet 65
Putih E E
  • Redaksi
  • Kirim Artikel
  • Tentang Kami
  • Kontak Kami
  • Kerjasama
No Result
View All Result
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Bulletin
    • Bulletin Jumat
    • Bulletin Islamina

© 2021 Islamina - Design by MSP.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

*By registering into our website, you agree to the Terms & Conditions and Privacy Policy.
All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

This website uses cookies. By continuing to use this website you are giving consent to cookies being used. Visit our Privacy and Cookie Policy.