Kamis, Agustus 21, 2025
  • Login
  • Register
islamina.id
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Video
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Kabar
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Video
  • Bulletin
    • Bulletin Islamina
    • Bulletin Jumat
No Result
View All Result
islamina.id
No Result
View All Result
Home Kajian
Peran Media Sosial Dalam Mewujudkan Siswa Toleran

Peran Media Sosial Dalam Mewujudkan Siswa Toleran

Dekonstruksi “Rezim Kebenaran” di Era Digital (1) : Bagaimana Cara Anak Muda Menyelamatkan Akal Sehatnya

(Bagian Pertama)

Abd Malik by Abd Malik
22/07/2025
in Kajian
1 0
0
1
SHARES
22
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterShare on WAShare on Telegram

rezim kebenaran kita artikan sebagai “sistem kekuasaan algortitmik dan sosial yang mengatur, memproduksi dan menyebarkan narasi-narasi tertentu sebagai kebenaran”.

Di era digital seperti saat ini, kita tidak lagi mencari informasi, tetapi informasi yang justru mencari kita. Suguhan lautan informasi dari berbagai platform media sosial membanjiri lini masa kita. Ada yang viral dianggap sebagai kebenaran, ada pula yang menegangkan dan mencekam, seolah sesuatu di luar sana juga menghantui kehidupan nyata kita.

Apa yang kita tidak sadari sebenarnya, di era digital ini ada rezim yang mengendalikan cara kita berpikir, bersikap dan menilai sesuatu. “Rezim kebenaran” media sosial telah mencengkram akal sehat anak-anak muda yang sedang terihipnotis dengan idola-idola dan nabi-nabi baru di media sosial. Ada yang seolah mencerahkan dan selalu meneriakkan akal sehat, tetapi sejatinya telah bekerja secara sistematis membungkam akal sehat itu sendiri.

BacaJuga

Dekonstruksi “Rezim Kebenaran” di Era Digital (2) : Menunda Kebenaran, Meluaskan Perspektif

Apakah Toleransi Berarti Membiarkan Intoleransi?

Ada Apa di Bulan Dzulqa’dah?

Rezim ini bekerja dengan cara kebenaran yang dikonstruksi, disebarluaskan dan dilegitimasi sebagai kebenaran tunggal bukan berdasarkan validitas ilmiah, standar etika dan kepentingan publik, melainkan berdasarkan kekuasaan algoritma, popularitas dan afiliasi emosional.

Rezim Kebenaran sebagai Jebakan

Saya meminjam istilah seksi dari Foucault tentang rezim kebenaran (truth regime) untuk memotret adanya mekanisme kekuasan tertentu yang dianggap benar dan salah. Kebenaran sejatinya tidak netral, tetapi dibentuk oleh relasi kuasa, institusi dan media yang mendukungnya.

Dalam konteks media sosial di era digital ini, rezim kebenaran kita artikan sebagai “sistem kekuasaan algortitmik dan sosial yang mengatur, memproduksi dan menyebarkan narasi-narasi tertentu sebagai kebenaran”. Standarnya bukan pada rasionalitas, fakta dan kajian ilmiah, tetapi logika viralitas, engagement, dan kedekatan emosional.

Setiap scroll, klik, dan suka di media sosial akan direkam oleh algoritma, lalu disajikan kembali kepada kita dalam bentuk konten yang mirip dengan apa yang kita sukai. Inilah yang disebut dengan filter bubble, sebuah mekanisme gelembung informasi yang dibentuk oleh kecenderungan pribadi pengguna. Kita hanya disuguhkan narasi yang sudah kita percayai, dan pelan-pelan informasi dari luar pandangan itu menjadi tak terlihat, atau bahkan dianggap musuh yang harus dijauhi.

Inilah cara kerja rezim kebenaran menebar jala jebakan kebenaran di media sosial. Bukan karena ia menyembunyikan informasi, tetapi karena ia hanya menyajikan satu sisi informasi secara berulang-ulang.

Ketika seseorang sering menyukai konten religius konservatif, misalnya, maka algoritma akan terus menayangkan konten-konten serupa. Begitu pula dengan konten konspiratif, ideologis, bahkan ekstrem. Akhirnya, kita merasa “inilah satu-satunya kebenaran,” padahal yang kita lihat hanyalah pantulan dari preferensi pribadi, bukan realitas yang utuh.

Rezim kebenaran pada akhirnya bekerja dengan standar kebenaran berbasis algoritma dengan tidak menyajikan informasi secara merata, menguatkan emosi bukan kekuatan fakta dan menyajikan doktrin bahwa yang viral dan popular adalah sumber kebenaran.

