Gus Imam menyinggung ranah keluarga sebagai benteng paling utama pertahanan NKRI, bukan tanpa sebab, Gus Imam memandang miris akibat banyaknya kasus radikalisme dan terorisme yang dimulai dari lingkungan keluarga.
“Kalau di keluarga sudah jebol, radikalismenya sudah masuk, narasi intoleransi sudah masuk, ekstrimisme nya sudah masuk, maka tinggal sedikit lagi dipicu negaranya akan porak-poranda,” ujarnya.
Sehingga, ia menganggap pentingnya juga mengedukasi keluarga, terutama anak-anak dan pemuda.
“Satu-satunya yang bisa diterima oleh mereka, diksi mereka adalah materi pop culture, ayo kita berjuang melalui pop culture, sehingga anak anak-pemuda dan keluarganya tersentuh,” tegas alumni Pesantren Tebuireng Jombang ini.
Sutradara film ‘Super Santri: Konspirasi Menguasai Negeri’ ini menilai bahwa tanggungjawab pencegahan dan deteksi dini virus radikalisme merupakan tanggungjawab bersama seluruh stakeholder bangsa, sebagaimana konsep Pentahelix BNPT yang melibatkan berbagai unsur masyarakat.
“Yang pertama negara, lalu private sector seperti BUMN maupun perusahaan swasta, juga civil society yaitu ormas. Ini jangan dibiarkan, kita bisa optimalkan kekuatannya, menjadi garda depan, penyemai narasi dan kontra narasi yang didedikasikan untuk NKRI,” jelas Gus Imam.
Ia meneruskan, ada lima upaya yang bisa dilakukan stakeholder komponen Pentahelix dalam upaya melakukan deteksi dini untuk mencegah masyarakat terpapar virus radikalisme, salah satunya adalah dengan membangun solidaritas dan kebersamaan seluruh sakeholder.
“Kedua, dalam konteks pemerintahan yaitu ketegasan dalam regulasi, contohnya berupa undang-undang seperti pencegahan penanggulangan terorisme (harus diimplementasi secara maksimal) dan yang diperlukan lagi yaitu Inpres, Perpres atau Keppres secara spesifik tentang pencegahan radikalisme dan intoleransi,” paparnya.
Ketiga, ia mengusulkan sebuah intitusionalisasi Gerakan, berupa Gerakan Nasional Pencegahan Radikalisme dan Intoleransi (GeNPRI), yang bergerak secara bersama-sama dan serentak melibatkan seluruh stakeholder.
“Berikutnya adalah pasukan, dimana pasukan ini adalah orang-orang yang bergerak untuk kepentingan menjaga NKRI yang kita sebut sebagai Mujahid NKRI. Memberdayakan dan me-reunifikasi media-media yang ada termasuk media dakwah, kumpul bareng untuk menggerakkan satu kekuatan dengan narasi yang sama,” jelas Gus Imam.
Dirinya juga berharap, media-media dakwah yang ada bisa terstandarisasi dan terasosiasi bersama-sama untuk menyebarkan nilai RADAR (Ramah, Damai dan Anti Radikal).
“Itu semuanya akan sempurna ketika juga terbangun kebersamaan stakeholder untuk bekerja berjamaah dengan terstuktur, sistematis dan masif dalam melawan virus radikalisme,” tandas Gus Imam.