Di sinilah, Saya merasa penting untuk menyitir salah satu bagian pemikiran Jacques Derrida, seorang filsuf Prancis yang dikenal dengan gagasan dekonstruksi untuk dijadikan pisau dalam membedah ilusi rezim kebenaran. Derrida akan mengajak kita untuk membongkar cara kerja narasi dan makna yang dibentuk oleh rezim kebenaran.

Continue Reading
Page 1 of 2
12Next
Tags: dekonstruksiderridaMedia Sosialrezim kebenaran
Previous Post

Masa Depan Agama adalah Agama Cinta

Next Post

Iran, Akan menjadi panutan baru bagi dunia Islam?

Abd Malik

Abd Malik

Penulis dan penikmat kopi, bisa dihubungi melalui : abdmalik82@icloud.com

RelatedPosts

dekonstruksi di era digital
Kajian

Dekonstruksi “Rezim Kebenaran” di Era Digital (2) : Menunda Kebenaran, Meluaskan Perspektif

26/07/2025
kampanye anti intoleransi
Kajian

Apakah Toleransi Berarti Membiarkan Intoleransi?

21/04/2024
Ada Apa di Bulan Dzulqa’dah
Kajian

Ada Apa di Bulan Dzulqa’dah?

30/05/2023
Menyapa Agama-Agama dalam Sejarah dan Teologi (2)
Kajian

Menyapa Agama-Agama dalam Sejarah dan Teologi (2)

02/02/2023
Menyapa Agama Agama dalam Sejarah dan Teologi
Kajian

Menyapa Agama-Agama dalam Sejarah dan Teologi (1)

26/01/2023
Duri Islamisme dalam Sejarah NKRI
Kajian

Duri Islamisme dalam Sejarah NKRI

19/01/2023
Next Post
iran

Iran, Akan menjadi panutan baru bagi dunia Islam?

dekonstruksi di era digital

Dekonstruksi “Rezim Kebenaran” di Era Digital (2) : Menunda Kebenaran, Meluaskan Perspektif

Cari Artikel

No Result
View All Result

Masuk / Daftar

Masuk ke Akun anda
face
visibility
Daftar | Lupa kata sandi ?

Artikel Teerbaru

hukum alam

Hukum Alam Adalah Hukum Tuhan: Apakah Mukjizat Mengingkari Sebab-Akibat

21/08/2025
Membantah Pernyataan Zulkarnain Yusuf Tentang “indonesia Negara Kafir”

Kemerdekaan Indonesia dalam Perspektif Iman

15/08/2025
teologi kemerdekaan

Al-Baqarah : 177 – Peta Jalan Teologi Kemerdekaan dalam Islam

15/08/2025
kerusakan alam

Ketika Alam Tak Lagi Sakral: Ikhtiar Membangun Eko-Teologi dari Kritik Jantung Peradaban

02/08/2025
kurt godel

Ketika Tuhan Dibuktikan Tidak dengan Keimanan Buta, Tetapi dengan Logika: Kurt Gödel dan Rumus Ketuhanan

27/07/2025

Trending Artikel

  • Ulama Scaled

    Mengenal Istilah Rabbani

    319 shares
    Share 128 Tweet 80
  • 4 Penghalang Ibadah Kepada Allah Menurut Imam Al-Ghazali 

    298 shares
    Share 119 Tweet 75
  • Belajar Konsep Ketuhanan dari Surat Al Ikhlas

    264 shares
    Share 106 Tweet 66
  • Kitab Tajul ‘Arus: Makna Pengorbanan dan Obat Penyakit Hati

    255 shares
    Share 102 Tweet 64
  • Kitab “Majmû’ Fatâwâ” Karya Ibnu Taimiyah (1)

    248 shares
    Share 99 Tweet 62
Putih E E
  • Redaksi
  • Kirim Artikel
  • Tentang Kami
  • Kontak Kami
  • Kerjasama
No Result
View All Result
  • Kajian
  • Gagasan
  • Kolom
  • Biografi
  • Peradaban
  • Gaya Hidup
    • Fashion
    • Kesehatan
  • Review Kitab
  • Bulletin
    • Bulletin Jumat
    • Bulletin Islamina

© 2021 Islamina - Design by MSP.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

*By registering into our website, you agree to the Terms & Conditions and Privacy Policy.
All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In

Add New Playlist

This website uses cookies. By continuing to use this website you are giving consent to cookies being used. Visit our Privacy and Cookie Policy.